Tubuh Anya berjengit ketika sebuah lengan menyusup di antara kedua tangannya. Lengan tersebut melingkar, memeluk perutnya. “Kamu sedang memikirkan apa, hem?!” tanya sosok dibelakang Anya, yang tidak lain merupakan Kamarudin. Si pemilik kamar tempat sekarang dirinya bermalam. “Menginginkan sesuatu, Anya?!” Anya menggelengkan kepalanya. Ia tidak menginginkan apa pun, tidak untuk saat ini. Pikirannya tengah memutar kejadian yang terjadi ketika mereka pulang dari restoran. Perempuan itu— mantan kekasih dosennya, menghadang mobil mereka yang hendak melaju. Kala itu mereka berpapasan dengan kendaraan Kalingga, calon kakak iparnya. Ia cukup tercengang saat Kalingga menelepon Kamarudin. ‘Tabrak saja! Menyingkirkan dia, sebelum dia berulah jauh lebih baik dibanding harus kerepotan.’ Kalimat te