“Mbak, Mas Kamaru kenapa?” Si bungsu Hasan duduk disebelah calon kakak iparnya. Gadis SMA itu mengulurkan sekotak es krim, hasil dirinya memalak kakak tertuanya. “Kenapa emang?” tanya Anya, balik. Seolah tidak mengerti maksud dari pertanyaan Shafa. “Tampangnya kayak orang depresi, Mbak. Suram banget.” Sejak pagi menjelang, kakak kedua Shafa itu tak banyak bicara. Dia memang terbilang pendiam— sama halnya dengan Kalingga. Hanya saja diamnya laki-laki itu berbeda. Dia tak banyak menanggapi celotehan ibunya yang menginginkan ini dan itu. Bukan hanya itu— Kamarudin langsung melenggang ke kamar ketika mereka sampai di Jakarta. Kebiasaan yang jarang sekali terjadi semenjak pria itu kembali lagi ke rumah utama mereka. “Oh,” balas Anya ber-oh-ria, sebelum memberitahukan kalau Kamarudin sedan