Hanya Senja-Lembar Kedua Puluh Tiga

1353 Words

Sinar matahari pagi, perlahan mulai bergerak naik, diiringi suara kicauan burung silih bersahutan, menghantarkan kehangatan sang baskara untuk menyambut aktivitas harian para insan. Berteman tipisnya embun pagi, seakan membawa kesejukan berbeda, setelah malam melepaskan lelah dari tubuh. Cahaya menyilaukan itu perlahan mulai menyusup dari celaah jendela kamar, menyorot langsung pada wajah si gadis cantik yang masih tertidur dengan pulas di atas tempat tidur, hingga membuatnya menggeliat, terganggu karena silau. Perlahan, kelopak matanya membuka, mengerjap beberapa saat, sebelum akhirnya menatap ke sisi kiri dan kanan, memfokuskan pandangannya, sembari mencari keberadaan seseorang. Gadis itu mencoba bergerak untuk bangun, kemudian melihat nasal kanul yang sudah kembali tergulung dengan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD