Sandra sedang di walk in closet. Dia memilih-milih baju yang akan dipakainya di acara amal. Ada beberapa gaun baru yang belum pernah dipakainya sama sekali. Sandra pusing akan memilih yang mana, jadi dia mengambil kelima gaun itu dan menjejernya. Setelah beberapa menit, pilihannya jatuh pada gaun yang berwarna navy dengan model sabrina dan panjang semata kaki. Ada belahan panjang di sisi kaki kirinya yang membuatnya tampak sedikit menggoda.
Setelah yakin dengan pilihannya, sekarang Sandra memilih suit yang untuk Ghani yang cocok dengan gaunnya. Sebuah three-pieces-suit yang juga berwarna navy dipilih Sandra. Dia tersenyum sendiri saat membayangkan betapa Ghani akan tampak menawan dengan baju ini. Sandra menaruh kedua baju bersisian. Dia melirik jam di dinding. Dia masih mempunyai satu setengah jam untuk bersiap.
Ini memang hari Sabtu, tapi Ghani tetap berangkat ke kantor meski siang. Dia tidak ingin ketinggalan update kantornya. Dan memang saat hari Sabtu beberapa karyawan Ghani memutuskan untuk lembur. Apalagi yang menjadi alasannya jika bukan deadline dari Ghani sendiri.
Secepat kilat, Sandra masuk ke kamar mandi. Untung saja tadi dia sudah menyempatkan diri untuk menyiapkan bath up-nya sebelum memilih baju. Sandra butuh setidaknya dua puluh menit untuk berendam agar tubuhnya bersih dan wangi. Dia tidak ingin mempermalukan Ghani karena acara ini akan menjadi acara perpisahan mereka. Sandra ingin tampil sempurna. Dalam hati, ia masih berharap Ghani akan melupakan perjanjian mereka. Semoga saja.
--
Pukul enam sore, Ghani memasuki rumahnya. Kartini yang membuka pintu menunduk saat tuannya melewatinya. Tanpa mengatakan apa pun, Ghani menuju lantai dua, menuju kamarnya.
Saat membuka pintu, Sandra sudah keluar dari kamar mandi. Dia masih menggunakan bathrobe-nya dan mengaplikasikan make up ke wajahnya. Sandra tersenyum pada suaminya. Dia bahagia Ghani tidak melupakan janjinya.
Ghani hanya melihat istrinya tanpa bermaksud menyapanya. Ghani melepas jasnya dan melemparnya ke sofa. Dia juga melepas sepatunya sembarangan. Ghani takut penyakit jantungnya kembali kumat, d**a berdebar dan telapak tangan yang berkeringat. Jadi, dia langsung menuju kamar mandi tanpa menyapa istrinya.
Sandra hanya bisa tersenyum kecut. Ingin menangis, tapi ditahannya. Setidaknya Ghani tidak pernah berbuat kasar padanya. Sandra cukup bersyukur untuk itu. Sudahlah. Lebih baik dia melanjutkan berias.
Setelah merasa riasannya baik, Sandra menuju closet untuk memakai gaunnya. Dengan santai, Sandra membuka bathrobe-nya. Dia hanya memakai panties dan strapless bra warna nude. Bagi yang melihat sekilas, dikiranya Sandra tidak memakai dalaman karena warnanya yang menyerupai kulit. Sandra membutuhkan dalaman seperti ini karena bahu dan dadanya yang memang sedikit terbuka. Ia lalu mengambil gaunnya dan memakainya.
Sandra berjalan menuju kaca besar di tengah closet. Seketika Sandra terkejut karena ternyata Ghani berdiri tidak jauh darinya. Wajah Sandra memerah. Mulai kapan Ghani berdiri di sana? Apa tadi dia sempat melihatnya berganti baju?
“Mas?”
“Ehm!” Ghani berdehem, membersihkan tenggorokannya setelah melihat sesuatu yang membuat jantungnya semakin berdetak kencang.
“Bajuku mana?” tanya Ghani memecah kecanggungan.
Dia sangat malu melihat istrinya berganti baju. Rasanya seperti mengintip seorang wanita yang sedang mengganti bajunya. Apalagi warna dalamannya tadi yang sempat membuat Ghani berpikir istrinya tidak memakai apa pun. Ya Tuhan, jangan sampai penyakit jantungnya semakin parah.
“Di sebelahmu, Mas,” jawab Sandra.
Ghani menoleh ke arah kiri. Benar saja. Suit dengan warna senada dengan gaun istrinya tergantung di sana. Ghani semakin malu karena tidak menyadari bajunya yang ternyata tepat berada di sebelahnya.
“Oh iya,” jawabnya kikuk.
Sandra segera keluar dari closet karena suaminya akan mengganti bajunya. Di luar, Sandra kembali merapikan tampilannya terutama rambut. Dia memilih untuk menggelung rambutnya dan memberikan kesan curly pada ujung rambutnya.
Ghani keluar dari closet dengan suit navy dari Tom Ford yang membuat ketampanannya naik 100%. Sandra terpaku. Matanya tidak berkedip menatap makhluk super tampan di depannya.
Ya Tuhan, rambutnya sudah rapi dengan potongan quiff. Jambangnya dipotong rapi. Wangi maskulin menguar di udara. Sandra tanpa sadar menelan ludahnya. Sial!
“Sudah siap, Mas?” tanya Sandra.
Pertanyaan Sandra sukses membuyarkan lamunan Ghani tentang bidadari yang berdiri di depannya ini. Sandra sangat cantik dengan gaun itu. Pundaknya yang putih bersih terekspos sempurna tapi tidak memberi kesan murahan. Ghani sangat ingin mengecup pundak itu. Mungkin sedikit isapan agar kissmark-nya muncul.
Shit! Dia tidak akan jatuh pada pesona seorang perempuan. No! Cukup ayahnya saja yang menjadi korban pernikahan. Dia tidak akan ikut terjebak seperti ayahnya. Karena wanita akan berkhianat, tapi perusahaan akan tetap menjadi miliknya sampai kapan pun.
“Sudah. Sebaiknya kita segera berangkat.” Ghani melangkah ke arah pintu. Sandra segera tersadar dari lamunannya. Dia meraih clutch yang sudah disiapkannya tadi. Setelah mengganti sandalnya dengan stiletto, dia menyusul suaminya.
Ghani sudah duduk di dalam salah satu koleksi BMWnya. Sandra pun duduk di samping Ghani. Sopir segera menutup pintu Sandra dan berlari kecil ke depan dan duduk di belakang kemudi.
Perjalanan menuju acara amal hanya diisi dengan keheningan. Ghani sibuk dengan tabletnya. Sandra sibuk melihat jalanan. Sopir fokus dengan jalanan di depan.
Tiga puluh menit kemudian, mereka sampai di hotel. Ghani turun terlebih dulu. Dia berjalan memutar dan membukakan pintu Sandra. Kaki mulus Sandra turun terlebih dulu, disusul dengan seluruh tubuhnya. Senyumnya selalu terpampang. Dengan lembut, dia menggandeng lengan Ghani. Puluhan kamera memotret kebersamaan mereka. Beberapa wartawan dari majalah internal kantor dan bisnis mencoba mewawancarai mereka, tapi baik Ghani dan Sandra memilih untuk memberikan senyuman dan langsung memasuki gedung.
Acara amal ini adalah acara tahunan yayasan yang dipimpin Sandra. Tujuannya jelas, yaitu untuk menggalang dana yang akan disalurkan untuk sekolah-sekolah atau pelajar yatim dan beasiswa untuk pelajar yang dinilai pantas menerimanya.
Yayasan ini menaungi puluhan sekolah di pelosok Jakarta dan sekitarnya. Dia juga membuat kursus-kursus untuk meningkatkan kemampuan masyarakat luas. Jadi sasaran yayasan ini selain untuk sekolah, pelajar, juga masyarakat umum. Biasanya kursus yang diselenggarakan tidak jauh dari dapur dan komputer.
Sandra sempat naik ke podium untuk memberikan sambutan. Auranya sebagai wanita yang cantik, baik, dan cerdas, memancar kuat.
“Kau sungguh beruntung memiliki istri seperti Sandra.”
Ken, sahabat Ghani sekaligus pewaris G-Tech, memberikan komentarnya. Ghani menatapnya tidak suka.
“Tutup matamu. Tidak baik memandang istri orang terlalu lama.”
Ghani memicing tidak suka karena cara Ken memandang istrinya dengan aneh. Ghani menepuk pundak temannya dengan keras.
“Auch! Apaan Ghani?” Ken mengusap pundaknya yang terasa panas dan kebas.
“Jangan memandang istriku seperti itu!” Ghani mendelik.
Ken ingin sekali tertawa keras, tapi dia menahannya karena ini masih di tengah-tengah acara. Jadi dia bisa terkekeh dan menutup mulut dengan tangannya.
“Kau menyukainya? Atau sudah mencintainya? Aku bersyukur kalau akhirnya hatimu terbuka. Sudah saatnya kau menata hidupmu.”
Senyum Ken belum hilang dari wajahnya. Dia tampak sangat senang karena Ghani mulai menyukai istrinya.
Ghani mengerjapkan matanya. Apa Ken tidak salah? Dirinya menyukai Sandra? Tidak mungkin. Ghani hanya tidak suka ada pria lain yang terang-terangan mengagumi istrinya. Itu saja!
Seharusnya tadi Ghani melarang Sandra untuk tampil cantik seperti ini. Membuat Ken seolah ingin menelannya hidup-hidup. Ghani mulai memandang sekitarnya. Ternyata tidak hanya Ken yang terpaku pada kecantikan Sandra. Ada puluhan lainnya di sekitar Ghani yang terus memandang Sandra tanpa kedip. Mood Ghani seketika turun. Ini tidak boleh dibiarkan!!
Saat Ghani merasa istrinya akan selesai memberikan sambutan, Ghani segera berdiri dan berjalan mendekati podium untuk menyusul istrinya. Sudah cukup pasangan mata pria-pria sialan itu menikmati istrinya!!
Bagi orang lain, tindakan Ghani yang menyusul istrinya ke panggung adalah tindakan super romantis yang hanya dilakukan oleh pria sejati. Bagi Ghani, dia hanya tidak rela istrinya menjadi santapan mata pria-pria b******k. Sedangkan bagi Sandra, suaminya ini bertindak sedikit aneh dan memalukan. Tapi dari semua pemikiran itu, para wartawan menjadikan adegan itu sebagai tajuk utama untuk berita-berita bisnis dan selebisnis, istilah untuk pebisnis yang terkenal.