CHAPTER-3. EVIL’S PLAN.
BRADY hanya membutuhkan Bright untuk menemaninya bertemu dengan Midnight. Satu putaran bukanlah masalah besar untuk dirinya. Sebelum berangkat ke sirkuit, ia lebih dulu meminta orang untuk mengosongkan tempat tersebut dan menyiapkan motor yang sesuai untuk balapan dengan Midnight. Menurutnya balapan kali ini bukanlah sebuah perlombaan yang harus ia menangkan. Lebih dari itu, Brady hanya ingin menghormati mendiang Drake dan… Elliot?
Dada Brady bergemuruh hebat saat melihat satu-satunya orang yang sangat ia benci datang bersama Midnight. Seumur hidupnya, ia tidak pernah memaafkan kesalahan yang diperbuat oleh Elliot. Kemarahannya berujung pada cacian yang ia lontarkan pada Midnight dan sebagai balasan, gadis itu memberinya tamparan cukup keras di pipi Brady.
“Aku dan Elliot-“
“Sudahlah.” Brady memotong ucapan Midnight sebelum gadis itu menyelesaikan kata-katanya. “Aku sama sekali tidak peduli dengan apa pun yang terjadi di antara kalian berdua. Untuk mempersingkat waktu, sebaiknya kita mulai saja balapannya.”
Midnight memicingkan mata, “Kau pikir aku peduli dengan pendapatmu, Tuan? Sama sekali tidak. Ah, ya! Sebaiknya aku menemui Elliot dan meminta dia menyiapkan semuanya.”
Brady tersenyum mengejek. “Ya… ya… ya… Temui saja si b******k itu.” Brady berbalik untuk mengambil sarung tangan dan memakainya.
“Kenapa kau selalu memanggil Elliot dengan sebutan seperti itu. Kau tidak seharusnya-“
“Ssssttttt….” Pria itu memutar tubuh lagi. “Jangan bela di hadapanku karena aku tidak akan peduli dengan semua ucapanmu. Sekedar mengingatkan, kalau kau kalah, kau harus menuruti semua permintaanku. Camkan itu!”
Gadis itu mengangkat dagunya tinggi-tinggi. “Maka dari itu,” Ia memandangi Brady dari ujung kaki hingga ujung kepala. “Aku tidak berniat kalah dan kupastikan kau mengakui semuanya.”
Setelah mengucapkannya, Midnight melintasi Brady dan berjalan keluar untuk menyusul Elliot. Tak lama kemudian, Bright datang lengkap dengan senyum konyol di wajahnya. “Apa yang terjadi?” tanya Bright seolah memahami kekesalan yang dirasakan oleh Brady.
“Si b******k Elliot.” Guman Brady sembari meneguk air mineral. Ia memakai sarung tangan dengan tergesa. “Aku bersumpah akan memberi dia pelajaran.”
Bright menghela napas. “Kau punya bukti yang kuat untuk membongkar kebusukannya. Kenapa kau-“
“Drake melarangku.” Brady meninju salah satu meja dengan tangannya. “Sekarang dia mengencani adik Drake. Apa-apaan ini? Apakah dia ingin membuat ulah lagi?”
“Gadis itu berkencan dengan Elliot?” tanya Bright tidak percaya.
Brady hanya bisa mengangguk lemah. “Aku tidak tahu kalau Drake punya dua adik. Midnight dan Dalton. Sepertinya ada yang sengaja mencuci otak Midnight hingga dia berani menantangku untuk balapan.”
“Aku yakin Elliot sengaja melakukannya.” Timpal Bright geram. “Kau harus melakukan sesuatu.”
Bright benar, Brady memang harus bertindak sebelum Midnight jatuh terlalu jauh ke dalam jebakan Elliot. Namun, ia tidak ingin berhubungan dengan Elliot. Pria licik itu selalu punya ribuan cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Bahkan dengan cara paling kejam sekali pun. Brady memejamkan mata rapat-rapat, seandainya saja…
“Brady,” Bright menepuk bahunya dengan hati-hati. “Kau harus menyelamatkan Midnight.”
“Aku tidak ingin berhubungan dengan Si b******k itu.”
“Demi Drake.” Gumam Brady di punggungnya.
Selama beberapa saat, Brady tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Rasa bersalah karena kehilangan Drake kembali menghantuinya. Jika saat ini bukan Elliot yang bersama Midnight, ia akan dengan senang hati mendekati gadis itu, berbicara dari hati ke hati. Brady terlanjur membenci apa saja dan siapa saja yang berhubungan dengan Elliot.
Sembari memikirkan cara agar bisa mengambil hati Midnight, Brady berjalan keluar dari paddoct area. Ia melihat Midnight dan Elliot berdiri tak jauh dari motor yang akan dipakai oleh Midnight. Keduanya melempar gurauan dan tertawa di sela percakapan mereka. Brady berusaha sekuat tenaga untuk tidak menghajar Elliot saat pria itu membalas tatapannya. “Bright, tolong katakan pada Midnight kalau balapan akan dimulai sekarang.”
Bright yang saat itu berdiri tak jauh darinya bergegas menghampiri Midnight dan Elliot. Setelah berbicara singkat dengan mereka berdua, pria itu lalu kembali ke sisi Brady dan membantu sang kakak menyiapkan motor. “Hanya satu putaran?”
Brady mengangguk. “Ya. Hanya satu dan aku akan memenangkan balapan ini.” Sahutnya sembari melihat ke arah Midnight. Puas memandangi gadis itu, Brady memakai helm dan duduk di atas motor. Deru kedua kuda besi itu menambah ketegangan di sirkuit balap. Jika biasanya Brady selalu tenang dalam menghadapi setiap perlombaan, kali ini ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Brady mengira yang terjadi padanya saat ini adalah sepenuhnya karena kehadiran Midnight, tetapi ia sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya dia rasakan. Brady menatap jalanan di hadapannya. Elliot berdiri di tengah lintasan dengan membawa bendera dan siap mengangkat benda tersebut saat dibutuhkan.
**
Jantung Midnight berdegup kencang ketika Elliot mengangkat bendera di tangannya, menandakan balapan telah dimulai. Ia bergegas menarik tuas gas dan membawa kuda besinya menuju lintasan. Midnight melirik ke bekalang dan tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Brady. Sepertinya pria itu berniat mengalah dan mengakui kesalahan yang dia perbuat. Dugaannya terhadap Brady sama sekali tidak meleset, arogan, temperamental dan tampan. Sial, kenapa Midnight tidak menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan sisi buruk pria itu?
Angkuh. Akhirnya Midnight menemukannya dan tepat saat itulah ia merasakan kehadiran Brady. Pria itu berada tepat di belakangnya, Midnight memiringkan motor saat berada di tikungan. Setelah tikungan terakhir ini, mereka akan mencapai garis finish dan balapan selesai. Bisa dipastikan dia akan menjadi pemenang, mengalahkan Brady Sang Raja Jalanan.
Midnight kembali menegakkan motor dan bersiap untuk menjadi pemenang. Brady datang entah dari mana dan mendahului dirinya. Karena kemunculannya yang tiba-tiba, Midnight terkejut dan tidak memperhatikan langkah. Motor yang ia kendarai oleng ke samping dan dia tidak berhasil mendapatkan keseimbangannya kembali. Midnight dan motornya pun jatuh, dia terguling di tengah lintasan. Tubuh Midnight terlempar keluar dari lintasan setelah berguling beberapa kali dan dia tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Seluruh tubuhnya remuk redam, kepalanya berdenyut. Tak lama kemudian pandangannya kabur dan semua menjadi gelap.
Hal terkahir yang diingat oleh Midnight adalah Brady sengaja membuatnya jatuh untuk memenangkan taruhan.
**
Brady memejamkan mata rapat-rapat setelah melewati garis finish. Dia sudah menang. Dia menjadi Raja seperti biasa. Dia akan mendapatkan kesempatan besar untuk membuat Midnight bertekuk lutut padanya dan memanfaatkan gadis itu untuk menghancurkan Elliot. Namun dia juga tahu kalau saat ini Midnight tengah berjuang di menahan rasa sakit akibat terjatuh dari motor karena ulahnya. Dari sudut mata, Brady melihta Elliot berlari menghampiri Midnight, pria itu pasti ingin mencuri perhatian adik kandung Drake.
Bright menghampiri dirinya dan membantu Brady memegang motor. “Dia jatuh.” Ucap pria itu tenang.
“Aku tahu.” Katanya sembari turun dari motor. “Kurasa lukanya tidak terlalu parah. Dia hanya terkejut.”
“Kau akan membiarkan Elliot membawanya?”
Brady menggeleng untuk menjawab pertanyaan sang adik. “Tidak akan.” Ia melepas helm dan melihat Elliot membantu Midnight. Tidak ada siapa pun di sana kecuali mereka berempat, itu artinya Midnight akan kesulitan mendapatkan bantuan medis. “Aku tidak ingin melihat Si b******k itu bersama Midnight lagi. Carilah bantuan dan pastikan tidak ada yang tahu insiden ini.”
“Segera kulakukan.” Bright menjawab bijak.
“Terima kasih, Bright.” Setelah mengucapkannya, Brady berlari menghampiri Midnight. Bohong jika dia mengakatakan kalau dia tidak khawatir dengan keadaan Midnight. Sejak melihat gadis itu jatuh, kenangan akan kecelakaan yang menimpa Drake kembali menghantui dirinya. Brady takut terjadi sesuatu dengan gadis itu. Satu hal yang pasti, dia tidak ingin Midnight mati sebelum tahu siapa Elliot sebenarnya.
“Bodoh!” seru Elliot saat melihat Brady mendekat dan bertulut di sisi tubuh Midnight yang terbaring lemah. “Kenapa kau tega melakukan ini padanya?! Kau ingin membunuh dia seperti kau membunuh Drake? Kenapa kau menantangnya balapan?”
Mengabaikan Elliot, Brady memeriksa keadaan Midnight sekilas. Tidak ada darah yang keluar dari kepala atau bahkan wajah Midnight. Helm yang dipakai gadis itu memberikan efek yang cukup besar, mengingat Midnight sempat terguling beberapa kali. Racing suit Midnight juga melakukan tugasnya dengan cukup baik, terbukti dengan tidak adanya luka di sekujur tubuh Midnight. Meski begitu, Brady belum bisa bernapas lega.
Tak lama kemudian, bantuan datang. Brady membantu petugas medis membawa Midnight ke ambulans. Ia duduk di sisi Midnight dengan ditemani oleh dua petugas medis yang mengenalnya cukup baik. Ketika Elliot hendak ikut dengan mereka, Brady buru-buru berkata, “Pergilah, Elliot. Aku tidak ingin melihatmu lagi.”
“Tapi Midnight datang bersamaku. Aku berhak-“
“Mulai sekarang dia menjadi tanggung jawabku.” Katanya tegas. “Tutup pintunya!” titah Brady kepada dua petugas medis.
Perjalanan menuju rumah sakit terbilang cukup cepat. Sesampainya mereka di sana, Bright sudah menunggu mereka dan meminta pihak rumah sakit untuk membantu membawa Midnight menuju instalasi gawat darurat. “Gadis itu harus segera mendapatkan penanganan sebelum sesuatu yang buruk terjadi padanya.” gumam Bright saat mengikuti sang kakak mengantar Midnight.
“Ya.” Brady memijit pelipisnya yang mulai pening. “Aku tidak punya cara lain untuk menghantikannya. Kuharap dia tidak mengalami luka serius.”
Bright mengangguk. “Kurasa tidak. Dia hanya terkejut melihatmu datang tiba-tiba.”
Langkah keduanya terhenti saat Midnight dibawa masuk ke ruang penanganan. Perawat menutup pintu dan meminta mereka untuk menunggu di luar. Brady menyandarkan punggung di tembok, ingatannya kembali terlempar pada kejadian saat ia-
“Brady, hentikan! Kau tidak boleh memikirkan Drake lagi. Ini sama sekali berbeda.”
Sadar akan kesalahannya, Brady kembali membuka mata. “Tolong jaga Midnight.” Katanya pada sang adik.
“Kau mau pergi kemana?” Bright menyentuh bahu sang kakak. “Brady, jangan bertindak gegabah. Apa yang-“
Sebelum Bright menyelesaikan ucapannya, Brady lebih dulu menonyor kepala sang adik hingga pria itu mundur beberapa langkah. “Kau yang bodoh. Kau pikir apa yang akan aku lakukan?”
“Bunuh diri.” Jawab Bright polos.
Sembari memutar bola matanya, Brady meninggalkan sang adik. “Kau pikir aku akan mati dan membiarkan Si b******k Elliot hidup tenang dengan mengencani adik Drake? Jangan bodoh! Tunggu di sana sampai aku kembali. Aku harus mengganti bajuku.” Katanya sambil lalu.
“Pastikan kau hidup lebih lama jika tidak mau melihatku meniduri adik Drake!” seru Bright setelah Brady berjalan beberapa langkah.
Brady berbalik dan melempar sarung tangannya ke arah Brady. “Berani kau sentuh dia, kupastikan kau kehilangan juniormu!” ancamnya. Rupanya, Bright menganggap serius ancamannya. Terlihat dari bagaimana sang adik meneguk saliva dan ekspresinya berubah pucat. Hal itu memberi kepuasan tersendiri pada Brady. Ia lalu melanjutkan langkah untuk mencari orang-orang kepercayaannya.
Lima menit kemudian, Brady bertemu dengan Lennon, asisten pribadinya. Mereka bertemu di sudut rumah sakit yang nyaris tidak dijamah oleh siapa pun. Lennon cukup mengenal tempat tersebut sehingga dia dapat dengan mudah mengarahkan Brady ke sana. Pria itu segera memberikan sebotol wine pada Brady. “Kau mungkin membutuhkan ini.”
“Terima kasih.” Ucap Brady begitu menerima minumannya.
“Bagaimana keadaan gadis itu?” Tanya Lennon hati-hati. Karena mereka sudah mengenal cukup lama, Lennon cukup bisa memahami bagaimana perasaan Brady.
Brady meneguk anggurnya dengan perlahan. Rasa panas menjalar di tenggorokan pria itu. “Dia akan baik-baik saja. Kupastikan itu.” Brady memindai termpat tersebut sekilas. Ia menemukan bangku taman panjang yang berada tak jauh dari mereka dan menghampirinya. Tak butuh waktu lama bagi Brady memutuskan apa yang sebaiknya dia lakukan. Brady butuh ketenangan, ia memilih duduk sejenak di sana dan mengirup udara segar dari pohon-pohon besar yang mengelilingi tempat tersebut.
“Kuharap juga begitu.” Ujar Lennon yang berdiri tak jauh dari Brady.
“Apa kau sudah memastikan tidak ada yang melihat apa yang terjadi dengan kami di lintasan?” Brady mengangkat kepala setelah beberapa saat dan melempar pertanyaan tersebut pada asisten pribadi yang juga menjadi pengawalnya. Ia tidak ingin balapan tadi berbuntut panjang, bagaimana pun tidak ada yang boleh mengetahui apa yang telah ia lakukan pada Midnight. Seandainya saja sejak awal ia tahu kalau Elliot akan terlibat dalam kasus ini, ia tidak akan menerima tantangan dari Midnight.
Elliot, kenapa pria itu selalu berhasil mengacaukan hidupnya? Pertama Drake. Sekarang Midnight. Apakah dia juga berniat melenyapkan Midnight seperti yang telah ia lakukan pada sahabatnya? Dan apa tujuannya kali ini?
Lennon berdeham singkat, “Aku yakin tidak melihat siapa-siapa selain kalian berempat. Lagipula kita sudah mebayar mahal tempat itu hanya untuk balapan antara kau dan gadis itu. Jika sesuatu terjadi, kita bisa menuntut pihak yang bersangkutan.”
“Bagus.” Puji Brady. “Bagaimana pakaianku? Apa kau sudah membawanya?”
Lennon menyerahkan sebuah koper kecil yang sejak tadi dibawahnya. “Semua yang kaubutuhkan ada di sini.”
“Sekali lagi terima kasih, Lennon. Aku punya satu pekerjaan untukmu.” Ucap Brady sembari beranjak dari duduknya. “Aku ingin kau mengawasi Elliot dan siapkan apa pun yang dibutuhkan oleh Midnight di rumahku.”
“Gadis itu?” ulang Lennon tidak percaya.
“Ya.” Jawab Brady dengan nada jengah.
“Kau tidak pernah membawa wanita pulang ke rumah.”
“Kukatakan padamu,” Brady menepuk bahu pria di hadapannya, “Sekali ini aku ingin membawa seorang wanita ke rumahku dan memisahkan dia dengan kekasihnya.”
Lennon menggelengkan kepala kuat-kuat, sama sekali tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Brady. “Itu sama sekali bukan dirimu.”
Sebuah seringai muncul di wajah Brady. “Memang bukan.”
Belum cukup puas dengan jawaban Brady, Lennon kembali berkata. “Kau tidak merebut milik orang lain. Kau juga punya cukup banyak stok wanita untuk menghangatkan ranjangmu.”
“Lakukan saja perintahku, Lennon. Dan percayalah, aku tidak akan membuat masalah.”
“Bagaimana jika ayah dan ibumu bertanya padaku siapa dia?”
Brady tersenyum membayangkan wajah cantik ibunya. “Aku sudah dewasa. Sudah saatnya aku memilih jalanku sendiri.”
Ia mengambil koper kecil dari tangan Lennon dan bergegas mencari kamar mandi terkedat untuk membersihkan tubuh dan mengganti bajunya. Seteguk wine yang ia sesap tadi seolah dialiri oleh setan-setan kejam yang merasuki pikirannya dan memberi ide jahat di kepala Brady.
Ya, untuk memberi pelajaran pada Elliot dan Midnight, Brady memang harus berubah menjadi iblis. Brady memastikan kedua orang itu membayar mahal atas apa yang mereka lakukan padanya hari ini. Dan sebuah rencana yang cukup sempurna telah tersusun rapi di kepalanya. The evi’sl plan he had prepared for Little Midnight.