Anindya kini tinggal sendiri di rumah Tante Mira karena Tante Mira ada dalam tahanan, hari hari Anindya dijalaninya seperti biasanya, pagi ke kampus pulang siang atau sore bahkan malam.
Sudah seminggu Tante Mira dalam tahanan, sore itu Anindya pulang dari kampus seperti biasa naik angkot, turun di depan kompleks ia berjalan kaki untuk sampai rumah Tante Mira di ujung kompleks, saat akan masuk rumah, ia terhenti sejenak. Sebuah mobil berhenti di depan rumah sebelah yang beberapa waktu lalu ditempati oleh Kaindra, sejak penangkapan Tante Mira, Anindya tidak pernah bertemu Kaindra, dan rumah itu juga kosong.
Seorang bapak dan istrinya serta 2 orang anaknya berusia kira kira 8 dan 5 tahun
Keduanya perempuan turun dari mobil memasuki rumah tersebut.
"Apa mereka yang akan menempati rumah itu" batin Anindya sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
"Permisi....."
Sebuah suara dan ketukan di pintu didengar oleh Anindya yang sedang berada di kamar, ia turun dari tempat tidur dan berjalan ke pintu depan. Ia membuka pintu dan melihat ibu yang dilihatnya pas pulang kuliah tadi.
"Selamat malam mbak"
"Selamat malam" jawab Anindya sambil tersenyum
"Saya tetangga baru mbak, nama saya Bu Rina. Saya mau mengantarkan ini puding buatan saya sebagai tanda perkenalan" ucap Bu Rina sambil menyerahkannya pada anindya
"Aduh repot repot Bu, maaf ya seharusnya saya nich yang harus kasih buat ucapan selamat datang eh malah ibu yang kesini"
"Nggak apa apa mbak, oh ya saya tinggal bersama suami saya pak Ali dan kedua anak saya ria dan Lia"
"Oh iya Bu, saya Anindya, panggil aja An temen temen saya biasa manggil dengan nama itu"
"Iya An, kamu tinggal sendiri aja?"
"Iya Bu saya sendiri"
"Nggak usah panggil Bu An, panggil Mbak Rina aja biar nggak keliatan tua, aku juga masih umur 28 kok"
"Ok mbak"
"Ya udah aku pulang ya, ntar di cariin anak-anak kalo kelamaan ngobrolnya, kalau ada waktu main main ya An ke rumah"
"Sipp mbak"
Mbak Rina kembali ke rumahnya dan Anindya kembali masuk dalam rumah dan kamarnya.
Ooooo----ooooO
Anindya menjalani hari demi hari dan Minggu demi Minggu seperti dilakukan sebelumnya, harinya sedikit berwarna karena ia sering menghabiskan harinya di rumah Mbak Rina dan bermain dengan Ria dan Lia hingga tidak terlalu membuatnya kesepian. Sesekali ia mengunjungi Tante Mira di rutan.
Siang ini Anindya duduk di kantin kampus menikmati makan siangnya. Ia menikmati semangkuk bakso dan lemon tea.
"An......kok disini?" Sebuah suara menyapanya
"Hai Her, aku udah kelar kok mata kuliah hari ini"
Ternyata yang menyapa adalah Heri seorang teman Anindya mahasiswa fakultas ekonomi.
"Loh bukannya anak hukum kumpul di aula kampus, temenku tadi anak hukum pada kesana tuh, ada kuliah tambahan katanya" ucap Heri menjelaskan
"Ya ampun, aku lupa. Iya ada kuliah tambahan dari dosen tamu, untung aku belum pulang, thanks ya Her"
"Ok no problem"
Anindya beranjak dari tempat duduknya dan segera berlari menuju aula kampus yang lumayan jauh dari kantin, nafasnya terengah-engah ketika sampai di depan pintu aula, ia buka pintu dan semua mata melihat ke arahnya
"Maaf saya terlambat" ucapnya sambil melihat ke arah dosen tamu yang ternyata adalah Kaindra membuatnya tercekat dan sekaligus terkejut.
"Tidak apa apa, silahkan masuk" jawab Kaindra
Anindya berjalan masuk, ia tebarkan pandangan ke seluruh aula sudah penuh bahkan kursi belakang pun tidak ada yang kosong, yang ada hanya deretan depan yang masih kosong, ia menghela nafas dan berjalan menuju deretan kursi yang kosong.
Entah kenapa fikirannya tidak fokus saat ini, pemaparan dari Kaindra tentang hukum bagi p**************a membuatnya teringat pada Tante Mira yang di vonis 8 tahun penjara. Materi yang dijelaskan Kaindra menguap begitu saja seperti tidak mau masuk dalam otaknya. 1,5 jam berlalu dan para mahasiswa membubarkan diri karena mata kuliah umum ini sudah berakhir. Di aula hanya tinggal Anindya dan Kaindra yang sedang membereskan peralatan in focus dibantu fihak kampus. Ia melirik Anindya yang masih diam duduk ditempatnya. Kaindra berjalan mendekatinya
"Kamu nggak apa apa??" Tanya Kaindra
Anindya seperti hanyut dalam lamunan sampai tidak menyadari kalau Kaindra sudah berada di depannya, Kaindra memegang pundak Anindya
"An......kamu baik-baik aja"
Anindya tergagap mengetahui kaindra sudah di depannya dan memegang pundaknya
"Ehmm.....ya aku baik" jawab Anindya sambil berdiri dan beranjak meninggalkan Kaindra dan meninggalkan aula.
Anindya berjalan menyusuri koridor kampus
"An tunggu........."
Sebuah suara dibelakangnya membuatnya menghentikan langkahnya dan menoleh, ternyata Kaindra. Para mahasiswi yang berada di sekitar koridor itu melihat Kaindra dengan wajah kagum karena body atletisnya serta wajahnya yang menawan. Kaindra berjalan mendekati Anindya dan berhenti di hadapannya.
"Iya, bapak memanggil saya?" Jawab Anindya. Kaindra terkejut dengan sikap Anindya yang formal kepadanya, berbeda dengan Anindya yang ia kenal.
"Sebentar........" Kaindra membuka tasnya dan mengambil selembar berkas
"Ini......" Ia menyerahkan pada Anindya
Anindya membaca kertas tersebut yang ia ingat adalah draft pertanyaan yang ia berikan pada Kaindra waktu itu, yang mengatakan akan menitipkan pada temannya yang anggota polisi.
"Makasih bapak AKP Kaindra Arsha Pradipa, permisi" Anindya berjalan cepat meninggalkan Kaindra yang menatapnya dengan pandangan yang tak dapat diartikan.
Pertemuan dengan Kaindra mengingatkan Anindya dengan ditangkapnya Tante Mira yang kini membuatnya hidup seorang diri. Ia tahu Tante Mira memang bersalah dan menangkap p**************a adalah tugas Kaindra tapi hatinya masih belum menerima kenyataan pahit tersebut.
Kaindra POV
Aku mendapat kesempatan menjadi dosen kuliah umum di fakultas hukum di sebuah universitas swasta yang kutahu merupakan tempat Anindya kuliah, sejak dia datang ke markas untuk menjenguk tantenya sekitar sebulan yang lalu aku belum pernah bertemu lagi dengannya karena setelah misiku berhasil aku tidak kembali ke rumah di sebelah rumahnya, hanya mengambil barang-barang milikku tapi tidak bertemu dengannya.
Ia masuk terlambat saat kuliah umum tersebut. Dari raut mukanya ia terkejut melihatku disini, ia duduk di deretan depan tapi sepertinya tidak fokus pada pemaparanku sampai kuliah berakhir dan semua temannya keluar aula ia masih terdiam. Kutegur dia tapi responnya agak aneh. Ia beranjak keluar meninggalkan aku, dan aku teringat draft pertanyaan yang ia berikan dulu yang sudah aku jawab dan aku bawa, tapi belum sempat aku berikan padanya. Aku kejar dia dan memberikan padanya, tapi ia bersikap formal padaku yang membuat hatiku sedikit tercubit, sakit. Ia meninggalkan aku setelah menerima draft tersebut. Aku yakin dia marah kepadaku atas semua kejadian ini. Aku berniat mendatangi rumahnya untuk minta maaf, entah maaf untuk apa karena aku tidak merasa apa yang aku lakukan salah.
Ooooo------ooooO
Author POV
Pintu rumah Tante Mira diketuk beberapa kali, Anindya yang baru selesai mandi buru buru memakai baju, celana pendek selutut dan kaos tanpa lengan berkerah tinggi. Ia berlari dari kamar menuju pintu depan. Tubuhnya terdiam melihat siapa yang berada di depan pintu.
"Kamu.....?"
"Hai An, selamat malam" sapa Kaindra
"Boleh aku masuk?"
"Eh boleh, silahkan masuk"
Keduanya masuk dan duduk berhadapan, Anindya masuk untuk membuat minuman buat Kaindra, tak lama kemudian ia keluar membawa orange juice dan Snack.
"An, aku mau minta maaf sama kamu, kamu pasti marah kan sama aku?" ucap kaindra memulai pembicaraan setelah Anindya duduk kembali dihadapannya.
Anindya terdiam
"Sebenarnya aku nggak berhak marah sama kamu Kai, itu tugas kamu sebagai anggota kepolisian, tapi hatiku sakit melihat Tante Mira dipenjara Kai" jawab Anindya mulai terisak, ia keluarkan beban yang ia simpan selama ini. Kaindra mendekat dan duduk di sebelah Anindya, dipeluknya Anindya agar menumpahkan Kesedihannya. Gadis itu menangis sesenggukan di d**a bidang Kaindra sampai baju bagian depannya basah oleh air mata Anindya.
"An......ayo ke ru............mahku" Mbak Rina sudah berada di depan pintu rumah Tante Mira, ia mengadakan pesta ulang tahun pernikahannya yang ke 10 tahun dan berencana mengundang Anindya tapi ia melihat Anindya menangis dipelukan seorang pria yang tak ia kenal.
Anindya buru buru menghapus air matanya dan menjauhkan dirinya dari d**a Kaindra
"Mbak Rina......."
"Eh sorry sorry jadi ganggu ya"
"Eng.....enggak mbak, kenapa mbak?"
"Aku mau ngundang kamu, hari ini kan anniversary pernikahnku yang kesepuluh Ama mas Ali. Pacar kamu juga boleh ikut kok, yuk"
"Bu.....bukan mbak, ini bukan pacar aku, kenalin ini Kaindra temen An" ucap Anindya kikuk
"Alah pacar juga nggak apa apa An" ucap mbak Rina ceplas-ceplos
"Ya udah aku tungguin ya, jangan lupa diajak" mbak rina menunjuk Kaindra
Mbak Rina keluar rumah kembali ke rumahnya, Anindya dan Kaindra jadi kikuk dengan ucapan Mbak Rina.
"Kamu mau ikut?"
"Boleh?"
"He em..."
"Ok"
"Ya udah aku ganti baju dulu ya?"
Kaindra mengangguk, Anindya beranjak menuju kamar untuk ganti pakaian. Ia mematut diri di depan cermin, ia bingung memakai baju apa ke anniversary mbak Rina dan mas Ali, setelah beberapa kali mencoba beberapa baju, Anindya menjatuhkan pilihan pada dress pendek ini
Rambutnya ia gerai hanya diberikan sentuhan jepit rambut di sisi kanan depan, ia pun keluar kamar mendatangi Kaindra yang duduk di ruang tamu. Kaindra melihat Anindya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Anindya merasa risih dengan pandangan Kaindra
"Kenapa, jelek ya?"
"Eng....enggak bagus kok"
Keduanya keluar dari rumah Tante Mira menuju rumah Mbak Rina, dari luar sudah terlihat kemeriahan pesta di dalam, walau rumahnya tidak terlalu luas tapi disulap sedemikan rupa sehingga tampak luas, taman Depan rumah juga ikut di sulap sebagai tempat pesta outdoor.
Kaindra dan Anindya masuk ke dalam rumah untuk memberikan selamat kepada empunya pesta.
"Mbak Rina......."
"An .......akhirnya datang juga"
"Happy anniversary ya mbak" ucap Anindya sambil bersalaman dengan Mbak Rina
"Makasih An...... kamu cantik banget deh"
"Ah Mbak Rina bisa aja"
"Selamat ya mbak" Kaindra ikut mengucapkan selamat pada Mbak Rina
"Makasih, kalian serasi loh"
Kaindra dan Anindya saling berpandangan, wajah Anindya memerah mendengar ucapan Mbak Rina.
"Sayang kamu jangan godain mereka dong, tuh muka mereka jadi merah kayak tomat" goda mas Ali mendekati mereka yang sedang ngobrol.
"Enjoy ya, aku tinggal dulu menyapa tamu yang lain" mbak Rina dan mas Ali beranjak meninggalkan Kaindra dan Anindya yang masih tertunduk malu.
Lynagabrielangga