Amelia keluar dari kamar dengan nafas ngos-ngosan. Matanya mengedar, mencari sosok sang suami yang entah berada di mana. Di kamar tamu? Di kamar Roni? Di mana? Otak Amelia mendadak kosong. Dia tidak bisa berpikir. Inderanya seakan mati karena tenggelam dalam rasa bersalah dan penyesalan. Kakinya yang telanjang melangkah tanpa arah tujuan. Ada rasa sesal yang menggunung. Rasa ketakutannya terlampau besar; takut kehilangan dan dicampakkan mendominasi hatinya, membunuh akal sehatnya. Tidak seharusnya dia mengambil kesimpulan tanpa bertanya terlebih dulu. Amelia menjadi kesal pada dirinya sendiri. Amelia mengecek seluruh kamar di lantai dua dan tidak menemukan suaminya di manapun. Dia semakin ketakutan. Dalam hati, dia merutuki tindakannya yang gegabah. Kali ini, dia turun. Tujuannya a