Tok ... Tok ... Tok ... "Tama?" panggil seseorang dari luar kamar yang mengetu pintu dengan keras. Utama melirik sekilas ke arah pintu itu dan mendesah pelan. Kenapa sih ada pengganggu, batinnya begitu kesal. Ia melepas pelukan ditubuh Nayla. Nayla bisa bernapas lega. Setidaknya ia tidak perlu menjawab pertanyaan yang sesjujurnya sulit ia jawab untuk saat ini. Nayla sedang memastikan hatinya saat ini untuk siapa? Ia suka atau hanya merasa kasihan pada Utama. Tapi, tidak ada cacat sama sekali pada Utama kecuali ia dingin dan terlihat garang. Buktinya, semalam Utama begitu hangat dan lembut. Nayla tersenyum tipis. Ia membayangkan andai pernikahan ini benar -benar pernikahan yang ia inginkan. "Kenapa Ray? Gak bisa tunggu dibawah gitu?" ucap Utama begitu kesal. Raut wajahnya terlihat benar