7

506 Words
Jesica terdiam saat belalai panjang itu masuk ke dalam gua yang telah basah dan licin. Belalai itu dengan mudah masuk ke dalam gua tanpa ada penghalang apapun. entu saja ini membuat pertanyaan besar bagi Tama ada Jesica. Setahu Tama, perempuan yang masih perawan itu kaan kesakitan dan belalai itu akan terasa sulit saat masuk ke dalam seperti ada selaput yang masih menutup dan harus di sodok terus hingga selaput itu robek dan belalai itu baru bisa menembus gua kenikmata hingga melayang sampai nirwana. Walaupun, Tama belum pernah melakukan hal ini pada wanita mana pun dan baru kali ini, ia akan melakukaknya pada Jsica karena sudah ia anggap kekasih yang bakal ia jadikan stri nantina. Tama masih terdiam. Belalainya yang tegang memna ingin sekali bergerak maju mundur mengikuti nafsunya. Tapi, Tama seperi sudah tak ada hasrat lagi. Ini hanya hasrat seorang laki -laki saja yang ingin melampiaskan nafsunya. Bukan karena ingin dan b*******h pada pasangannya. "Jes? Ka -kamu?" Pertanyaan Tama tidak dilanjutkan lagi membuat Jesia yang sempat kehilangan kendali karena nafsunya pun langsung meluap begitu saja. Tama merasa tidak bisa melanjutkan aktivitasnya pagi ini. Tama benar -benar syok sekali. Tama beringsut turun dari atas tubuh Jesica dan mengeluarkan belalainya yang masih tegak sempurna keluar dari gua basah itu secara paksa. "Tama? Kenapa?" tanya Jesica lirih sekali. Ia terpaksa menahan hasratnya yang sudah memuncak karena Tama menyudahinya. Padahal belalai itulah yang paling Jesica tunggu sejak tadi. Belalai yang masuk ke dalam guanya dan bergerak maju mundur. Jesica sudah membayangkannya dengan senang. Tapi ia harus kembali menelan pil pahit kalau Tama tidak melanjutkannya lagi. Tama memilih diam dan langsung turun dari tempat tidurdan menarik handuk yang tersampir di kursi. ama langsung masuk ke alam kamar mandi meninggalkan Jesica sendirian di atas tempat tdur dalam keadaan telanjang. Tama terdiam di depan wastafel sambil menatap wajahnya dari pantulan kaca. Kenapa? Kenapa, kekasihnya sudah tidak perawan lagi! Tidak perlu dijelaskan lagi kalau memang kenyataannya, Jesica sudah tidak perawan. Jesica sudah terjamah oleh pria lain. tama mengguyur tubuhnya dengan kucuran air shower. Sayup terdengar ketukan dari pintu kamar mandi. "Tama? Kamu kenapa Tam?" tanya Jesica belm sadarakan kesalahannya. Jesica pikir, Tama adalah lelaki bebas juga seperti dirinya. Karena selama ini, Tama sering kali nongkrong di bar atau kafe sambil minum -minuman keras. Sudah pasti di bar itu akan ada banyak wanita yang menggoda Tama. tama sengaja menulikan pendengarannya dan tidak ingin menjawab apapu. Ia benar-benar kecewa pada Jesica saat ini. Sangat kecewa sekali. Bisa -bisanya, perempuan yang ia junjung tinggi itu sudah tidak perawan lagi. Sudah dijamah laki -laki. Sudah berapa laki -laki yang menjamahnya? Lalu aku? Aku lelaki ke berapa? Tama menyentuh belalainya yang masih tegak berdiri dan mengusap pelan. Belalai itu sudah tak lagi perjaka. Ia sudah merasakan gua nikmat walaupun tak sampai tuntas. Belalainay semakin keras dan masih menegang hebat. Saat ia usap, rasanya sunguh nikmat sekali. Mungkin memang Tama perlu bersolo karir dulu sampai sakit hatinya benar -benar pulih. "Argh!" Tama benar -benar puas melakukan sendiri tanpa wanita juga. Tidak perlu berzina dan ini adalah kodrat seorang laki -laki.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD