Tama sangat tergoda untuk menggapai gua yang masih tertutup dengan rindangnya rumput liar. Tangannay mengulur ke atas karena posisi Jesica masih berdiri melangkahi Tama.
Saat tangan tama akan menyentuhnya, Jesica pun langsung duduk di atas tubuh Tama. Lebih tepatnya di bagian d**a Tama. Lelaki itu hanya bertelanjang d**a dan masih memakai boxer. Terlihat jelas juga, kalau batanag yang tersembunyi dalam boxer yang di pakai Tama saat ini. Itu tandanya, Tama adalah seorang lelaki yang normal dan sudah terangsang dengan tubuh polos Jesica.
Lagi pula, lelaki maa yang tahan dengan pemandangan indah di depannya itu. Sekali atau dua kali masih bisa menahan. Kalau tempatnya sangat mendukung seperti pagi ini? Siapa yang akan bertanggung jawab untuk tidak memiliki nafsu atas tubuh itu.
Jesica menggesek -gesekkan bagian selakangannya di atas d**a Tama yang di tumbuhi oleh bulu halus.
"Kenapa cuma dipandangi saja? egang dong, Tam," pinta Jesica sambil menarik tangan ama dan dibimbing ke arah bagian dadanya yang cukup besar. Bobanya juga bulat menantang.
Ibu jari Tama ikut mengusap pelan bagian kulit d**a Jesica dan sesekali menyentuh boba itu dengan sengaja. Ia cuku penaaran dengan bagian itu. Kalau lihat di majalah dewasa atau menonton film dewasa, bagian itu sangat enak dan menggairahkan. Apakah benar?
"Remes, Tama," pinta Jesica sedikit mengajari Tama yang benar -benar masih polos dalam dunia perintiman.
Selama ini, Tama hanya sibuk bekerja. Naluri kelaki -lakiannay memang selalu muncul tiba -tiba, dan ama hanya perlu menonton film dewasa lalu pergi ke kamar mandi untuk bersolo karir menghabiskan sabun cair. Atau kalau tidak, ia membiarkan dirinya tertidur hingga bidadari cantik menghampiri Tama dalam tidur lelap dan melayaninya hingga a******i itu membasah seluruhboxernya.
Perlahan tapi pasti, Tama mulai meremas kedua d**a Jesica dan memilin dua boba itu hingga Jesica mendeah pelan samil memejamkan kedua matanya. Kedua tangan Jesica ke belakang memegang paha ama untuk menahan berat badannya yang sedikit oleng akibat remasan penuh hasrat Tama pada dua payudaranya.
"Ohh .. Ini nikmat sekali, Tama. Tanagn kamu sangat besar hingga kedua payudaraku benar -benar cukup dalam genggaman kamu. Terus Tama. Aku mulai terangsang ini ..." Racau Jesica mulai kacau. Napasnya juga mulai tak beraturan.
Tama semaki senang melihatnya. Adrenalinnay ikut naik turun saat menatap Jesica yang terus mengerang keenakkan. Itu baru bagian d**a saja. Belum bagian lainnya yang lebih sensitif. Pasti Jesica akan lebih dari ini mengerangnya. Membuat ama semakin terangsang.
Batang yang tersembunyi dalam celana dalam itu sudah sangat mengeras sekali dan penuh sesak ingin keluar dari kurungan yang benar -benar sempit dan pengap itu.
Tanpa sengaja, Tangan Jesica menyentuh batang yang sudah keras itu. Kedua matanay langsung terbuka dan emnatap lekat du bola mata tama yang masih fokus dengan meremas dan memilin sambil menikmati raut wajah Jesica yang berubah menjadi merah.
"Sudah keras, punya kamu, Tam," ucap Jesica jujur.
"Hu um ... Keras," jawab Tama seolah seperti orang bodoh. Ia masih fokus meremas dua buah d**a yang menurutnya besar tapi tak terlalu kencang lagi. Apa mungkin ini efek dari Jesica yang jarang memakai bra saat menjadi foto model.
"Aku mau lihat, boleh?" tanya jesica begitu penasaran.
Tanpa perlu menunggu jawaban Tama. Tangannya pun masuk ke dalam boxeritu benar saja. Kulit batang itu nampak keras dan licin. Bagian ujung kepala batang itu sudah mengeluarkan cairan. Kalau kata orang itu adalah cairan pelumas. Sama seperti yang saat ini Jesica rasakan. Bagian bawahnya juga sudah basah dan begitu becek.
Jesica sengaja membuka kedua pahanya agar pandangan Tama beralih pada gua yang tersembunyi itu.
Nafsu Tama sudah memuncak Ia tak sanggup menhananya lagi. Tama memegang tubuh Jesica dan membalikkan tubuh kekasihnya hingga kini Jesica berada di bawah kungkungan tubuh Tama yang begitu kekar dan sangat kuat.
Tama melahap bibir mungil Jesica sambil memainkan boba Jesica dengan gemas. angan kirinya menjadi tumpuan saatia berada di posisi seperti orang sedang push up.
Tangan Tama menjalar ke bawah dan menyentu gua tertutup rumput liar. Gua itu sudah basah dan megelarkan cairan yang sangat licin dari sel a-sela gua itu.
Jesica pun tidak tinggal diam. Selama bibinya masih beradu dengan bibir Tama. ahkan mereka sudah pintar memainkan lidah mereka hingga memperdengarkan suara decitan yang begitu syahdu.
Boxer Tama sudah turun sampai paha. Tugas Tama menurunkan boxernya sendiri menggunakan kakinya secara pelan hingga terjatuh di lantai.
Jesica langsung memainkan belalai batang yang begitu keras dan sangat besar itu. Belali itu bahkan lebih besar dari kepalan tangannya. Sampai telapak tangan Jesica terasa penuh memegang belalai itu.
Jesica mengurutnya dengan pelan, penuh kelembutan hingga Tama merasakan melayang sampai ke alam nirvana.
Baru terrkena sentuhan tangan Jesica saja, Tama sudah tak kuat. Ia benar -benar sudah tidak sabar ingin embobol gawang Jesica yang selama ini ia jaga.
Dalam hati Tama, ia ingin meminta maaf pada jesica karena tidak bisa menjaga Jesica dengan baik.
Kedua bibir itu saling melepas. Kini ganti bibir Tama ingin bermain -main di d**a Jesica. Boba itu sungguh menggemaskan sekali. Akhirnya Tama bisa merasakan boba montok mii Jesica, kekasihnya. tama juga memberikan jejak merah tanda kepemilikan darinya.
Tama memainkan boba itu dengan lidahnya. Jesica pun menggeliat resah kegelian di bawah kungkungan Tama.
Bagaimana Jesica tidak antusias dan bersemangat hingga tubuhnya menggeliat seperti ulat bulu. Bobanya di hisap dan di mainkan dengan lidah Tama. Belum lagi, Depan guanya di usap -usap pelan hingga Jesica mengejang hebat sampai caran hangat keluar dari gua itu.
Keringat Jesica mengucur dreas karena terlalu fokus dengan nikmat yang diberikan ekkasihnya.
Jesica sudah tak sabar membayangkan belalai panjang yang ada dalam genggamannya itu masuk ke dalam guanya. Pasti mentok, penuh sesak dan tentunya sangat nikmat sekali.
Tama menyudahi semuanya. Belalainya juga sudah sangat keras, aku dan begitu tengang. Ia sudah tidak sabar juga ingin berolah raga pagi untuk pertama kalinya dengan Jesica. Ini adalah waktu yang ditunggu oleh Tama.
"Boleh aku masukkan?" ijin Tama pada Jesica.
Jesica mengangguk pasrah dengan nafsu yang egitu besar. ia sudah tidak tahan ingin seklai guanya dipenuhi dengan belalai yang panjang, besar dan sangat kuat
Tama mencoba mengusap pelan belalainya dan menggesekkan pelan pada pintu gua. Kalau belalai itu bisa bicara ia akan bilang. Hai aku datang.
Belalai itu masuk dengan mudahnya hingga membuat ama terkejut dan menatap tajam kedua mata Jesica yang berada di bawahnya.
Jesica jugakaget di tatap Tama seperti itu.
"Ka -kamu?!"