bc

Saka dan Naura

book_age12+
2.8K
FOLLOW
20.6K
READ
pregnant
luna
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Benar kata orang. Jika ada dua orang laki-laki dan perempuan bersahabat, pasti ada salah satu dari mereka yang jatuh cinta. Itu yang aku rasakan. Dia adalah Saka. Sahabatku. Sahabat sejak kami SMA hingga kini kami sama-sama sudah lulus kuliah. Ya, aku tidak tahu entah sejak kapan aku jatuh cinta padanya. Dia yang begitu dewasa, dia yang selalu menjadi pelindungku. Namun, sayangnya dia sudah memiliki kekasih. Salsa. Dia yang juga menjadi sahabatku.

~Naura~

Memiliki kekasih, bagiku tidak ada bedanya ketika aku berstatus single alias jomlo. Iya, karena meskipun tidak memiliki kekasih, aku memiliki sahabat yang membuat hari-hariku berwarna. Dan memang benar, di antara persahabatan laki-laki dan perempuan pasti tetap saja ada perasaan cinta yang mengusik. Aku mencintainya? Iya. Tapi aku tidak ingin membuat hubunganku dengannya renggang karena perasaan sialanku ini. Karena yang aku lihat, dia sama sekali tidak memiliki perasaan yang sama terhadapku. Sampai akhirnya Salsa, yang juga sahabatnya menyatakan cinta padaku. Karena tidak ingin menyakitinya, dengan terpaksa aku menerimanya.

~Saka~

Pict by www.pixabay.com

Edit with InShot

chap-preview
Free preview
Part-1
Pagi ini seperti biasa, Naura gadis yang menginjak usia 23 tahun itu mengawali harinya dengan sarapan masakan sang ayah. Ayah Naura memang lebih unggul dalam masalah memasak dibanding mamanya. Itulah sebabnya sejak rujuknya orang tua Naura sejak hampir 7 tahun yang lalu, ayah Naura yang mengambil alih urusan memasak. Naura juga sangat menyukai semua makanan yang dimasak ayahnya. Naura, sulung dari lima bersaudara. Tiga adiknya Aira yang kini hampir 16 tahun, Tasya 9 tahun, Dira 8 tahun, dan si bungsu Andra. Naura sangat bahagia dengan kehidupannya sekarang. Memiliki orang tua yang sangat menyayanginya, juga saling mencintai. Masa lalu yang menimpa keluarga mereka, saat Naura berusia remaja menjadi pelajaran paling berharga dalam hidup mereka. Semenjak orang tua Naura memilih untuk kembali bersama, sejak saat itu juga keluarga yang harmonis benar-benar Naura dapatkan. Jika dulu Naura sangat membenci sifat ayahnya, lain sekarang. Sekarang justru Naura ingin memiliki suami seperti ayahnya. Ayahnya yang dulu telah hilang entah ke mana. Yang ada sekarang adalah ayah Naura yang benar-benar menjadi family man. Selalu ada untuk anak istrinya. "Hari ini mau ke mana aja, Sayang?" tanya Farhan sambil menggantungkan apron yang tadi dipakainya untuk melindungi bajunya agar tidak kotor terkena cipratan minyak dari ayam yang digorengnya. "Biasa, Yah. Aku ke cafe. Sama mau nemenin Saka beli cincin. Katanya mau tunangan," jawab Naura sambil mengambil secentong nasi, memindahkannya ke atas piring. "Tunangan? Sama siapa? Ayah pikir Saka mau melamar putri Ayah?" Farhan memang senang sekali menggoda putrinya. "Ayah ... nggak usah godain Naura pagi-pagi deh, Yah ...," protes Naura. Farhan tertawa sebelum ia menjawab, "Kalian kan deket banget, Ayah pikir ada sesuatu. Kamu belum jawab pertanyaan Ayah, mau tunangan sama siapa si Saka?" "Sama Salsa." "Salsa, yang suka main ke sini?" "Iya ...." "Kalau gitu, kapan kamu kenalin pacar kamu ke Ayah?" Sebagai orang tua, Farhan memang mengajarkan kelima anaknya untuk selalu terbuka tentang masalah apa saja kepada orang tuanya. "Pacar? Naura nggak punya pacar," jawab Naura seadanya. "Cari dong ... Ayah juga udah kepengin punya anak mantu," jawab Farhan diakhiri dengan senyumnya. Naura tak lagi menjawab. Ia hanya berucap dalam hati, 'Orang cowok yang Naura cintai mau nikahin anak orang.' Niken berjalan menuju meja makan bersama Aira, Tasya, Dira, dan Andra. Setiap pagi memang pemandangan itu yang didapat. Niken sebagai mama mereka, bertugas membantu putra putrinya bersiap ke sekolah. Orang tua Naura, Farhan dan Niken adalah pengusaha. Mereka tidak terikat jam kerja. Saat ini, mereka memiliki 7 warung makan yang mereka kelola. Dulu ada 10 warung yang mereka punya. Namun, saat itu keluarga mereka mendapat musibah yang akhirnya hanya menyisakan 7 warung. Selain warung makan, mereka juga memiliki 3 cafe. Di mana 2 cafe di-handle Naura semenjak lulus kuliah, dan satu cafenya dikelola Niken karena ia juga harus membantu Farhan mengelola warung. Sejak SMA, Naura sudah diajari bagaimana cara mengelola usaha mereka. Sehingga setelah lulus kuliah, Naura sudah paham betul seluk beluk cafenya. Aira, Tasya, Dira, dan Andra duduk di kursi masing-masing. Niken mengambilkan nasi untuk mereka beserta lauknya. Setelah itu, Niken mengambilkan nasi untuk Farhan. Meskipun Farhan yang memasak, sudah terbiasa Farhan akan sarapan setelah semuanya kumpul di meja makan dan Niken yang akan mengambilkan nasi untuknya. Bukannya manja, tetapi Farhan hanya ingin memberikan ladang pahala untuk istri yang pernah disia-siakannya itu. Sejak mereka rujuk, mereka memang lebih mendalami ilmu agama. Ada tanggal tertentu di mana keluarga mereka mengikuti kajian seorang ustaz. Setelah semua anggota keluarga kecuali Naura sudah mendapatkan sarapannya, Niken menyiapakan air minum. Kemudian meletakannya di meja di depan masing-masing anggota keluarganya. Baru setelah itu ia mengambil sarapan untuk dirinya sendiri. "Siapa yang mau tunangan, Ra?" tanya Niken karena tadi ia mendngar sedikit pembicaraan antara putri sulung dan suaminya itu. "Saka, Ma ...," jawab Naura yang sudah menyelesaikan sarapannya. "Ngomong-ngomong udah lama juga ya, dia nggak main ke sini." "Sibuk, Ma." Naura melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. "Naura pergi dulu Yah, Ma ...," pamit Naura. Ia berdiri kemudian menghampiri orang tuanya, mencium punggung tangan mereka bergantian. "Hati-hati, Sayang nyetirnya. Jangan karena patah hati jadi nggak konsen," goda Farhan lagi. "Ih ... Ayah mah gitu!" Niken hanya bisa tersenyum melihat tingkah kedua orang yang sangat disayanginya itu. "Naura berangkat, Ma ...." "Iya ... hati-hati. Nggak usah ngebut!" "Iya, Ma ...." Setelah itu Naura meninggalkan mereka kemudian pergi menggunakan mobilnya. "Mas ini suka banget godain Naura," ucap Niken. "Kalau aku lihat nih, Naura itu suka sama Saka. Cuma dianya aja yang nggak berani ngomong." "Mas sok tahu," cibir Niken. "Bener kok, Ma ... Aira pernah lihat pas Kak Saka sama Kak Salsa pada main ke sini, Kak Naura kaya cemburu gitu. Tapi dianya pura-pura tersenyum ramah," timpal Aira. "Nah kan ... tos Ai ...." Farhan mengangkat tangannya ke arah putri keduanya yang duduk di sebelah kanannya. Aira pun menuruti ayahnya. "Cemburu apaan sih, Ma?" tanya Dira yang sedari tadi hanya diam mendengarkan orang-orang yang lebih tua darinya berbicara. "Cemburu itu seperti perasaan iri. Tapi udahlah nggak penting. Sekarang kalian habiskan sarapan kalian, terus berangkat ke sekolah. Ok ...." "Ok, Ma ...." Usai sarapan, Farhan mengantarkan keempat anaknya ke sekolah. Sementara Niken membereskan bekas sarapan mereka. *** Saka menemui Naura di cafe. Pegawai cafe sudah terbiasa dengan kehadiran Saka. Ia langsung masuk ke ruangan sahabatnya itu. "Gimana, lo bisa, kan?" tanya Saka begitu masuk ke ruangan Naura tanpa memberi salam lebih dulu. "Lo ya ... datang bukannya salam, malah ngagetin orang," protes Naura yang memang cukup terkejut mendengar suara Saka karena ia sedang serius mengecek laporan keuangan cafe. "Ya sorry, lo bisa, kan?" tanya Saka lagi. "Iya ... gue selesein ini dulu. Cuma beli cincin, kan?" "Iya." Tanpa dipersilakan, Saka duduk di sofa yang terdapat di ruangan Naura. Dalam hatinya ia sedang bimbang. Sebenarnya, ia belum ingin menapaki jenjang yang lebih serius dengan Salsa. Namun, orang tua Salsa yang menginginkannya. Setelah lulus kuliah, orang tua Salsa menuntut agar Saka meresmikan hubungan mereka dengan pertunangan. Setelah itu baru mereka akan membicarakan pernikahan. Salsa putri mereka satu-satunya. Mereka yakin jika Saka adalah pria yang paling tepat mendampingi putrinya. Sehinga mereka tidak ingin menyia-nyiakannya. "Lo mau tunangan kaya nggak semangat gitu." "Terlalu buru-buru nggak, sih? Gue merasa belum siap, Nau ...," keluh Saka yang memang sudah terbiasa memanggil Naura dengan panggilan 'Nau'. "Ya mau gimana lagi, lo udah menyetujui. Orang tua kalian juga udah menentukan. Masa iya batal." Saka berjalan mendekat ke arah Naura. Sampai di meja Naura, ia duduk tepat di samping kursi yang Naura duduki. Saka meraih tangan Naura. "Gue bingung nanti harus ngomong apa, ajarin dong ...." "Ye ... mana gue tahu." Saka menatap mata Naura dalam. Naura juga menatap mata Saka. Tanpa Saka sadari, satu kalimat terlontar dari mulutnya begitu saja. "Aku cinta kamu ...." Tbc.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Noda Masa Lalu

read
184.0K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

TERSESAT RINDU

read
333.3K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.2K
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
257.0K
bc

Fake Marriage

read
8.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook