30. Pembelaan untuk Aura

1672 Words

Sore itu, rintik hujan membasahi bumi. Aura duduk di sudut sebuah kafe kecil, wajahnya masih tampak kalut setelah sidang pertama. Kehadiran Barra dalam hidupnya memang memberikan angin segar, dia terlihat lebih tegar. Di depannya meja kayu bundar masih kosong, hanya diisi secangkir teh hangat yang asapnya sudah menipis. Tak lama, pintu kafe terbuka. Seorang wanita masuk dengan langkah mantap, menoleh ke kiri dan kanan lalu segera menghampiri meja Aura. Dia lah Salma, pengacara berusia 35 tahun. Tubuhnya ramping namun tegap. Bahunya tegak, sikap duduknya penuh wibawa, rambut hitamnya dikuncir rapi, wajah ovalnya dihiasi mata tajam yang tegas, namun lembut bila menatap klien. “Maaf menunggu, Mbak Aura?” sapanya sambil menjabat tangan dengan eerat, senyumnya tipis tapi mantap seakan mampu m

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD