Lita baru saja pulang. Seorang ART membukakan pintu untuknya berhias senyuman. “Itu spagetinya dibagi-bagi buat Mbak saja, ya, Mbak!” Lita cukup berseru karena sang ART sudah lari lebih dulu meninggalkannya. “Iya, Non, makasih banyak.” Sang ART membalas dengan senyum lepas, tapi kenyataan tersebut tak mengusik Lita yang awalnya juga tengah tersenyum hanya karena gadis itu mendapati kedatangan sang adik yang menatapnya dengan kesal bahkan sinis. Lita menghela napas dalam kemudian membenarkan tas yang menghiasi pundak kanannya. Ia membiarkan sang adik melongok ke belakangnya, Lilyn mengintip suasana luar melalui kaca jendela di sebelah. “Kak Kana sampai antar Kakak?” sinis Lilyn. Lita mengangguk-angguk. “Ya iya, ... kami kan memang pergi bareng.” “Kenapa aku ditinggal padahal aku sudah