Eps. 11 Mengurai Masalah

1039 Words
Agni berdesis kala Niko tak sengaja menekan lampu tidur yang ada di samping tempat tidur hingga membuat lampu padam. Dengan pencahayaan temaram, membuat Agni tak bisa melihat wajah Niko dengan jelas. Begitu pula dengan Niko tak bisa melihat wajah Agni dengan jelas, ia melihat wajah itu sebagai wajah Manda. "Sayang, aku juga sangat merindukan dirimu." Niko bahkan mendengar suara Agni sebagai suara mendiang istrinya. Seorang wanita yang rindu belaian dari seorang suami bertemu dengan seorang pria yang rindu dengan belaian dari seorang wanita, selanjutnya terjadi apa yang tidak seharusnya terjadi. Tubuh mereka yang bicara dan menjawabnya. Malam terasa panjang hingga terdengar derit ranjang sampai tengah malam lewat dan berhenti kala lelah meraja. Malam bergulir pagi. "Apa ini yang terasa berat?" Agni pelan membuka kelopak mata. Di sampingnya ada tubuh seseorang yang menimpa tubuhnya. Ia memastikan kembali apakah yang ada di sampingnya benar orang atau dia hanya berhalusinasi saja? Astaga! Dia benar-benar seorang pria. Bagaimana bisa ada seorang pria di kamarku. Dan lagi ... Agni menatap ke arah tubuhnya sendiri. Tubuh polosnya di mana sekarang terdapat tanda merah di sana. Ini pasti mimpi. Agni tak percaya dengan apa yang dilihatnya, mencubit kuat tangannya. Berharap ia hanya bermimpi. "Hiss!" Nyatanya dia merasakan sakit. Bahkan, tangannya itu sampai merah sekarang terkena cubitan kukunya sendiri. Sumpah demi apapun, dia sampai meremang sendiri. Aku bermalam dengan seorang pria? Berulang kali dia memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri. Bagaimana ini bisa terjadi? Di tengah rasa gundah dan panik, Agni mencoba mengingat kejadian semalam. Seingatnya dia berada di sebuah acara jamuan malam bersama Bunga. Pulangnya dia diantar oleh Niko. Astaga! Apa mungkin pria ini adalah ... Pak ... Agni tak berani melanjutkan menyebut nama Niko, meski itu hanya dalam hati saja. Dia teramat sangat tidak sanggup mengeja namanya. Ia pun memastikan sendiri melihat pria yang nampak punggungnya. Pelan dia menarik bahu pria itu hingga terlihat mukanya. Akh! Seketika Agni menjerit melengking melihat siapa pria di kamarnya itu Suara lengkingan Agni memaksa Niko membuka kelopak matanya. Begitu membuka mata, dia melihat sosok wanita. Dan parahnya wanita itu adalah Agni. "B-bu Agni ... aku ... Anda ..." Niko tak percaya kenapa dia tiba-tiba ada di kamar wanita. Bingung. Niko beralih menatap dirinya sendiri. Tubuhnya polos. Ia lalu beralih menatap tubuh Agni yang kini terbelit selimut. "I-ini tidak benar bukan?!" pekik Niko kemudian membeku di tempat. Sumpah demi apapun, dia syok berat. Dia tak percaya dia telah melakukan ini dengan Agni. "Ini pasti salah paham." Baik Niko maupun Agni kini saling memunggungi. Mereka lebih fokus pada diri mereka sendiri dan segera membungkus kembali tubuh mereka dengan pakaian. Setelah Agni memakai pakaian lengkap karena dia berani bicara dengan menatap langsung Niko. "Pak Niko ... sebelumnya aku Sempat berpikir untuk mengucapkan terima kasih pada Anda. Tapi rupanya Anda menodai kepercayaan dariku." Agni sampai membulatkan bola mata. Dia benar-benar mengutuk aksi Niko yang rupanya baik hati karena ada maksudnya. Tidak ada ketulusan sama sekali. "Tapi sekarang, aku bisa tahu dan yakin orang seperti apa Bapak ini. Keluar dari rumah ini. Dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi." Kali ini Agni benar-benar tak bisa menahan amarahnya lagi. Dia juga menyesal kenapa mau diantar oleh pria itu malam sebelumnya. Niko sungguh tak bisa berkata apapun. Dia disudutkan seperti ini, namun tidak bisa membantah sama sekali. Jika dinilai sebenarnya dia juga adalah korban. Tapi sayang, kondisi awal memang Agni yang teler, sedangkan dirinya bugar. Siapapun pasti akan menilai jika dirinya yang salah. "Bu Agni, aku juga tidak tahu kenapa bisa ini semua terjadi. Aku benar-benar tidak menyangka ini terjadi pada kita. Begini saja, lupakan kejadian ini semua. Anggap ini tidak pernah terjadi. Lalu sebagai kompensasinya aku akan mentransfer sejumlah uang nanti ke rekeningmu." Maksud Niko baik, tapi Agni menangkapnya berbeda. Dia merasa pria itu merendahkan harga dirinya. Dia kira semua bisa selesai dengan uang apa? "Tolong, Pak Niko segera pergi dari sini sebelum saya semakin marah." Niko baru kali ini melihat Agni sampai semarah ini. Sebelum wanita itu marah lagi, ia angkat kaki dari sana. Tanpa bicara dia keluar dari kamar Agni. Bahkan dia tak berhenti kalah melihat foto keluarga di rumah tersebut. Ia lebih memilih untuk masuk ke mobil dan kembali ke rumah. "Astaga! Ayah baru pulang?!" Ezio yang mendengar suara Deru mobil berhenti di depan rumah segera berlari keluar. Benar saja, mobil Niko parkir di sana. Pria itu berjalan dengan hentakan kaki keras masuk ke rumah. "Ayah, Ayah semalam ke mana dan baru pagi ini pulang?" Ezio mengikuti Niko masuk ke kamar. Terdengar helaaan napas panjang kala Niko sudah duduk di sembah sofa yang ada di kamar. Dia menatap Ezio. Bagaimana bisa aku menjelaskan ini padanya? Tidak mungkin aku menjelaskan jika aku menghabiskan malam bersama gurunya, bukan? Sial! "Ezio, Ayah ada urusan mendadak dengan seorang teman. Jadi, Ayah terpaksa meninggalkan jamuan makan malam," bohong Niko. "Ayah tidak bohong, bukan?" selidik Ezio. Jelas dia melihat pria itu masuk ke mobil bersama Agni. Tapi kenapa bilang ada janji dengan temannya? Aku tidak tahu kenapa orang dewasa suka sekali berbohong, apalagi membohongi anak kecil sepertiku. Tapi tak apa, yang penting Ayah dan Bu Agni sudah minum minuman dewasa. Tapi apa yang terjadi setelah mereka meminum minuman dewasa? Oh, pasti mereka bersenang-senang, mengobrol dan juga bercanda. Aku suka itu lain kali aku akan minta Tante Melia untuk membuatkan minuman dewasa lagi. "Ezio, Ayah sibuk. Jangan ganggu Ayah atau jangan membuatku marah. Apa aku perlu menceritakan setiap detail kegiatanku padamu, hm?" Tulang rahang Niko mengeras, membuat Ezio cepat mengunci bibirnya agar tak membuat Niko marah. "Sana pergi. Jangan ganggu, Ayah," usir Niko. Tanpa menjawab, Ezio pun beringsut mundur sampai ke pintu kemudian ke luar dari kamar Niko. Setelahnya terdengar sentakan pintu keras dari tangan Niko. Dia menutup pintu karena tak ingin ada yang mengganggu dirinya lagi, baik itu Ezio ataupun pelayan di rumah. "Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" Niko kembali duduk dan menyandarkan punggungnya di sebuah kursi. Menurutnya pada kejadian semalam ada yang tidak beres. Karena ya sendiri juga tidak sadar telah melakukan itu pada Agni. Ia kemudian baru kejadian peristiwanya satu per satu. "Tunggu, Ezio memberikan jus jeruk padaku. Dia juga memberikan jus jeruk itu pada Bu Agni. Mungkinkah dalam minuman itu tercampur sesuatu?" Niko menautkan sepasang alis gelapnya. Menurutnya anak kecil seusia Ezio tak mungkin melakukan itu, terlebih mengetahui jenis obat perangsang. Pasti karena minuman itu. "Ezio!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD