PROLOG

824 Words
Terkadang manusia dibutakan oleh cinta hingga mereka tak bisa melihat mana yang tulus dan terpaksa ~Anesta Fevilia~ Selamat malam minggu. Kembali lagi dengan aku, yang kece, keren, dan baik. Aku membawa cerita baru berjudul "Mantan Suami" Aku updatenya malam minggu terus, ketahuan banget jomblonya. Tapi tak apa, di malam minggu ini aku menyajikan cerita baru, yang berbeda dari cerita biasanya. Semoga kalian suka dengan cerita Anes dan Daffa, Vote dan komennya aku tunggu ya S elamat membaca ............ "Anes, saya akan menikahi kamu." Gadis cantik yang memakai seragam SMA itu mendongak, menatap pria tampan dan dewasa di depannya. Jari tangannya saling bertautan, lidahnya terasa kelu hanya untuk mengucapkan sesuatu. Walaupun Anes senang mendengar pujaan hatinya yang dia cintai selama satu tahun ini ingin menikahinya, tetap saja ada yang aneh dan ganjil di sini. "Ta... Tapi kakak enggak mencintai Anes kan?" Anes memberanikan menatap manik mata hitam legam Dafa. Sedangkan Dafa langsung mengalihkan tatapannya, takut Anes menyadari kebohongan di matanya. Anes tersenyum kecut saat melihat reaksi Dafa yang menjawab semua pertanyaan dalam kepalanya. "Jangan dipaksa kak, kalau kakak menikahi Anes, hanya karena orang tua Anes baru saja meninggal, dan Anes tidak memiliki keluarga lain, selain kakak yang notabenenya sudah dianggap anak sendiri oleh ayah. Lebih baik tidak perlu, dari pada kakak dan Anes menyesal di kemudian hari." Anes berniat pergi dari ruang tamu keluarga Fevilia, karena takut air mata yang sudah dia tahan setengah mati tumpah dihadapan Dafa. Namun tangannya dicekal oleh Dafa. "Cinta bisa datang seiring waktu Anes, saya akan berusaha mencintai kamu. Saya mohon menikahlah dengan saya." Dua tahun kemudian... "Ini surat cerai kita Anes, saya gagal berusaha mencintai kamu, setelah dua tahun kita menikah, saya tetap tidak bisa mencintai kamu. Maafkan saya Anes." "Kak Dafa jahat!" "Anes cinta sama kak Dafa, jangan tinggalin Anes kak. Dulu kak Dafa janji akan berusaha mencintai Anes, kasih Anes kesempatan lagi kak untuk buat kakak cinta sama Anes hiks hiks," tangis Anes mencekal tangan Dafa yang ingin pergi meninggalkannya sendirian. "Maafkan saya Anes, saya sadar bahwa saya salah telah memberi kamu harapan palsu, saya harap kamu bisa menemukan pria yang mampu membahagiakan kamu." "Tapi Anes cinta kak Dafa." "Saya yakin cinta itu bisa hilang seiring berjalannya waktu, kamu dan saya terpaut umur yang jauh Anes, selamat tinggal Anesta Fevilia." "Anes." Anes tersadar dari lamunannya lalu mendongak, menatap siapa orang yang sudah membuyarkan lamunannya akan kejadian sembilan tahun lalu. Tubuh Anes seketika membatu melihat pria yang baru saja dia lamunkan berdiri di hadapannya, Dafa. Pria yang merupakan mantan suaminya kini berdiri di hadapannya menggengam kertas yang Anes tak tahu apa itu. Kalau boleh jujur, Anes akui Dafa semakin tampan dan gagah. Otot-otot tubuhnya dapat terlihat dari jas mahal yang membentuk tubuh atletis itu. Anes merutuki Dafa yang semakin tampan saja membuat dirinya sigap menahan air liurnya agar tidak menetes. "Ka... Kak Dafa." "Iya, Anes ini aku Dafa. Sudah lama kita tidak berjumpa. Saya ke sini ingin mengundang kamu menghadiri acara pernikahan saya." Ucapan Dafa bagai petir di siang bolong namun sebisa mungkin Anes tersenyum tipis di hadapan Dafa, walaupun hatinya tercubit dan begitu banyak pertanyaan di kepalanya, "kenapa Dafa bisa ada di kantornya? Atau karena tidak sengaja? Atau karena Dafa memang sengaja datang ke kantornya?" Anes langsung membuang pemikiran kedua karena itu sangat tidak mungkin. Tangan Anes terulur mengambil Undangan pernikahan Dafa. "Makasih ya, sudah mau mengundang saya." "Iya, jangan lupa datang ya Anes." Anes hanya mengangguk ragu, lalu tatapannya teralih pada wanita cantik bak model yang langsung mencium pipi Dafa. Membuat hati Anes panas. "Sudah selesai?" tanya Dafa dingin tanpa ekspresi membuat hati Anes berbunga-bunga. Saat Dafa tak menunjukkan perilaku istimewa kepada wanita yang Anes tebak kekasih Dafa. "Sudah, besok berita pernikahan kita akan diliput oleh studio TV, pokoknya aku ingin semua orang tahu bahwa aku menikahi seorang Dafa Prajaya, pemilik perusahaan TV swasta ternama di Indonesia, pemilik hotel bintang lima di berbagai dunia, dan pengusaha minuman dan rokok tersukses di dunia," ucap Lolita sambil memeluk lengan Dafa. Anes sekarang mengerti kenapa Dafa bisa ada di sini, pantas saja Dafa di sini, toh perusahaan tempatnya bekerja milik Dafa. Anes berusaha tetap tersenyum saat Lolita malah memandang rendah dirinya. "Saya pergi dulu Anes, jaga diri kamu baik-baik." Anes hanya mengangguk dan menatap kepergian sepasang kekasih itu dengan tatapan berkaca-kaca, air mata sudah membasahi matanya lalu menetes di kedua matanya saat Anes melihat nama calon pengantin di undangan itu. Dulu, namanya yang tersemat bersanding dengan nama Dafa namun semua sudah berubah. Dafa hanya akan tetap menjadi impian semunya. Anes langsung menghapus air mata di pipinya, lalu menyimpan undangan itu di tasnya. Anes mengambil foto pernikahannya dengan Dafa yang dia simpan dengan baik. Hanya ada senyum kepalsuan di foto itu, Dafa tidak bahagia dengan pernikahannya dulu, berbeda dengan Anes yang tersenyum lebar penuh kebahagiaan. "Kamu pantas bahagia kak, maafkan aku yang pernah menjadi penyebab kamu pura-pura bahagia, semoga dia bisa menjadi istri yang baik buat kamu kak, makasih pernah menjadi kenangan terindah dalam hidupku kak." Tangerang, 21 September 2019
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD