GADIS LIMUSIN

1701 Words
Seera terlihat memasuki area kampus yang terlihat sangat ramai dengan orang-orang yang sebelumnya belum pernah Ia temui, Ponselnya berdering dan Seera berusaha untuk merogoh ponsel yang ia simpan di dalam tasnya. namun saat Seera berusaha melakukan itu, Ia berjalan sembari menunduk dan terlihat sibuk mencari ponsel miliknya. "Brughh.." "Ups, Maaf." ucap Seera yang tidak sengaja menabrak sosok lelaki tampa berkulit putih dan lelaki itu sempat melihat kedatangan Seera dengan memakai mobil limusin tersebut. Matanya tertegun saat melihat raut wajah Cantik yang Seera miliki, mata biru yang di warisi sang Ayah terasa sangat berbeda untuk orang yang bertempat tinggal di Kota Jakarta. "Hai, Tidak apa-apa. Apakah kamu pun terluka?" Tanya lelaki tersebut, Seera menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak kak." Jawab Seera dengan senyuman kecil di wajahnya itu. Lelaki itu mengerutkan dahi miliknya, "Jangan memanggil ku kak, mungkin kamu dan aku berada di dalam satu angkatan yang sama." Sahut Elvan, "Tetapi seperti nya Aku tidak pernah melihat mu disini, Apakah kamu mahasiswi baru? " Sambung lelaki berparas tampan itu. Seera sedikit memiringkan kepalanya, Ia tersenyum kembali. "Apa kamu mahasiswi Arsitektur?" Tanya nya kembali, Seera mengangguk. "Maaf, sebenarnya aku sudah terlambat." Lelaki itu pun segera menggeser kan tubuhnya dan membiarkan Seera yang sedang terburu-buru itu untuk segera pergi menuju kelas yang akan ia kunjungi. "Silahkan, maaf aku sudah menghalangi mu." Tanpa menjawab apapun, Seera mengangguk sebagai tanda jawaban untuk lelaki tersebut. Seera pun melewati, "Namaku Elvan." Teriak Elvan untuk Seera seraya memperkenalkan dirinya kepada Seera, Seera kembali tidak memberikan jawaban. Ia hanya melemparkan sebuah senyuman tanda membalas apa yang Elvan katakan. Elvan tersenyum, seperti nya Ia menyukai sosok Seera walaupun baru pertama kali melihatnya. Elvan pun berucap, "Dalam hitungan Jam, Aku akan mengetahui nama mu gadis Limusin." Elvan bak seseorang yang baru saja menemukan emas dan berlian, Ia tak hentinya tersenyum dan raut wajah penuh kebahagiaan menyertai langkah nya. Dering ponsel Elvan pun menghentikan senyuman itu, Ia segera merogoh saku celana nya. sahabatnya itu pun terlihat mencoba menghubungi dirinya, "Ah Halo?" Sapa Elvan. "Dimana Lu Van?" Tanya seseorang dibalik ponselnya. "Gw di kampus, Lu dimana Nar?" Tanyanya balik. "Gw juga di kampus, tepatnya di Kafe. Sini ya, Jangan beritahu Emil." Katanya dengan suara yang sedikit pelan. "Oke, Wait. Gw kesana." sahut Elvan yang segera berlari menuju dimana sahabatnya itu berada. Dia adalah Elvan Alvaro, Seorang Lelaki maskulin yang terkenal dalam kepiawaian nya menggoda para gadis di sekitarnya. Semua Gadis mendambakan sosok Elvan yang begitu sangat tampan dan memiliki senyuman yang begitu memikat, setiap Ia berjalan, Para gadis tak hentinya menatap hingga menyapa sosok nya. Dan tidak hanya Elvan, sahabat nya yang bernama Nata Nara Wijaya yang tak kalah tampan itu pun memiliki segudang gadis yang menggemari dirinya. Wajah nya yang sangat tampan dengan tubuh atletis itu tak jarang membuat para gadis dengan sukarela menawarkan diri untuk menjadi teman kencan dirinya, namun bukanlah Nara jika salah memilih dalam mengencani gadis-gadis yang Ia mau. Hal utama Nara adalah memilah gadis mana yang cocok untuk ia ajak berkencan. Ya, Nata Nara Wijaya seorang anak dari pemilik Universitas ternama itu terkenal dengan sikap dingin nya juga dengan sorot mata yang terlihat tajam. sebenarnya, Nara tidak menyukai apa yang dinamakan menimba Ilmu. maka dari itu, tidak sulit menemukan sosok Nara. Jika tidak di Area perkebunan kampus, Ia akan lebih sering di temui di sebuah Kafe mewah yang berada di dalam Kampus. Dan, "Men." Teriak Nara, Elvan segera menghampiri nya. "Lo Tidur dimana semalam?" Tanya Elvan yang merasa kehilangan Nara pada pesta malam itu, Nara yang kalem itu enggan memberikan sebuah jawaban. Nara terdiam dan tetap fokus dengan satu batang rokok di tangan nya, "Ah, Lo pasti tidur di hotel." Sambung Elvan yang dengan mudah menebak sosok sahabatnya. Jelas saja jika hal itu dengan mudah Elvan katakan, semua karena Elvan sudah sangat mengetahui Nara begitupun sebaliknya. persahabatan yang sudah mereka jalin selama hidup tak membuat mereka hidup berjauhan, dimana ada Elvan disitu ada Nara. begitulah beberapa orang saat mengatakan hal mengenai mereka berdua. "Kenapa sih mesti di Hotel? apa karena hotel itu milik Nenek lo, Nyonya Berlin?" Tanya Elvan sedikit memprotes, "Gw cari Lo dimana-mana, Dan Lo gampang banget sih kaburnya. Atau Lo menemukan gadis? Udah mulai Curang Lo ya sama Gw. " Protes Elvan kembali. Nara menatapnya dengan tatapan yang begitu dingin, "Gak bosen lo dengan segudang protes lo? Gw ke hotel karena gw males, bokap baru pulang dari Jerman dan itu artinya nyokap tiri gw ikut pulang juga." Nara menghembuskan asap rokok nya dengan kasar, lalu mematikan rokok tersebut. Nara bukanlah sosok Anak yang bahagia atas segala yang ia miliki, bahkan apa yang mereka kira tidaklah sebaik yang Nara lalui. di balik tatapan dingin itu nya tersimpan banyak sekali duka di dalam kehidupan nya dan halnitu membuat Nara menjadi pribadi yang di nilai sangat kejam dan dingin. Elvan menepuk bahunya, "Ya Sudah, malam ini kita mau kemana?" Tanya nya pada Elvan. "Gw gak tau, Kak Naya minta gw balik. Gw harus menyambut kedatangan Bokap dengan sambutan penuh kepalsuan." Jawab Nara. Elvan kembali menepuk bahu Nara, lalu ia merangkul bahu Nara. Nara menoleh kearah wajahnya, "Hah, Come on Men. Lo bisa sambut dulu bokap Lo, dan kita cabut setelah itu." Ajak Elvan kembali pada Nara, Nara menaikkan alisnya keatas tanda Ia akan mengusahakan hal itu. Elvan tersenyum puas saat melihat sahabatnya yang mau menerima ajakan nya, Sementara itu, Seera berada di dalam kelas yang baru saja ia kunjungi pada hari ini ini. Ia begitu terlihat mencermati setiap penjelasan yang diberikan oleh Dosen yang sedang mengajar di dalam kelas tersebut. Sebuah ketukan pintu dari luar pun terdengar oleh mereka. Dosen bernama Arif pun membuka pintu tersebut, Arif terlihat mendapatkan sebuah bisikan dari orang yang mengetuk pintu tersebut. tidak lama kemudian, "Seera Auliya Yasmine," Seera mengangkat salah satu tangan nya, "Saya Pak." "Kamu di panggil Pak Albani," Seera terkejut saat mengetahui kepala divisi kampus memanggilnya, "Kamu boleh meninggalkan kelas ini Seera. Dan jika nanti ada pertanyaan seputar kelas hari ini. kamu bisa menghubungi saya." Seera mengangguk kan kepalanya, tanpa ragu Ia membereskan semua buku serta alat tulis yang tercecer di atas mejanya. Setelah dirasa selesai, Seera pun terlihat berjalan meninggalkan kelas nya tersebut. Dan saat Seera keluar dari dalam kelasnya itu, sosok Elvan yang berjalan berdampingan dengan sosok Nara melihat nya berjalan dengan santai dan melewati mereka. Seera tidak menyapa sama sekali bahkan tidak menyadari bahwa kedua lelaki itu begitu memiliki popularitas yang sangat tinggi di lingkungan kampus, Ia berjalan dengan pandangan lurus dan terpaan angin kencang membuat rambutnya tersibak dan membuat sosok Elvan terpesona saat melihat Seera yang berjalan dengan tatapan yang begitu cuek. Elvan kembali tertegun melihat kecantikan Seera, "Gadis yang melewati kita tanpa menyapa adalah gadis Limusin yang sedari tadi Gw ceritakan." Nara tersenyum pasif, "Nara, Lihatlah dia sangat cantik dan kecantikan nya melebihi kecantikan kekasih Lo, Si Emil itu. " Sambungnya. Nara menajamkan kedua bola matanya, "Udah Gw bilang, Emil udah bukan kekasih gw lagi dan itu udah lama." Pekik Nara saat itu, Elvan tersenyum seraya tak ingin Nara memarahi dirinya atas perkataan sebelumnya. "Nar, menurut lo gimana?" Tanya Elvan kembali. Nara mencebikkan bibirnya, Ia mengangkat kedua bahunya. lalu, "Biasa aja, Gak ada spesial-spesialnya." Ujar Nara dengan pasti. "Baiklah, kalau begitu Gadis limusin itu buat Gw." Sahut Elvan dengan tingkat percaya diri yang begitu tinggi, "Awas ya Lo Nar, kalau Lo mencoba buat deketin tuh Cewek. Gw harap Lo gak terpesona dengan kecantikan yang mempesona dari wajah gadis limusin itu. " Ancaman yang diberikan oleh Elvan dibalas sebuah decihan kecil dari bibir Nara. "Udah Ah, Gw mau balik." ucap Nara. Elvan memutar bola matanya, "Lo gak boleh pulang dulu, Lo sama gw ada kelas Pak Adul. Please Nar, jangan sampai bokap Lo kasih teguran lagi sama kak Bani. hidup Kak Bani susah karena Lo!" Protes Elvan kembali. Nara kembali mencebikkan bibirnya, "Terus hubungan sama Gw apa, Terserah Himawan mau salahin siapa. Udah ah. Gw gak suka pelajaran dosen killer. Gak masuk sama otak Gw." Protes Nara sembari berjalan kearah pintu keluar gedung Universitas tersebut. Elvan berdiri mematung tanpa menghalangi kepergiaan Nara, Ia menggelengkan kepalanya. "Cih. Nara, Nara. " Decih Elvan dengan gelengan di kepala nya. ** "Nara... " Panggil Emil dari arah berlawanan, Emil dan gengnya itu menghampiri Nara. dengan gaya centilnya, Ia berjalan dan berhenti tepat dihadapan Nara. "Kamu mau kemana?" Tanya Emil, Nara menatap jam yang melingkari pergelangan tangan nya. Lalu Angela menimpali pertanyaan Emil, "Ya mau kemana Nar?" "Jam segini waktunya pulang, merebahkan diri dan Ya lo semua tau lah kalau Cowok lagi merasa bosan ngapain." Jawaban ketus Nara tak membuat Emily merasa canggung, Emily pun meraih tangan Atas Nara, Ia menggelayut pada tangan Nara. Nara terlihat begitu risih, "Please, Emil.." Tepis Nara. Dan Emil terlihat mendelik kan kedua matanya, "Emil cuma mau temani Nara." Kata Emil dengan nada yang menggoda. "Gw lagi gak butuh teman." "Oh Ya, Elvan mana Nar?" Tanya Angela. Plak.. Alana terlihat menepuk kening Angela, "Bersikap lah layaknya wanita berkelas." Bisik Alana, dan Angela terlihat menaikkan dagunya pada saat mendengar sebuah kalimat protes yang Alana berikan. Nara terlihat menatap para wajah gadis tersebut, "Sudah tidak ada yang ingin kalian tanyakan kan?" Tanya Nara dengan nada yang tetap ketus, Alana mengangguk begitupun Angela. Tanpa mengatakan apapun kembali, Nara terlihat meninggalkan kerumuman tiga gadis tersebut. Emily mengepal kan tangan nya, "Lihat saja Nara, Aku gak akan lelah untuk membuat kamu kembali menyukai ku." Emily menatap kesal dengan apa yang baru saja Nara katakan, Angela dan Alana saling menatap satu sama lain. Ia merasa bahwa Auman serigala ataupun harimau betina akan terdengar di telinga nya dan mereka berusaha untuk tidak mendengar Auman tersebut. "Mil, kita ke kafe aja yuk. sepertinya secangkir kopi akan membuat kita tidak merasakan kantuk yang sangat amat berat." Ucap Alana, Angela mengangguk dan tanpa menjawab, Emily pun berjalan melewati kedua gadis lainnya dan kedua gadis itu pun terlihat berjalan mengikuti langkah kaki Emily. "Ah, sudahlah. Aku muak dengan hari ini, benar apa kata Alana. Latte akan membuat hari ku berwarna, apalagi donat dengan meses yang sangat banyak. Uh, surga dunia." Batin Emily sambil berjalan, Ia sosok gadis yang sangat menjaga fisiknya. tetapi saat melihat donat dan secangkir kopi semangat nya akan kembali bertambah, namun sesuatu kelainan yang menjadi sebuah penyakit yang ia miliki tidak memperbolehkan dirinya memakan makanan yang manis dalam jumlah banyak dan hal itu akan menyiksa dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD