Pesta

1314 Words
Hari ini aku melakukan hal yang bodoh lagi. Aku sadar bahwa tindakan ku itu konyol. Tetapi aku tidak bisa menepisnya. Demi melihat pria yang aku cintai tidak bersedih, aku menarik pria asing. Bahkan pria itu merebut ciuman pertama ku. Aku memang sudah gila dan bodoh. Tapi inilah cara ku mencintai. Meski ketika melihat Andrew bersama Vionna hati ku rasanya seperti ditusuk ribuan duri. Clara menatap layar di depannya. Jemarinya dengan cekatan mengetik hal - hal yang terjadi di hidupnya. Mencurahkan isi hatinya kepada sahabat penanya. Koala hitam, itulah nama user id email sahabatnya. Clara tidak tahu itu siapa, mereka tidak saling bertatap muka, tidak pernah berbicara langsung. Hanya saling mengenal di dunia maya. Clara selalu mencurahkan isi hatinya dengan koala hitam. Clara adalah pribadi yang tertutup. Ketika ada masalah sering kali ia pendam hingga membuatnya pusing. Clara juga mempunyai sedikit teman. Dia lebih nyaman memcurahkan isi hatinya lewat dunia maya, sahabatnya ini selalu mendengar dan memberi solusi yang mententeramkan jiwa. 'Semoga harimu menyenangkan, Rumput kecil. Aku harap kau akan menemukan kebahagian mu esok.' Begitulah balasan dari Koala Hitam sebagai penutup obrolan mereka, ia juga tak lupa menyematkan doa yang baik untuk sahabatnya, Rumput Kecil a.k.a Clara Abigail. *** "JL Company mendatangani kerjasama kita." Seisi kantor heboh. Mereka berseru semangat lantaran salah satu perusahaan besar mau bekerjasama dengan perusahaan kecil seperti Decide. Sungguh tak terduga. Apalagi mengingat insiden yang Clara alami ketika pertemuan dengan perwakilan JL Company, mereka merasa bahwa pihak JL tentu tidak akan meneken kontrak tersebut. Tapi siapa yang menduga bahwa keberuntungan berada di pihak Decide. "Gaji naik, gaji naik. Yeee.." Hannah salah satu karyawan bersorak gembira. Sesuai janji si boss jika Decide berhasil berkerjasama dengan JL, mereka akan menaikkan gaji karyawan. "Semua ini karena mu, Clara." Sophia menyenggol bahu Clara senang. Wanita yang sedari tadi bereaksi biasa itu mengulas senyum. Entah apa yang diperbuat olehnya hingga JL Company menerima kontrak tersebut dari sekian banyak perusahaan desain yang mengantri bekerjasama dengan mereka. "Malam ini seluruh karyawan diharap untuk menghadiri pesta ulang tahun pernikahan CEO kita." Semuanya bersorak gembira. Mereka tentunya sangat tertarik untuk datang ke acara tersebut. Terutama bagi karyawan yang masih lajang, mengingat jika sudah pasti di pesta tersebut akan banyak orang-orang dari kalangan terpandang yang hadir. Kaum lajang berharap setidaknya bisa memperoleh kenalan, syukur-syukur mendapat jodoh. Tetapi hal itu tidak berlaku untuk Clara. *** Pesta ulang tahun pernikahan CEO Decide grup yang diadakan di sebuah hotel bergengsi. Pesta tersebut berlangsung meriah, seluruh tamu undangan mengenakan pakaian mewah. Tuxedo rapi dan berkelas dikenakan laki-laki, sedangkan para wanita mengenakan gaun terbaik mereka dan tak lupa berdandan secantik mungkin bahkan acara pesta ini menjadi ajang saingan bagi para wanita untuk menunjukkan siapa yang terbaik, tercantik, tersosialita dan ter... ter.. yang lain. Lucas berdiri bergerumul bersama teman serta rekan bisnisnya. Sebagai pimpinan perusahaan, dia tentunya harus menghadiri undangan para koleganya apalagi ia merupakan pendatang di kota ini. Tentunya dia harus menunjukkan sikap ramah tamah dan mengakrabkan diri. Siapa tahu ia bisa menjaring lebih banyak orang kelas atas untuk bergabung dengan perusahaannya dan membuat jaringan yang lebih luas. Impian Lucas tidak hanya mendirikan perusahaan besar. Tetapi membuat perusahaannya menjadi nomer satu dan tak terkalahkan. Memasang wajah seramah mungkin, Lucas berbincang santai meski dia cukup bosan dengan pesta ini. Ia sudah menghadiri banyak pesta dan yang pasti hampir semuanya sama. Makanan-minuman, bir, orang-orang berdansa, wanita-wanita cantik, pasangan harmonis, MC berpidato. Tidak ada yang spesial. Hmmm.. Lucas memutar - mutar gelas birnya bosan. Sesekali ia membalas lirikan para perempuan muda yang sengaja mencari perhatiannya, namun hari ini ia malas meladeni. Sampai kemudian matanya menangkap sosok perempuan berpakaian hitam yang baru memasuki ruangan. Sudut bibir Lucas tertarik. Yang dia tunggu akhirnya datang juga. Ya, alasan lain dirinya menghadiri pesta ini ialah karena wanita itu. *** Sebenarnya Clara malas datang ke pesta ini. Kalau tidak Sophia yang uring-uringan menyeretnya dia tidak akan datang. Lebih baik tidur di rumah dan mimpi indah. Dia tidak suka keramaian, entah kenapa bertemu banyak orang membuatnya tak nyaman. Apalagi di pesta kalangan elit membuatnya minder. Lihat saja orang-orang disini begitu berkelas. Para wanitanya mengenakan gaun mahal tampak elegan. Karyawan satu kantornya yang biasanya tampak biasa kini menjelma bak princess. Mereka tentunya sudah terbiasa dengan hal ini. Sementara dirinya.... Clara menunduk melihat dirinya sendiri dan tersenyum miris. Gaun yang ia kenakan begitu sederhana. Apalagi dia tidak pintar berdandan, polesan make up yang ia pakai juga biasa saja. Nyaris tak terlihat kalau sebenarnya ia berdandan. Rambut panjangnya juga hanya ia kuncrit ke belakang seadanya. Benar - benar kampungan. Clara tak percaya diri dan merasa tak cocok berada disini. "Tak ku sangka kita bertemu lagi." Seruan itu menyentakknya. Clara menoleh. Matanya melebar melihat siapa gerangan pria di depannya. Ya, kenapa dia harus bertemu lagi dengan pria ini? Lelaki brengsek yang menghancurkan hati Andrew. Lelaki kurang ajar yang mengambil ciuman pertamanya. Lebih dari itu, dia juga malu. Insiden kemarin benar-benar membuatnya malu. Lebih baik pura-pura lupa saja. "Maaf, apakah kita saling mengenal?" Lucas tertegun sejenak. Apakah wanita ini tidak mengingatnya? Mustahil. Lucas menyeringai dalam hati. Sepertinya wanita ini sedang bermain basa-basi. Melangkah mendekat Lucas berkata, "Tak ku sangka kau amnesia." Lucas mencondongkan tubuh dan berbisik culas, "Bagaimana jika aku ingatkan kembali?" Hah! Mata Clara melebar. Ia segera mendorong Lucas mundur. "Maaf saya tidak mengenal anda." "Kita memang tidak saling mengenal. Tapi bukankah kau yang mencoba ingin mengenal ku?" Lucas bertanya dengan nada menuduh namun terselip senyum ketika melihat perempuan itu tampak pias dan salah tingkah. Ya, bukankah wanita itu sendiri yang tiba-tiba menariknya kemarin. "Kau tiba-tiba menarikku dan memelukku." "Aku tidak memeluk mu." Clara menjawab kesal. Dan jawaban refleks Clara itu secara tak langsung meng-iyakan bahwa sebenarnya dia mengingat insiden kemarin. Lucas tersenyum puas. Sementara Clara menggigit bibir, sadar bahwa dia keceplosan. Menghela nafas, sadar bahwa dia tidak bisa berpura-pura lupa untuk menghindar. "Maafkan saya tuan. Kemarin adalah ketidaksengajaan. Saya mohon lupakanlah!" "Melupakan?" Lucas membeo. Matanya menyimpit, "Bagaimana aku bisa melupakan? Kemarin adalah kerugian besar. Kau harus bertanggung jawab!" Clara mengerutkan kening, "Bertanggung jawab atas apa?" Lucas berdehem. Memasang wajah sok serius membuat Clara bergerak waspada. "Gara-gara kau, bibir ku sudah tak perjaka." What the hell! Apa-apa'an pria ini? Wajah Clara seketika memerah. Ingin sekali ia melempar sepatu ke wajah pria itu. Dia pikir sesuatu yang serius sampai tubuh Clara menegang. Mungkin kejadian kemarin secara tak sengaja memang telah merugikan lelaki itu. Seperti tak sengaja membuat robek jas mahal lelaki itu akibat tarikannya kemarin, mengotori jasnya, atau hal-hal lain yang tak sadar telah Clara perbuat. Tetapi, apa-apa'an itu tadi? Tanggung jawab atas hal tak masuk akal. Jelas-jelas lelaki itu yang tiba-tiba menciumnya. Seharusnya disini dirinyalah yang rugi. Pria itu telah mengambil ciuman pertamanya. Sedangkan dia... Clara melirik jijik Lucas yang tersenyum tanpa dosa. Cihh.. Kemarin ia dengan jelas melihat pria bajingan ini berciuman mesra dengan Vionna. Dasar bajingan sinting. "Itu bukan kesalahan ku~" Clara ingin menyangkal dan membuka mata laki-laki itu bahwa sebenarnya dialah yang menciumnya terlebih dahulu. Tetapi Clara malas berdebat. Ia juga tak mau meladeninya. Ia tahu bahwa lelaki bajingan ini memang sengaja memprofokasinya. Clara menghela nafas, "Saya tidak mau meladeni candaan anda." "Eh... Siapa yang bercan~" "Saya permisi." Clara seketika memotong ucapan Lucas dan segera meninggalkan pria itu. Jika tidak cepat dihindari, lelaki brengsek itu pasti tidak akan melepasnya. Sementara Lucas yang ditinggal begitu saja tertegun. Dia mengabaikan ku? Lucas diam sesaat. Ia mendongak menatap punggung Clara yang berlalu pergi. Seorang wanita mengabaikannya? Ohh ya ampun. Bagaimana ini? Kenapa semakin .... menarik. Lucas tersenyum girang. Adrenalinnya mendadak terpacu. Dia suka sekali tantangan. Meletakkan gelas winenya. Lucas penuh semangat mengejar Clara. "Hei tunggu!" Lucas merentangkan tangan menghadang Clara. "Urusan kita belum selesai." "Maaf tuan, saya tidak mau berurusan dengan anda." Nada tak bersahabat itu sama sekali tidak berpengaruh pada Lucas. Malahan pria itu tersenyum penuh pesona. Pesona sang malaikat maut yang hendak menyabut nyawa. "Tapi aku mau berurusan dengan mu, Clara Abigail." Lucas tersenyum misterius. Sementara Clara terkejut bahwa lelaki ini tahu namanya. "Sudah ku catat." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD