Damn

969 Words
Lucas merenggangkan dasinya menuju toilet luar bar. Ia menggebrak pinggiran wastafel. Nafasnya naik turun, dadanya bergemuruh. S*ial. Ia mengangkat wajahnya dan menatap dirinya di cermin. Sebelah tangannya mengusap bibirnya yang basah oleh ciuman panas dari kekasihnya. Tepatnya sang mantan. Wanita yang sangat ia rindukan, wanita yang ia cintai sekaligus yang paling ia benci. Sial. Sial. Sial. Lucas terus mengumpat. Lalu perlahan - lahan ia meredakan emosi yang entah kenapa tiba - tiba menjalar di tubuhnya. Setelah tenang, ia menunduk. Menafsirkan apa yang ia rasakan. Kenapa hatinya goyah? Dia pikir setelah sekian tahun tidak bertemu dengan Vionna ia telah melupakan wanita itu. Bahkan kebencian yang ia pupuk selama ini membuat angannya tentang wanita itu sirna. Tetapi nyatanya Vionna tetap menjadi bayang - bayang yang mengikuti setiap langkahnya. Dia bekerja keras dari bawah hingga mencapai puncak adalah untuk Vionna. Ambisinya menjadi orang nomer satu adalah demi Vionna. Dia sengaja mengembangkan bisnisnya ke berbagai penjuru daerah bahkan ke kota yang menjadi tempat tinggal Vionna sekarang ialah untuk wanita itu. Demi Vionna melihat dirinya. Demi keluarga mantan kekasihnya itu menyaksikan bahwa pemuda yang mereka tolak sekarang telah berhasil menjadi lebih dan lebih dari apa yang mereka pikir. Semua karena Vionna. Segalanya tentang Vionna. Semenjak kepergian Vionna, Lucas memang bersama banyak wanita. Mencumbu mereka untuk melupakan Vionna. Sentuhan - sentuhan para wanita itu memang menggelitik, namun sayangnya tak ada satupun dari mereka yang membuatnya merasa tergugah. Hari - hari yang Lucas lalui terasa hampa dan kosong. Ia bahkan menetapkan dirinya sebagai bunga beku. Di luar terlihat indah, bahkan wanginya akan membuat orang - orang mendekat untuk memetik. Dia bahagia. Tetapi dari dalam, dia tidak merasakan apapun. Bahkan ketika dia mencampakan perempuan-perempuan itu dengan cara menyakitkan, dia tidak merasa bahagia atau puas sama sekali. Yang ia rasakan hanya kedinginan seperti kutub utara. Satu-satunya kedekatan dan sentuhan yang membuatnya tergugah ialah sentuhan Vionna. Sentuhan dari wanita yang amat ia cintai. Sentuhan dari dia yang menghianatinya. Sentuhan dari seorang wanita yang sudah ber__ suami. Lucas terhuyung mundur. Tersenyum pahit, ia meremat dadanya yang terasa sesak. Kenyataan itu benar - benar menyakitkan. Menghancurkan hatinya. Hatinya yang benar-benar mencinta. Lucas berharap bisa menyingkirkan rasa itu untuk selamanya. "Ingat Lucas! Kau bukan Lucas yang dulu." Lucas memejamkan mata dan bergumam dalam hati, "Kau adalah Jack Lucas~." Mata Lucas terbuka. Iris cokelat itu berkilat kejam, "Kau adalah sang penghancur." **** Lucas baru saja keluar dari toilet lalu berjalan menuju tempat Vionna. Tetapi sebelum ia sampai ke depan ruangan, ia dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita yang tiba - tiba berlari menghadangnya dan menariknya ke sudut tembok. 'Apa-apa'an ini?' Clara menggigit ujung bibirnya dan membuang nafas panjang ketika menyadari hal konyol yang telah ia lakukan. Kepanikan mengalahkan segalanya. Ia tak tahu harus melakukan apa agar Andrew tidak bertemu Vionna bersama kekasih gelapnya. Lalu secara refleks, ia menggunakan cara gila ini agar mereka tidak bertemu. 'Sial. Kenapa dia harus repot-repot seperti ini?' "Hey nona, apa yang kau lakukan?" Lucas mengernyit. Tingkah wanita di depannya ini sungguh aneh. Jangankan menatap wajahnya, bahkan perempuan yang tiba-tiba menariknya ini sama sekali tak menjawab pertanyaannya. Hmmm. Ingin sekali Lucas mendorong perempuan itu, tetapi rasanya dia tidak bisa. Kungkungan wanita ini begitu kuat, seolah ada tenaga ekstra yang membuat perempuan itu bertekad untuk melakukannya. Apalagi.... Lucas menunduk memperhatikan wajah wanita itu. Sepertinya dia pernah berjumpa dengannya. Sementara itu lewat sudut matanya, Clara melihat Vionna tersentak kaget atas kemunculan Andrew. Mereka terlibat percakapan serius. Lalu tak berselang lama, Vionna menarik Andrew pergi dan sialnya mereka berjalan ke arahnya. Spontan Clara berjinjit untuk menutupi wajah Lucas. Dipegangnya tengkuk laki - laki itu hingga posisi mereka seperti tengah berciuman. Bahkan bibirnya pun nyaris menempel di bibir Lucas. Mendapat aksi seperti itu, mata Lucas membulat. Tentu saja dia kaget. 'Apa yang wanita ini coba lakukan?' Lucas terdiam dengan pikirannya sendiri. Dia tak mencoba mendorong Clara. Malahan dia penasaran. Wanita ini tidak mencoba melakukan apapun dengannya, hanya berdiri diam dengan posisi yang terlihat intim. Seolah ada tujuan tertentu. Mungkin sedang menghindari sesuatu. Lucas terus memperhatikan. Dan tiba - tiba sudut bibirnya terangkat saat mengingat siapa wanita ini. Bukankah dia perempuan salah sasaran yang disiram minuman oleh Daniella? Perwakilan Decide Group. Hmmm .. Menarik. Keisengan muncul di benak Lucas. "Hey nona, apa kau mencoba mencium ku?" Bisik Lucas. Clara enggan menjawab seolah tidak mendengar pertanyaan lelaki itu. Fokusnya ialah menunggu Andrew dan Vionna pergi. Lucas menunduk lalu tersenyum miring, "Bukan begini caranya berciuman. Akan ku tunjukkan caranya." Damn Clara tersentak ketika tiba - tiba sesuatu yang lembut dan lembab menyentuh bibirnya. Matanya membulat menyadari bahwa pria ini menciumnya. S*ialan. "Apa - apa'an?" Clara segera melepas kungkungannya. Ia mundur dan mengelap bibirnya yang telah ternoda. "Kau~." Clara mendongak menatap marah lelaki di depannya. Tetapi pria itu sama sekali tak merasa bersalah. "Kenapa? Bukankah kau yang lebih dulu memancing ku?" Hah? "Aku~." Cihh... Clara memalingkan wajah. Menghela nafas enggan berdebat. Dia sadar semua ini memang karenanya. Tak mau memperpanjang Clara berujar, "Maaf tuan, saya tadi tidak sengaja." Merapikan rambutnya, Clara membungkuk, "Lupakan tingkah saya tadi. Dan saya juga akan melupakan perbuatan anda tadi." lalu kemudian ia dengan acuh meninggalkan Lucas begitu saja. Dia tidak mau membuang waktu berurusan dengan pria itu. Dia ingin segera pulang. Melupakan kejadian memalukan ini lalu menggosok bibirnya yang telah ternoda sampai tak berbentuk lagi. Demi Tuhan, itu adalah ciuman pertamanya. Kurang ajar. Sial. Benar-benar musim yang sial. Sementara itu Lucas mengamati punggung Clara yang berlalu pergi. Sudut bibirnya terangkat. Lupakan? Heh.. Tentu saja tidak harus dilupakan. Karena ini adalah awal. Sepertinya dia menemukan sesuatu yang menarik. Targetnya selanjutnya. Decide Grup. **** ( Jangan lupa klik love dan sempetin koment. Saya masih harus belajar nulis lagi supaya bisa menuliskan cerita yang menakjubkan. Terimakasih buat semuanya yang sudah berkenan baca cerita ini. Salam cinta. Uwakiya. Update setiap hari) ) NB : Maafkan kata yang typo atau sengaja diberi bintang ** supaya tidak terkena sensor.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD