16. Harapan Semu

2117 Words

Satu minggu kemudian … “Mbak, tiba-tiba banget punya uang sebanyak ini?” tanya Akmal malam itu ketika dia meneleponku. Aku sudah menduga anak ini akan kaget, jadi aku telah menyiapkan jawaban yang kiranya bisa dia percaya. “Di kantorku ada sistem bon gitu, Mal. Aku gunain fasilitas itu buat bayar ke Ayah dan Ibu. Jadi aku tinggal bayar angsuran aja per bulan. Malah enak jadinya.” Aku tahu, berbohong itu dosa. Namun, jika tidak bohong, akan terasa lebih aneh lagi. Bisa-bisa, Akmal berpikir yang tidak-tidak. Seperti contoh, dia akan mengira aku jual diri atau semacamnya. “Yang bener, Mbak? Emang boleh, sebanyak ini bon-nya? Tiga ratus juta itu enggak sedikit, lho!” “Boleh, kok. Apalagi poisiku, kan, jelas. Gajiku lumayan, jadi angsurannya bisa tinggi. Kalau enggak gitu, mah, enggak bole

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD