15. Surabaya - 3

2031 Words

“Ambil …” Mas Rivan menyodorkanku satu cup es krim berukuran besar. Aku menerimanya, tetapi masih bungkam. Emosiku sudah mereda, sakit hatiku pun sudah cukup sirna. Sebetulnya, aku tidak benar-benar marah pada Mas Rivan. Dia memang salah karena tiba-tiba mengungkit pernikahanku tanpa konteks, tetapi reaksiku juga terlalu keras dan agak berlebihan. Mungkin ini didasari karena kami dulu pernah menjalin hubungan romansa, jadi emosiku lebih mudah tersulut. Aku sampai lepas kendali dan tidak lagi memposisikan dirinya sebagai atasanku. Kini justru aku yang merasa bersalah dan sedikit malu. Namun, aku bingung harus bagaimana dalam bertindak. Makanya, sejak tadi aku hanya diam dan patuh saja saat dia bawa ke mana pun. Oh, iya. Mas Rivan juga sudah bisa bawa mobil meski dominan dengan tangan kir

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD