Beberapa tahun lalu … Aroma manis dari kue yang sedang dipanggang menyebar ke seluruh sudut rumah. Sejak pagi, Indah tampak sibuk di dapur, membuat beberapa jenis kue dengan dibantu oleh Dwi, asisten rumah tangga yang biasa datang setiap hari pukul tujuh pagi hingga lima sore. Bukan tanpa alasan dapur mendadak seperti toko roti. Hari itu, Amira—putri sulung Indah—akan pulang membawa kabar besar sekaligus seseorang yang istimewa: calon suaminya. Seorang pria tampan, berpendidikan, dan—kata Amira—bermobil pribadi. Sudah pasti lelaki dari keluarga berada. “Wanginya enak, Bu,” ujar Kirana, yang baru saja pulang kuliah. Dia meletakkan tas di sofa lalu melongok ke arah meja makan yang mulai penuh oleh nampan-nampan kue. “Jangan asal nyomot, Rana!” seru Indah dengan cepat ketika melihat tanga