“Fadell?” panggil Della untuk yang ketiga kali. Dan Fadell masih saja mematung, menatap lurus pada juru parkir yang tengah mencari celah agar sedan yang akan Fadell kendarai bisa masuk ke jalan utama. “FADELL!” mau tak mau, Della terpaksa memekik. Fadell menggelengkan kepalanya, masuk ke balik kemudi begitu saja, mengatur napas. “Sayang, maaf aku ngebentak kamu,” lirih Della. Fadell menggeleng. Tangan kanannya naik, hendak melepas kaca mata hitam yang menutupi kedua matanya. Della memanjangkan tubuh, meraih punggung tangan Fadell, mencegah yang ingin dilakukan kekasihnya. “Kalau kamu belum siap berhadapan dengan dia, jangan dilepas.” “Fadell, trauma bukan sesuatu yang bisa sembuh dalam sekejap mata. So, please baby, jangan dilawan. It’s ok, I’m here,” lanjut Della. Fad