16

1223 Words
@ Heathrow International Airport, London Pesawat yang di tumpangi Safira baru saja landing. Membutuhkan waktu lebih  dari 14 jam lamanya untuk Safira bisa sampai di London. Dan selama perjalanan antara Indonesia London, di pesawat Safira tak bisa memejamkan mata untuk tidur pun ia tidak bisa. Dan alhasil dapat dilihat wajahnya yang pucat serta kucel. Tapi itu tak Safira pikirkan sama sekali. Karena untuk saat ini seluruh pikirannya hanya tercurah pada Kafka. Dan ia tak memikirkan keadaan dirinya sendiri. Walaupun Safira tahu ia sungguh sangat lelah menjalani perjalanan yang sangat panjang untuk bisa sampai disini. Safira begitu takut terjadi sesuatu hal yang buruk kepada Kafka sang suami. Banyak sekali pikiran jelek yang terlintas di kepala Safira tapi ia segera mengenyahkan begitu saja karena ia harus berpikiran positif jika Kafka baik-baik saja. Dan sekarang  dipikirannya hanya ingin segera menemui Kafka secepatnya. Dan melihat bagaimana keadaannya. Safira tak bisa membayangkan apa yang terjadi pada hidupnya bila terjadi sesuatu yang buruk pada Kafka. Hawa dingin menyapu tubuhnya. Ia baru saja mendarat setelah perjalanan panjang. Safira tak memakai jaket tebal sehingga hawa dingin langsung menusuk tulangnya.  Tidak hanya menguras fisik tapi menguras pikiran Safira. Selama penerbangannya ke London yang selalu ia pikirkan hanya Kafka. Ia takut kalau sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya itu. Dari kejauhan ia bisa melihat Boy manager Kafka sedang menunggunya. Safira pun segera mendatanginya. "Boy gimana keadaan Kafka sekarang? Dia baik-baik aja kan? Trus kenapa Kafka bisa mengalami kecelakaan?" Tanya Safira langsung Saat ini Safira sudah duduk manis di mobil yang dibawa Boy. Sebelumnya Not memberikan Safira jaket yang dapat menghangatkan badannya. Karena kebetulan waktu itu London sedang musim dingin jadi bisa dipastikan seberapa dingin disana. " Kita ke tempat Kafka sekarang." kata Boy langsung menjalankan mobilnya Boy tak mengatakan apa-apa soal Kafka selama perjalanan ia hanya diam saja.  Ini semakin membuat Safira tambah cemas karena pasti hal buruk terjadi pada suaminya. Perjalanan menuju tempat Kafka cukup panjang dan hal itu semakin membuat Safira tambah cemas dan sedih. Mobil yang membawa mereka tiba di sebuah gedung yang sangat tinggi dan mewah. Dan Safira tambah bingung dibuatnya. Karena Boy membawanya kesini bukannya ke rumah sakit? Apa ini memang rumah sakit? Banyak pertanyaan di kepala Safira. "Boy ini dimana? Apa ini rumah sakit tempat Kafka dirawat?" Tanya Safira "Ini bukan rumah sakit. Kita ada di apartemen Kafka sekarang. Dan kita akan masuk keatas." Kata Boy menjelaskan "Apa Kafka udah pulang di rumah sakit trus istirahat di apartemen?" Tanya Safira bingung "Udah pokoknya gue antar loe masuk ke dalam." Kata Boy to the point Sebenarnya Safira ingin bertanya lagi pada Boy tapi Boy hanya diam aja. Dan itu membuat Safira semakin bingung. Ia pun memilih untuk mengikuti kemana Boy membawanya. Langkah kaki Safira dan Boy berhenti di sebuah pintu apartemen. "Loe masuk sendiri. Dan password apartemennya adalah tanggal pernikahan kalian. Kalau gitu gue mesti balik dulu. Masih ada kerjaan yang harus gue selesain." Kata Boy Boy pun meninggalkan Safira yang masih terpaku di depan pintu apartemen Kafka. Ia masih ragu apa benar ini apartemen Kafka. Dan apakah ia siap melihat keadaan Kafka. Dengan mengumpulkan segenap kekuatan, Safira pun masuk ke apartemen itu. Dan ketika masuk ia disambut dengan nyala lilin dan taburan bunga di sepanjang jalan di apartemen milik Kafka. Safira pun kaget dan bingung melihat ini semua. Ia pun mencoba berjalan disepanjang lilin dan taburan bunga yang sengaja dibentuk untuk menunjukkan arah jalan untuk Safira. Ketika hampir di ujung jalan ia melihat seorang laki-laki yang sudah membuatnya ketakutan hampir puluhan jam di pesawat. Dan apa yang dia lihat Laki-laki itu sepertinya baik-baik saja. Bahkan malam itu ia begitu tampan dengan jasnya serta membawa sebuket bunga mawar putih kesukaan Safira. "Kafka." Panggil Safira dengan suara seraknya "Hai sayang. Happy graduation." Kata Kafka sambil menyerahkan buket bunga kepada Safira "Ka kamu ga papa kan? Apa ada yang sakit. Kamu tahu aku takut banget tadi Kak Mila bilang kalau kamu kecelakaan. Tapi kamu baik-baik aja kan." Kata Safira berkaca-kaca "Sorry sayang. Sebenarnya aku ga mengalami kecelakaan. Dan aku baik-baik aja. Maaf sayang aku harus berbuat kayak gini cuma mau ngasih surprise sama kamu karena kamu lulus kuliah." Kata Kafka menjelaskan Air mata mulai meluncur dari mata indahnya. Air mata yang ia tahan selama perjalanan dan akumulasi dari segala perasaan takut, cemas, sedih, marah semua jadi satu. Ia sudah capek dengan ketidak tahuannya dan ketidak pastian.  Sekarang yang ia mau Kafka. "Kamu bohongin aku?. Aku sebel sama kamu? Ini surprise yang paling ga aku suka. Kamu tahu gimana takutnya aku waktu denger kamu kecelakaan. Takut kalau kamu bakal ninggalin aku. Takut kalau kamu kenapa-napa." Kata Safira mulai terisak Kafka tahu ia salah melakukan hal ini. Tapi ini cara yang bisa ia dapat untuk saat ini. Tanpa pikir panjang Kafka menarik Safira ke dalam pelukannya. Menyalurkan rasa rindunya pada wanita yang sangat ia cintai dalam hidupnya. Dan menyesali perbuatannya yang membuat isterinya sampai ketakutan seperti ini. Safira begitu kaget dengan semua ini. Ia menyadari bahwa yang sedang memeluknya adalah Kafka sang suami. Safira menumpahkan semua tangisnya di pelukan suaminya ini. "Aku benci sama kamu. Aku benci." Kata Safira memukul d**a bidang sang suami "Aku tahu aku salah sayang. Dan aku pantas dapat pukulan dari kamu." Kata Kafka pasrah menerima pukulan dari sang isteri "Sayang, tunggu bentar. Kamu mau kemana malam-malam gini?" Kata Kafka coba mengejar Safira yang sangat marah padanya "Aku mau pulang ke Indonesia. Toh kamu udah ga papa kan. Kamu senang kan bikin aku cemas kayak gitu. Padahal kamu tahu kalau aku paling benci sama kebohongan. Dan sekarang kamu bohong sama aku. Kamu kelewatan." Kata Safira marah Kafka berhasil menarik tangan Safira dan membuat langkahnya terhenti. Sayang dengerin penjelasaanku dulu. Aku tahu aku salah tapi aku cuma mau kasih kamu surpise buat kelulusan kamu. Tapi aku ga bisa pulang jadi aku terpaksa bohong biar kamu yang datang kesini." kata Kafka menjelaskan Safira masih saja diam. Kafka tahu kalau Safira hanya diam saja berarti ia sudah marah besar. "Sayang, please jangan marah sama aku. Aku paling ga suka kalau kamu ngambek. Aku tahu kamu paling benci kalau dibohongi. Jadi please maafin aku." kata Kafka memohon "Kamu jahat... Kamu jahat." kata Safira dengan suara isakan tangisnya yang pecah dan memukul d**a Kafka lagi Kafka langsung memeluk Safira dengan erat. Ia tahu ia salah melakukan ini. "Kamu tahu gimana takutnya aku pas  tahu kamu kecelakaan. Aku takut kalau kamu bakal ninggalin aku. Takut kamu kenapa-kenapa. Kamu tahu gimana paniknya aku pas tahu kamu kecelakaan. Kamu tahu gimana selama di pesawat aku harus selalu berpikiran positif kalau kamu ga papa."kata Safira dengan air mata yang terus menetes Isak tangis Safira semakin keras. Dan Safira memperat pelukannya. Dan badannya pun sedikit bergetar. Kafka pun merasa sangat bersalah karena sudah berbuat seperti ini. "I know sayang. Dan aku mau minta maaf sama kelakuan bodoh aku ini. Jadi please maafin aku." Kata Kafka mencoba memohon lagi Safira masih diam saja. Ia masih sedikit marah dengan kelakuan bodoh sang suami. Bisa-bisanya ia berbuat seperti itu. Bagaimana ia bisa berpikiran seperti itu coba. "Sayang Kamu udah ga marah kan? Kalau gitu kamu ikut aku. Aku mau kasih kejutan untuk kelulusan kamu."  kata Kafka menarik tangan Safira Kafka pun membawa Safira ke tempat dimana kejutan itu berada. Mereka sampai di rooftop apartemen milik Kafka. Dan disana ada meja yang dihiasi lilin serta bunga mawar putih diatasnya. Serta pemandangan malam kota London yang membuat Safira terkesima. "Kafka." Kata Safira speccless
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD