Baru sekitar lima belas menit Esa memejamkan mata, ponsel yang ia letakkan asal di atas ranjang pun berdering. Mau tidak mau, Esa membuka matanya dan melihat sebentar siapa yang menelepon. Tertulis nama Gilang di sana, karena itu, Esa segera bangkit dan mengangkatnya. “Apa Ara sama kamu, Sa?” tanya Gilang tergesa. “Dia gak papa? Apa bisa saya bicara sama Ara?” Esa mengusap wajah sejenak, lalu beranjak keluar kamar dengan ponsel yang masih menempel di telinga. “Gak papa, Pak. sebentar ya.” Terlihat Kiara yang tengah duduk bersila di depan televisi dan sedang menatap Esa yang baru saja keluar kamar. Menghampiri Kiara, Esa menjulurkan ponselnya kepada wanita itu. “Bokap, lo.” Kiara mengambil ponsel tersebut dalam diam, lalu berbicara sebentar dengan Gilang yang terdengar khawatir. Meminta

