Mungkin, inilah yang dinamakan bulan madu, pikir Esa. Menghabiskan waktu hanya berdua. Bergumul penuh peluh tanpa rasa puas yang mendera. Sungguh, jika tahu seperti ini rasanya, mungkin Esa akan memanfaatkan cutinya kala itu, untuk membawa Kiara ke luar kota. Menikmati semua hal intim hanya berdua sang istri. Namun, Esa kembali mengingat tentang surat perjanjian yang disodorkan Kiara padanya. Wanita itu benar-benar menginginkan perceraian dengannya. Esa jadi bertanya-tanya, apakah benar Kiara tidak memiliki perasaan sedikit pun kepadanya? Tubuh Kiara yang berada dalam pelukan Esa bergerak pelan dengan gumaman malas. Bulu mata lentik itu, masih tertutup dengan begitu cantik di mata Esa. Tatapannya lalu turun pada dàda Kiara, yang penuh dengan bercak kepemilikan Esa di sana. Reflek, manik

