Menjadi istri seorang dokter spesialis anak yang banyak disukai anak kecil, terkadang menimbulkan rasa cemburu tersendiri. Apalagi, di saat aku belum bisa memberikan seorang anak pun untuk keluarga kecil kami. Pun ketika dia terlihat begitu sayang pada Ayana, anak yang akhirnya menjadi seperti putri kandung mertuaku. Berbagai usaha sudah kami lakukan. Kami berdua dinyatakan sehat. Namun, entah mengapa Tuhan masih membiarkan kami hidup berdua. Ya, hanya berdua. Terkadang, aku merasa sangat kesepian. Aku selalu kalah dengan pasien-pasiennya. Pagi, Mas Fachri sudah berangkat ke rumah sakit, jam tiga atau empat sore baru sampai di rumah. Jam lima, dia pun kembali pergi ke tempat praktiknya, sampai di rumah bisa jam sembilan atau sepuluh malam. Aku hanya mendapat sisa tenaganya yang memang