LIMA

1928 Words
Dengan napas tersengal Aries menggulingkan tubuhnya ke samping Kanaya. Melirik wanita itu dengan senyuman manis. Kanaya sedang memejamkan keduanya mata dengan napas memburu, keringat membasahi tubuh mereka akibat percintaan panas barusan. Semua terjadi begitu saja, Aries yang tidak bisa menahan diri. Namun, ia tidak melakukan jika tidak atas izin Kanaya. Telapak tangannya menyentuh dahi Kanaya. Membuat wanita itu membuka mata dan menoleh padanya. Aries tersenyum, sambil mengusap keringatnya. Lagi-lagi mata itu membuat Aries hilang fokusnya. Seolah waktu berhenti beberapa detik untuk dia bisa menatap istrinya dengan lekat dan penuh kekaguman. Aries pun menarik Kanaya kedalam pelukkan. Mengecup keningnya dengan lembut dan juga sayang. Lagi. Aries tidak bisa menahan senyumannya. Getaran bahagia tercipta begitu saja dalam hatinya. Tanpa suara, dengan jantung sama-sama berdebar lebih cepat. Keduanya menikmati moment intim, bahkan paling intim selama lima bulan pernikahan mereka. Drt Drt Drt Suara hp terdengar samar-samar. Aries sedikit mengangkat kepalanya menjenguk kelantai. "Sebentar". Instruksinya pada Kanaya. Wanita itu tersenyum, Aries pun beranjak dari tidurnya. Tanpa turun ia meraih celananya dan mengambil hp yang terus berdering. Ia kembali tiduran sambil kembali memeluk Kanaya. "Hallo, Pak". Ujar Aries menjawab panggilan. "Aries, maaf mengganggu kamu malam-malam. Tapi, bisa kamu temui saya sekarang?". Aries melirik jam di atas dinding. Baru pukul sembilan. Ia melirik pada Kanaya yang sedang memainkan jemari di dadanya. "Bisa pak". Jawabnya. "Oke, kalau begitu saya tunggu di kantor". Setelah mendapat jawaban Aries memutuskan sambungan telfon. Barulah Kanaya menoleh menatapnya dengan tanya. "Siapa?". Tanya Kanaya. Aries tersenyum lebar mendapat pertanyaan itu. "Pak Bima, Bos aku di kantor. Minta aku menemuinya sekarang". Jawab Aries. Kanaya langsung menarik diri, Aries beranjak bangun. Mengambil celana dan mengenakannya. "Aku harus keluar bentar, kamu gapapa sendiri,?". Kata Aries tidak enak sebenarnya. "Gapapa kok". Jawab Kanaya ikut bangun sambil memegangi selimut menutupi tubuh polosnya. "Yaudah, kamu mau bebersih? Aku bantuin". Ujar Aries sebelum ia masuk kedalam kamar mandi. "Nanti aku bisa sendiri". Jawab Kanaya dengan malu. Aries tersenyum, ia mengangguk saja. Tidak mau membuat Kanaya semakin malu. Jadi, ia langsung masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak lebih dari lima belas menit, Aries kembali keluar. Kanaya masih tiduran sambil memainkan ponselnya. Melirik Aries yang sudah kembali dengan rambut yang sedikit basah. Laki-laki itu keluar dari dalam kamar. Mungkin akan mengganti bajunya. Mereka memang pisah kamar selama ini. Kamar Aries berada tepat di samping kamarnya. Baru saja hendak bangun, Aries kembali masuk kedalam kamar dengan pakaian rapi. Mengenakan celana bahan kain hitam dan kemeja biru yang lengangnya di tarik hingga siku. "Aku keluar dulu". Ujar Aries mengambil dua kruk Kanaya. Meletakkan di dekat tempat tidur. Agar Kanaya tidak kesulitan. "Iya". Jawab Kanaya. Aries menunduk mengecup keningnya. Kemudian memberikan senyuman manis. "Kalau ada apa-apa hubungin aku". Kanaya mengangguk dengan senyuman manis. Membuat Aries tidak ingin pergi. Ia ingin tetap di sana, menikmati senyum istrinya yang entah mengapa membuatnya begitu bahagia. "Ries " panggil Kanaya. "Ya?". Saut Aries menatap begitu lekat. "Kamu gak jadi pergi? Nanti telat lho". Ujar Kanaya menyadarkan suaminya. "Ha?. Ah!. Ini mau jalan". Jawab Aries menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "yaudah aku pergi dulu, kalau ada apa-apa hubungi aku". Ulang Aries lagi memperingatkan. Kanaya hanya mengangguk. Kembali Aries menunduk mencium kening dan sedikit melumat bibir nya. Yang di sambut manis oleh Kanaya. Lalu menarik diri, Aries tersenyum mengusap bibir Kanaya yang basah. "Udah, pergi sana. Nanti Bos kamu marah karena terlalu lama". Ujar Kanaya mendorong d**a pria itu. Aries tertawa pelan, cowok itu mengecup sekali lagi bibir Kanaya. Lalu kembali pamit. Kali ini benar-benar ia harus pergi. Kanaya hanya bisa terkekeh sendiri memandangi kepergian suaminya. Mukanya memerah tersipu mengingat kejadian barusan dan beberapa menit yang lalu. Dimana untuk pertama kali nya mereka sangat dekat. Bahkan berhubungan seks pertama selama menikah. Namun, sedetik kemudian ia terdiam. Dan menghela napas berat. Entah mengapa ia kini merasa takut. Takut, jika semua ini hanya sementara. Takut, jika tadi Aries hanya terbawa suasana. Kanaya langsung menggeleng, membuat jauh-jauh fikiran itu. Ia sudah memutuskan untuk menjalani saja dulu. Jika memang tidak berhasil, mungkin bukan jodohnya. Paling tidak ia sudah berusaha, supaya tidak ada penyesalan kedepan nya. *** Aries memarkirkan mobilnya di depan sebuah hotel. Lalu kemudian turun dan langsung memutuskan untuk masuk kedalam. Ia menuju ke salah satu kamar yang ada di lantai 10. Sesuai dengan perintah Pak Bima atasannya. Baru juga ia berbelok ke koridor setelah keluar dari dalam lift. Tidak sengaja seseorang menabraknya. "Berhenti!". Teriak seseorang lain nya. Aries yang terjatuh menoleh bingung. Lalu melirik pada pria yang menabraknya. "Nathan!". Serunya saat sadar dan mengetahui siapa yang menabraknya. Namun, sayangnya pria itu sudah lebih dulu berlari. Aries langsung bangun dan mengejarnya. Pria itu tidak masuk lift, melainkan melalui tangga darurat. Aries ikut mengejarnya bersama dengan seorang lain nya. Nathan adalah salah satu incaran polisi. Saksi mata atas kejadian p*********n terhadap seorang mahasiswi yang kasusnya sedang ia tangani. Untuk sementara masih menjadi saksi,. Namun melihat sikapnya yang tidak bisa di ajak kerja sama. Bukan tidak mungkin, laki-laki itu menjadi tersangka. Aksi kejar-kejaran itu terjadi begitu saja. Nathan berlari sangat cepat, menuruni setiap anak tangga dengan lihai. Aries tentu saja tidak akan kalah. Ia bahkan sampai melewati dua anak tangga sekaligus. Brak!. Pintu di buka dengan kasar, Nathan berhasil keluar dan berlari semakin cepat keluar lobi hotel. Mencuri perhatian orang-orang di lobi. Aries mempercepat larinya. Berteriak memerintahkan satpam untuk menghentikan Nathan. Namun, tidak berhasil. Laki-laki itu terlalu gesit. Membuat Aries kesal, dan menambah kecepatan nya. Sampai sebuah mobil menabraknya dan membuat Nathan jatuh. Aries langsung mengamankan nya bersama dengan Seorang Polisi yang tadi mengejar lebih dulu. Dari dalam mobil, turun Pak Bima. Aries masih dengan napas tersengal menatap beliau. Orang-orang mulai melihat kejadian tersebut. Ribut-ribut di dalam sana melihat aksi kejar-kejaran bak di film action. Nathan langsung di bawa ke kantor polisi untuk di mintai keterangan. *** Kanaya terbangun dari tidurnya, ketika mendengar suara pintu di buka. Membuatnya membuka kedua matanya, dan melihat Aries masuk kedalam kamar. "Kamu sudah pulang" katanya dengan suara serak. Aries tersenyum menghampiri Kanaya. Lalu duduk di tepi kasur. "Maaf jadi ngebangunin kamu". Ujar Aries tidak enak. Kanaya mengulum senyum, melirik jam yang sudah pukul 3 subuh. Ia berusaha untuk duduk. Aries langsung membantunya. "Maaf ya, jadi lama aku keluarnya". "Gapapa" jawab Kanaya mengerti. "Kerja kan?". Aries mengangguk. Laki-laki itu mendekat, dan mencium bibirnya sekali. Kemudian menarik diri sedikit. Matanya naik menatap mata Kanaya. Lalu tersenyum manis. Kembali ia mendekat dan mencium bibir itu lagi. Itu terus berulang beberapa kali. "Ries". Panggil Kanaya sedikit berbisik. Aries menghentikan kelakuannya. Ia menatap Kanaya dengan tanya. "Gimana kalau aku gak bisa jalan normal lagi?". Tanya Kanaya pelan. "Gapapa, aku bisa jadi kaki kamu". Jawab Aries begitu saja. "Kamu bisa dapatin ya-". "Kamu udah cukup". Sela Aries yang bisa menebak maksud ucapan Kanaya. "Lagi pun ini juga ulah ku. Kamu seperti ini karena aku.". Lanjut Aries. Kanaya menatap nya lama. Memperhatikan tangan Aries yang menggenggam tangan nya. "Aku udah janji sama Ayah kamu, buat jaga kamu. Aku udah janji sama Mama buat bahagia kan kamu. Dan aku janji sama kamu, kalau aku akan selalu jaga kamu.". Lanjut Aries dengan tatapan mata yang begitu tulus. "Sebagai bentuk tanggung jawab?". Tanya Kanaya. Aries diam, memandangi istrinya. Berfikir sejenak atas pertanyaan barusan. Bentuk tanggung jawab? Benar kah?. Ia mengulum senyum manis. Kepalanya menggeleng pelan. Ia mendekat lagi pada Kanaya. Mencium bibir itu lagi. "Mungkin akan lebih dari itu". Bisik Aries saat bibirnya akan menyentuh bibir Kanaya. Hatinya membuncah, bibirnya kini bukan hanya sekedar mengecup. Tapi juga mulai mengulum dan melumatnya. Apalagi ketika kedua tangan Kanaya memeluk lehernya, maka Aries semakin memperdalam ciuman mereka. Dengan perlahan ia mendorong tubuh Kanaya tiduran di kasur. Ia menindihnya, namun tidak membebankan berat badan nya pada Kanaya. Tangan nya menyusuri tubuh ramping Kanaya. Sampai ia merasa kalau istrinya mulai kehabisan napas. Maka ciumanya nya di lepaskan. Ia bisa mendengar seru napas Kanaya yang mulai berat. Apalagi saat telapak tangan nya menangkup salah satu p******a istrinya. Ia memberi rangsangan dengan menghisap tulang selangka leher Kanaya. Kemudian mengecup atau menggigitnya. Dan, ia semakin menggila ketika mendengar Kanaya mendesah memanggil namanya. Kepalanya langsung pusing seketika,. Selama hidupnya ia tidak pernah se ingin ini menyentuh lawan jenis. Aries melepaskan baju tidur yang di gunakan Kanaya. Lalu membuangnya ke sembarang. Kemudian di susul dengan kemejanya. Tubuhnya memanas saat telapak tangan Kanaya menyentuh dadanya. Ia menunduk lagi mencium bibir yang begitu membuatnya candu. Kemudian ,turun hingga ke d**a. Dengan sangat amat perlahan, berusaha untuk tidak menyakiti Istrinya. Aries memasuki kejantanan nya pelan-pelan. Saat mendengar Kanaya meringis dan merintih ia akan berhenti sebentar. Lalu akan mencium bibir Kanaya lagi. Kemudian, memulainya lagi. Tidak sesulit yang pertama tadi. Kanaya langsung memeluk erat tubuh Aries yang sudah basah dengan keringat. Mendesah dan mengerang nikmat ketika Aries bergerak maju mundur. Semua melebur menjadi satu subuh itu. Keduanya saling melempar senyum dan juga mengerang bersama ketika mencapai puncak satu sama lain. Tidak ada lagi situasi hening dan canggung karena keintiman mereka. Hanya sebuah perasaan baru yang tiba-tiba tumbuh. Dan juga sensasi yang begitu luar biasa. *** Pagi ini Kanaya terbangun dengan badannya yang luar biasa pegal. Namun, saat membuka mata dan melihat wajah tidur Aries membuatnya tersenyum. Bayangan semalam dan subuh tadi langsung membuat mukanya memerah. Ia melirik pada jam dinding dan terkejut ketika melihat jam sudah pukul delapan lewat. Membuatnya langsung membangunkan Aries. "Aries.. Ries. Bangun, udah siang. Kamu gak ngantor?". Ujar Kanaya menggoyangkan bahu suaminya. Aries bukan nya bangun, malah memeluknya lebih erat lagi sambil bergumam setengah sadar. "Lima menit lagi". Gumam Arise. "Udah jam Delapan lewat, Ries!". Kata Kanaya. Detik itu juga kedua mata Aries terbuka. Laki-laki itu terbangun, dan dengan masih setengah sadar ia mencoba turun dari ranjang. Namun, apa mau di kata. Memang Aries belum sepenuhnya pulih dari kesadaran nya. Sehingga membuatnya terjatuh. Karena kesandung kemejanya. Kanaya hanya menggeleng pasrah melihat itu. Drt Drt Drt Hp di atas nakas bergetar, ia menoleh dan melihat hp Aries yang bergetar. Dengan berusaha keras ia mengambil hp itu. Dan membukanya, sepertinya Aries tidak memiliki privasi penting. Soalnya, Hp itu tidak terkunci dengan sandi atau pola. Hanya terkunci biasa, sehingga dengan mudah ia bisa membukanya. Ada puluhan panggilan tidak terjawab. Membuat Kanaya terkejut. Juga chat yang belum sama sekali di buka. Ia melihat list kontak panggilan, dan mengerutkan dahi saat melihat kontak Dara disana. Puluhan panggilan itu dari kontak yang sama. Melirik ke arah kamar mandi, pintu masih di tutup rapat. Ia dengan ragu membuka app w******p suaminya. Dan ada beberapa Chat dari kontak yang sama. Dara : Sayang, kamu dimana?. Dara: Jadi datang kan? Aku masakin ya malam ini. Dara : Sayang, udah dimana?. Dara : Ries, kenapa telfon aku gak di jawab?. Dara : Aries.. Dara : sayang... Dara : Sayang jangan bikin aku khawatir. Drt Drt Drt Tiba - tiba hp itu bergetar, hati Kanaya sudah mencolos membaca chat yang di kirimkan oleh Dara yang begitu mesra. Cklek Aries keluar dari dalam kamar mandi, dengan hanya mengenakan handuk. Laki-laki itu menoleh pada Kanaya. "Siapa yang nelfon?" Tanya Aries dengan santai. Ia langsung menghampiri Kanaya, dan menunduk untuk mencium istrinya. Namun, Kanaya lebih dulu menahan d**a Aries. Wanita itu mendongak dan menatap tajam dan kecewa pada Aries. Terlebih mata Kanaya berkaca menahan tangis. "Kamu kenapa?". Tanya Aries cemas dan khawatir. Kanaya memberikan hp di tangan pada Aries. Cowok itu menunduk, dan terkejut saat melihat kontak Dara tertera di layar hpnya. Dengan cepat ia menyambarnya. Sekarang, ia terkesiap sendiri. Menatap cemas pada Kanaya. Hp nya bergetar cukup lama. Ia menjadi bersalah sekarang. "Halo, Ra". Akhirnya ia memilih untuk menjawab panggilan itu. Berbalik memunggungi Kanaya. "Ra, aku minta maaf. Sema-". ".... ". "Ra, aku harus ke kantor sekarang. Jadi -". "..... ". Kanaya menekan habis perasaan nya mendengar obrolan Aries di telfon. Laki-laki terlihat kebingungan. Saat Aries menoleh kepadanya, Kanaya memilih untuk membuang mukanya. "Iya, aku akan kesana". Sambungan telfon terputus,. Aries menghela napas frustasi. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Kemudian menoleh pada Kanaya yang kembali berbaring dan menarik selimut lebih tinggi. Ia sungguh merasa bersalah, merasa telah menjadi laki-laki b******n saat ini. Ia pun memilih untuk tidak berkata apapun. Memilih untuk keluar dari dalam kamar. Meninggalkan Kanaya yang tidak ia ketahui sedang menangis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD