Tapi Calista tidak membuang waktunya terlalu lama. Walaupun si bos tapi sudah mengatakan agar dia tidak terburu-buru. Dia ingin menampilkan kesan positif di hadapan bosnya. Ya dengar dengar Mas Erwin ini adalah orang yang berdedikasi tinggi sehingga patut dicontoh.
Setelah bersiap kilat, mandi bebek dan tanpa membubuhkan make up, biar cepat, Calista langsung cabut dari apartemen Shania setelah sebelumnya menghubungi Shania by pesan singkat agar nanti Shania ga mencari cari dirinya.
Dengan memakai aplikasi ojol terpercaya ia langsung gas ke kantor yang emang letaknya di daerah selatan itu. Calista sih merasa dirinya cukup berdedikasi, karena walaupun ia bersiap dengan waktu minim tapi kerapiannya dan penampilannya masih cantik. Ya iyalah, dia udah cantik dari sananya, sehingga touch up dikit aja udah glow up.
***
Satu jam sebelumnya...
Waktu memang masih menunjukan pukul 6 pagi. Dan di kantoran Adinata corp. yang mewah sekarang menjadi rumah kedua Erwin Hadinata, ia memang pekerja keras sehingga di kantor tersiar kabar berita kalau Erwin akan diangkat jadi CEO pengganti menggantikan pak Andreas Arya Hadinata, CEO sekaligus OWNER dari Adinata Corp.
Memang tidak banyak yang tahu kalau dirinya adalah anak sulung dari pak Andreas, karena ia masuk tanpa referensi dari bokapnya itu, melainkan dengan kerja keras sendiri.
Apalagi ia juga bukan memulai dari tingkatan tertinggi tapi merangkak dari bawah, sehingga ia benar-benar menguasai perusahaan milik bokapnya itu dari posisi rendah sampai sekarang ini.
Ia punya rumah pribadi dan sebuah apartemen mewah yang ada di bilangan Jakarta Pusat, tapi tidak terpakai lagi, karena ia tak pernah pulang dan selalu menginap di kantor.
Bahkan rumah pribadinya yang ada di daerah dekat kantor, juga nganggur dan hanya ditempati oleh para asisten rumah tangga dan tukang kebun serta satpam.
Sebenernya ia diminta tinggal bersama orang tuanya yang tinggal di kawasan yang sama dengan dirinya di PI, karena mereka hanya tinggal seorang diri sejak adik perempuannya yang sudah menikah memilih tinggal bersama suaminya di Amerika.
Sebenarnya ada banyak alasan kenapa Erwin memilih tinggal di ruangan pribadi kantornya, dan terus menerus bekerja bagaikan kuda? Alasan terbesar adalah karena rumah di kawasan PI itu menjadi saksi terpuruknya kehidupannya, dimana ia harus kehilangan istri dan anaknya, 4 tahun yang lalu, akibat kecelakaan yang merengut nyawa istri dan anak yang ada di dalam kandungan istrinya.
Semenjak kejadian itu, Erwin menjadi pribadi yang dingin, dan tak b*******h dalam menghadapi wanita manapun.
Bekerja, bekerja dan bekerja, tujuannya untuk menghilangkan rasa sakit akibat perginya dua orang yang ia kasihi.
.
.
Siang ini, Erwin harus ketemuan dengan gadis yang menggantikan posisinya menjadi kepala HRD dan juga mentrainingnya.
Tapi karena makan siang nanti ia harus menggantikan mamanya menjaga papanya di rumah sakit, ia berniat menemui gadis itu sekarang. Memang agak mendadak, mudah mudahan gadis itu sudah sampai di Jakarta.
Setelah melihat CV gadis itu dan menyalin no ponselnya di smartphone miliknya, Erwin langsung mendial no telpon gadis itu.
"... " jawaban judes serta ketus yang diterima Erwin, membuat dirinya mengernyitkan keningnya,menjauhkan ponselnya dan mencocokan no yang ia panggil, ternyata nomernya bener.
" Saya Erwin Hadinata, ini bener saudari Calista kan? HRD cabang Bandung yang ditrik ke kantor pusat?" tanya Erwin memastikan panggilannya apakah bener dengan gadis itu atau bukan.
" ..."
" Ehm ternyata saya tidak salah sambung ya? By the way, for your information, saya adalah kepala HRD yang lama dan profesi saya bukan sebagai tukang bubur." sahut Erwin dingin, what the heck? bayangan dirinya dianggap tukang bubur oleh gadis yang akan menggantikan jabatannya membuat Erwin sedikit tersentil. Orang tampan kayak gini kok ya dianggap tukang bubur.
" .. "
" Ya okelah, saya terima maaf anda. O ya kepentingan saya menelepon sekarang karena saya ingin anda datang dalam kecepatan maksimal untuk menemui saya di kantor sekarang. Saya ada acara lagi di jam makan siang sehingga saya tidak bisa menunggu kedatangan anda di siang hari." kata Erwin diktatoris. Padahal ia belum tahu apakah posisi gadis itu ada di Jakarta atau malah masih ada di Bandung. Pikirnya kalau gadis itu masih di Bandung, ia bisa menjadwal ulang gadis itu untuk datang ke rumah sakit siang nanti.
"..." Yess! Ternyata gadis itu sudah di Jakarta, eh gadis itu malah minta perpanjangan waktu. No way, karena dia tadi sudah menganggap dirinya tukang bubur, maka gadis ini harus dikerjain, ia harus mau berangkat sekarang juga, jadi setelahnya Erwin punya waktu santai sebelum ke rumah sakit. Entah kenapa mengerjain gadis polos penggantinya itu terasa begitu mengasyikan. Kejadian yang ga pernah ia alami sebelumnya.
"Tidak bisa! Saya ingin kamu punya dedikasi yang baik sebagai calon pengganti saya. Saya aja jam segini sudah ada di kantor. Masa calon pengganti saya tidak disiplin waktu? " katanya dengan sarkas. Padahal ia tahu ini masih jam 7, bahkan dirinya pun masih bertelanjang d**a dan berboxer ria, di dalam ruangan pribadinya.
" ... "
Gubrak suara keras di seberang sana membuat dirinya langsung bertanya-tanya,
" Hei kamu kenapa kok ada suara jatuh? Apa kamu jatuh?" tanya Erwin sedikit bersalah karena menyuruh gadis itu cepat cepat. Sekelibat ia teringat saat istri dan anaknya kecelakaan, itu juga karena mereka terburu buru. Arghhh, ingat itu lagi membuat aku merasa bersalah, kenapa? pikir Erwin dalam hati. Ia masih merasa bersalah dengan kejadian itu padahal ia sudah datang ke dokter, yang menasihatinya agar tidak terus menerus merasa bersalah,harus bisa move on.
"..."
" Ya silahkan. Ehm ... Jangan terburu buru deh saya tahu perjalanan dari situ kesini engga lama. Nanti kamu segera naik keruangan meeting dekat ruang CEO, saya akan menemui kamu disana. Hati hati!" pesan Erwin dengan nada dingin, inilah yang terus terjadi saat ia mengingat kilasan kilasan tragedi ke celakaan yang menimpa istri dan anaknya.
.
.
"Mbak, kita udah nyampe di kantornya mbak." kata abang ojol yang dipakai oleh Calista.
Abang ojol yang ceria yang dari tadi menghibur perasaan Calista yang tidak karuan gara-gara kejadian bersama kepala HRD-nya itu.
" Makasih ya Bang ini uang p********n perjalanan tadi. Sisanya Abang bawa aja dan Terima kasih sepanjang perjalanan tadi Abang sudah menghibur saya." rasanya perjalanan tadi membuat Calista tersuntik semangat Abang ojol yang dari tadi dengan ceria menceritakan hal-hal lucu kepadanya.
" Wah, Terima kasih ya Mbak! Ternyata selain Mbaknya ini cantik juga baik hati, wah pagi-pagi udah dapat pelanggan yang cantik seperti ini bisa membuat hari ojol saya jadi semakin ramai." kata abang ojol itu dengan semangat, bayangkan uang p********n yang ga sampai 20rebu tapi dikasi duit 50rebu. Kan untung ya.
" Ha ha ha si abang bisa saja. Makasih ya bang! Semoga hari ini laris manis!" seru Calista sambil berlari masuk ke dalam lobby perusahaan, sambil menebar senyum kepada satpam kantor yang nampak ramah, ia mendekati mereka dan memberikan name tag untuk kepentingan absen dan tanda pengenal yang sudah di kirim ke kantornya jauh hari sebelum ini.
" Oh namanya mbak Calista, pengganti pak Erwin ya menjadi kepala bagian HRD?" tanya Satpam yang bername tag Aswan.
" Iya pak Aswan. Salam kenal ya, pak!" sahut Calista ramah.
" Padahal hari ini kan libur ya? Kok udah masuk aja?"
" He he he, lha gimana lagi? Pak Erwin minta berkas berkas saya masuk hari ini. Sekaligus mungkin memberikan pelatihan super cepat. Agar hari senin saya bisa langsung bekerja, tanpa harus merepotkan dia lagi." sahut Calista masih setia memamerkan senyum ala iklan pasta gigi. Calista ingin menampilkan kesan baik dihadapan calon bosnya itu, jadi ia harus ramah dan supel sama orang kayak Aswan dan teman satpam nya itu.
" Oalah! Penggantinya pak Erwin ya? Kalau pak Erwin emang orang yang sangat cerdas, juga berdedikasi, rajinnya beuhhh. Bahkan sudah 4 tahun ini ia kadang tidur kantor loh. Karena saking berdedikasinya."
" Hush kamu jangan bikin gosip, Wan!" bantah temannya sesama Satpam, yang bername tag Arifin.
" Eh bener, tadi malam saja ia ga pulang, rumornya dia bakal naik jabatan makanya dia persiapan." sahut Aswan enteng.
" Ohhh luar biasa banget ya pak!" sahut Calista sambil bergidik ngeri. Bayangkan kalau aku disuruh nglembur kayak gitu, ihhh ga banget! pikir Calista lagi sambil melihat ke jam tangannya, ia harus segera masuk kalau tidak mau menerima banyak hujatan dari pak Erwin.
" Pak saya langsung naik ke ruang meeting ya. Soalnya ditunggu pak Erwin nih! Takut kena bola panas kalau ga segera diturutin." canda Calista sambil bergegas naik lift yang tersedia di lobby.
" Siap mbak! Sukses ya!"
Calista hanya melambaikan tangannya, meninggalkan acara nge Ghibah pagi itu karena pintu lift sudah terbuka.
.
.
.
TBC