2.

1312 Words
Kringgg... Kringg.. . . Alarm disamping tempat tidur Shania berbunyi cukup keras, lalu tangan Shania menggapai ponsel yang tersetting alarm dan segera mematikannya. "Uaaahhh..." Shania meregangkan otot otot tubuhnya dan bersenam senam kecil di atas tempat tidurnya. Saat ia sudah mengumpulkan semua nyawanya yang berceceran karena masih sangat mengantuk, ia baru sadar kalau ada orang lain di sampingnya. Shania ingat kalau Calista numpang tidur di kamarnya malam tadi. Tapi tadi malam ia sudah sangat ngantuk jadi ia tidak ingat kapan sahabatnya nyusul tidur. Ia langsung lari ke kamar mandi menunaikan hajat dipagi hari di kamar mandinya yang nyaman. Setelah ia selesai, ia baru ingat bahwa ia belum membangunkan sahabatnya yang katanya akan pergi ke kantor menyerahkan berkas di waktu weekend seperti ini. Layaknya b***k korporat lainnya yang terjerat harus bekerja di akhir minggu. “Lis? Sudah jam 6 loh, kamu ga bangun? Emang kamu ga lapar to Lis? “ teriak Shania dari kamar mandi, sambil menengok ke tempat tidurnya, dimana Calista masih tidur meringkuk kayak bola. “ Hmmm” “Woyyy, bangun woyy, aku mau cari sarapan, kamu mau ikutan apa tidak? Yuhuuuu, Calistaaaa.” dia berusaha membangunkan temannya itu. “Hmm” “Kamu dah bangun apa belum sih?” “Apaan sih say? Crewet bener, kayak emak emak benerin sanggul. Kamu tahu ga kalau ini masih pagi. Apa kita ga bisa ya kalo hari libur kayak begini kita bangun agak siangan gitu?” jawab Calista sambil menarik kembali selimut yang sempat ditarik sama Shania. Shania hanya bisa mengeleng gelengkan kepalanya menghadapi sahabatnya yang kebo. Dari dulu paling susah bangun pagi. Shania juga menarik korden sehingga cahaya matahari yang masih malu2 pun masuk kedalam ruang tidur yang masih dingin dengan semburan AC itu. “Rejeki bakalan dipatuk ayam, kalau kamu bangun kesiangan, Lis!!” kata Shania yang masih kekeuh membangunkan sahabatnya, bahkan menarik selimut dimana Calista masih setia bergelung. “Kamu manusia era tahun berapa sih? Masih percaya dengan hal hal yg tahayul gitu?” sahut Calista dengan suara serak, khas bangun tidur. "Lah kan katamu kamu mau masukin dokumen ke kantor pusat. Kamu sudah sadar kan? Emang bener janjian sama bos kamu itu hari sabtu? Emang kantor kamu buka? ” cecar Shania sambil mematut dirinya di kaca, setelah berusaha membangunkan sahabatnya itu. “Engga buka sih kantornya! Aku hanya nyerahin berkas berkas aku supaya hari senin besok aku sudah bisa bekerja. Aku juga udah janjian ama mas Erwin jam 11 siang ini di kantor pusat. Setelah itu kayaknya aku ga kemana mana lagi, palingan aku bakalan nanya nanya tips and triknya jadi kepala HRD aja sama mas Erwin, secara jabatan aku di kantor pusat kan menggantikan mas Erwin sebagai Kepala HRD. ”jawab Calista dengan suara yang masih serak serak basah, karena masih ngantuk. Bahkan matanya aja masih terpejam. " Berarti palingan kamu bakal makan siang sama bos kamu kan? Jadi aku ga usah nungguin kamu untuk makan siang bareng." kata Shania sambil memoleskan krim perawatannya yang mahal, yang baru ia beli dari korea. Perawatan wajah itu penting karena itu assetnya yang paling ia jaga, selain ia juga menjaga bentuk badan dan asupan makanannya. Berbeda dengan Calista yang lebih tampil apa adanya tanpa memikirkan krim perawatan. Kecantikan alami Calista terpancar tanpa polesan apa apa. Bahkan tubuh langsing dan berisi di tempat tempat tertentu menambah nilai poin buat Calista, karena ia tampak seksi tanpa usaha apapun. “Plis say, ijinkan aku tidur sampe jam 9 aja. Setelah itu bangunkan aku, okeyyy? Mata aku ngantuk banget sumpah! Kemarin setelah kamu tidur aku masih harus beresin barang barang aku dan ngumpulin berkas berkas yang mesti aku bawa untuk kuserahkan sama mas Erwin.” kata Calista dengan nada memelas. Yang akhirnya membuat Shania sedikit luluh. Ia tahu pasti Calista capek karena ia harus perjalanan dari Bandung Jakarta, belum lagi paginya ia kerja, dan malamnya harus beres beres berkas yang harus ia bawa ke bosnya itu. “ Tapi aku mau keluar sekarang loh, aku mau cari sarapan soalnya aku lapar berat, aku cuma takut ntar km kesiangan! Karena aku keluar cari makan, takut pulangnya ga terprediksi gitu." jeals Shania sambil meraih clutch berisi dompet dan ponselnya serta menyampirkan itu di bahunya. “Ga pa pa! Aku juga sudah bikin alarm kok!! Dah sana kamu keluar cari sarapan dulu. Jangan lupa kamu beliin aku beliin bubur ayam ya, jadi pas aku bangun dah ada makanan gitu, oke?” kata Calista berusaha mengusir sahabatnya, supaya ia bisa segera tidur lagi. “Enak banget hidup luuu ya, udah numpang masih dapet sarapan gratis aja. Dah gitu main usir usir aja, kayak yang punya apartemen aja.”keluh Shania dengan nada bercanda. “Masyaallllahhhh say, masa kamu perhitungan banget, ntar kuganti jangan kuatirr!” decak Calista kesal karena Shania cerewet kayak mak mak kurang duit blanja. “Ha ha ha aku becandaaa keleus, itu cuman becanda. Udah ah, aku dah laper to the max. Aku turun dulu ya, jangan lupa bangun kalau bel kamu udah bunyi. Jangan molor mulu, ntar telat ke kantor.” nasihat Shania lagi. “Hmm” jawaban Calista sukses membut Shania kesal. Tapi ia tidak melakukan apa apa, karena ia tahu sahabatnya sudah masuk lagi ke alam mimpi. Entah mimpi apa ia semalam, Shania hanya bisa mengedipkan bahunya pasrah melihat kekeboan sang sahabat. Drrttt... drttt.. . . " Sumpah ya, Shan!!! Kamu nyebelin bangettt!! Masa ini udah jam 9 sih? " decak Calista kesal karena lagi lagi diganggu oleh telepon dari Shania, sahabatnya yang kunyuk. " Awas ya Shan! Kalau telepon ini cuman nanya bubur ayamnya pake toping apa. Dah dibilangin kalau aku pemakan segalanya. " gunam Lista yang kesal. Dengan mata yang masih terpejam ia mengangkat teleponnya. " Halo, better its important calling ya, jangan nanya tentang toping bubur aku ya. " jawaban judes serta ketus ia layangkan saat ia mengangkat panggilan telepon itu. " ... " " Eh, maaf mas... maaf, saya pikir tadi itu telepon dari temen saya yang dari tadi gangguin saya mulu. Maaf ya mas!" "... " " Iya mas, saya tahu kalau mas Erwin bukan tukang bubur. Saya baru bangun tidur juga mas, jadi nyawa saya juga belum terkumpul sempurna. Jadi maafkan kalau saya mengira mas Erwin itu temen saya yang jahil." kata Calista dengan suara santun dan formil, matanya pun sudah terbuka sempurna akibat insiden ini. "..." " Aduh? Oh eh gimana? Saya harus menyerahkannya sekarang? Tapi, gimana kalau 30 menit lagi mas?" "..." " Apa? Mas Erwin sudah di kantor? Baik baik saya akan segera kesana. " kata Calista dengan lemas. Saat dia mencuri lihat ke ponselnya, ia melihat ini baru jam 7an. Ngapain coba mas Erwin di kantor sepagi ini? Mau merangkap jadi satpam juga? Gila bener nih kepala HRD, dedikasinya sungguh luar biasa, keluh Calista dalam hati. Padahal telepon masih tersambung tapi dirinya bener bener sudah ga konsen dengan apa yang diomongkan oleh mas Erwin. "..." " Iya mas, saya segera meluncur, saya di apartemen Belleza, deket dengan lokasi kok, mas. Saya jamin mas ga akan menunggu lama." sahut Calista dengan buru buru turun dari ranjangnya yang nyaman, dan tanpa basa basi, kakinya pun nyangkut dengan selimut yang melibatnya. Gubrak!!! Calista sukses terjungkal dari kasur yang untungnya tidak terlalu tinggi, dan untungnya posisi terjatuhnya pun terjengkang di karpet empuk milik Shania jadi perutnya yang nempel di karpet duluan. " Aduhhh!!" jerit Calista masih memegang ponselnya sehingga lawan bicaranya pun bertanya tanya atraksi apakah yang sedang dilakukan oleh calon penggantinya itu. "..." " Ah saya ga pa pa pak eh mas. Saya boleh tutup telponnya dulu. Saya hendak bersiap siap supaya bisa kesana tepat waktu. " setelah menerima respon dari mas Erwin, tanpa basa basi ia langsung menutup teleponnya. Ya kali berani nutup panggilan sebelum mas Erwin nutup panggilannya, bisa dikasih SP 1 ntar. Yang bikin Calista cukup heran adalah ,padahal tadi mas Erwin itu maksa ia datang dengan kecepatan maksimal, eh sekarang minta dia selow aja dan hati hati. Aneh kan? . . . TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD