> TAMU ISTIMEWA PAPA <

1047 Words
Alice menatap para pelayan yang sedang sibuk membersihkan beberapa ruangan di rumahnya, mereka bekerja keras dan tidak santai seperti hari-hari biasanya. Alice tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Mereka membersihkan seluruh area rumah seakan-akan ada Presiden yang akan datang. Dia heran, karna penasaran, dia turun dan mencari pelayan kesayangan Ibunya, Siska, buat bertanya. "Bibi Siska, ada apa ini? Kenapa mereka sibuk sekali?" Tanya Alice, tidak mengerti. "Halah ..., rupanya putri kesayangan ini tidak mengerti," goda Siska membuat Alice menggaruk tengkuknya sendiri karna memang tidak mengerti. "Oh, Bibi yang manis, memangnya hal apa yang tidak, Alice, mengerti?" Tanya gadis berusia dua puluh tahun itu sambil memeluk tubuh pelayan kesayangan ibunya. Siska adalah teman ibunya. Dia bekerja dirumah Zahra karna memang suka kerja di sana. Rumahnya hanya terpisah tiga rumah dari rumah Zahra. Siska sudah berkeluarga. Tapi sayang, dia belum memiliki momongan. "Akan ada tamu besar, Nak. Dia rekan bisnis Papa tercintamu. Mereka akan datang kesini buat membahas lahan teh yang katanya akan mereka sewa buat lokasi syuting film," jelas Siska, membuat Alice membulatkan kedua matanya tidak percaya. "Ck, kenapa, Papa dan Mama, tidak memberitahuku? Keterlaluan. Padahal aku ini kan sudah dewasa," protesnya, kecewa. "Buat apa membahas pekerjaan penting denganmu, Nak? Tidak mungkin juga kau bisa membantu." Jawab Pramuja, yang tiba-tiba mengusap kepala Putrinya dari belakang. Alice segera melepaskan pelukan Siska dan menoleh kearahnya. "Papa? Papa meremehkan, Alice ya? Alice pasti bisa membantu, Pa! Apa, Papa tidak percaya?" Sungut Alice sambil mengerucutkan bibirnya. "Tentu saja percaya, Sayang. Alice Mama pasti bisa bekerja. Kalau begitu bersiaplah, sebentar lagi tamunya akan datang, Kau harus melayani mereka." Perintah Zahra, yang langsung menarik badan Putrinya dari sisi Siska. Zahra mencium pipinya dan memeluk Putri kesayangannya, Alice. "Kau yakin, Zahra?!" Seru Pramuja dan Siska secara bersamaan. Secara Alice yang mereka kenal selama ini, sangat ceroboh. "Aku percaya, Kak Pram, Aku Mamanya, lagi pula dia juga sudah dewasa, jangan meremehkannya, Sayang." Jawab Zahra, membuat Pramuja dan Siska terdiam. "Benarkah? Alice sangat mencintai, Mama." "Hum ..., tunjukkan kecerdasanmu, Sayang, buatlah mereka semua terpana," semangat Zahra, membuat mata Alice bersinar dengan sempurna. "Tentu saja, Mama! Aku akan membuktikannya. Untung saja, Mama datang. Kalau tidak! Alice akan di hina oleh Papa dan Bibi Siska," adu Alice, pada Mamanya. "Apa?! Keterlaluan, kasihan sekali Putri, Mama. Untung saja, Mama dengar pembiacaraan kalian bertiga dari belakang, kalau tidak! Putrinya Mama, pasti akan diremehkan," ucap Zahra, sambil menatap tajam ke arah mata Pramuja dan Siska. "Huh, dasar, Mama dan anak, sama saja." Sungut Siska dan langsung meninggalkan mereka buat bekerja. "Papa sangat bangga kalau Alice sudah dewasa. Tapi ingat ya, Nak. Tamu kita adalah orang yang sangat berkuasa. Banyak penjabat ternama dari berbagai kalangan menjadi kerabatnya. Jaga sikapmu dan rahasiakan identitasmu." Ingat Pramuja, terlihat kekhawatiran di wajahnya. "Tentu saja, Pa. Alice akan berusaha." Ucap putri kesayangannya, sungguh-sungguh. Zahra mendekati suaminya, dia peluk Pramuja agar kekhawatiran di wajahnya menghilang. "Aku paham, Kak Pram. Mungkin kau takut jika Alice kita, sampai ketahuan. Tapi mau sampai kapan? Kita sudah terlalu lama mengekang kehidupannya, Sayang. Alice sudah dewasa. Sudah waktunya dia bebas dan berteman dengan siapa saja. Toh kita akan selalu mengawasinya." Hibur Zahra, dan langsung melumat bibir Pramuja. "Uummpphhh ..., bagiku Alice masih seperti anak kecil, Sayang ...," desah Pramuja, sambil memejamkan matanya. Dia balas memeluk tubuh Istrinya dan meremas pantat orang yang sangat dicintainya, Zahra. "Ehem! Jadi, Alice sudah di lupakan nih? Alice tidak di inginkan lagi nih?" Godanya saat melihat Papa dan Mamanya sedang bermesraan. "Ya, Kau bersiaplah, Sayang." Perintah Zahra pada Putrinya. "Ingat pesan, Papa, ya Nak. Jaga rahasiamu," pinta Pramuja, menatap lekat mata orang yang sangat disayanginya, Alice Pramuja. Alice mendekat dan memeluk kedua orangtuanya penuh rasa bangga. Dia sangat bahagia karna orantuanya begitu sangat mencintainya. "Tentu saja, Pa, Ma, Alice akan selalu mengingat pesan Mama dan Papa." ******** Deniz membawa Dona, Meliza dan putra kecilnya, Dhana, ke rumah rekan kerjanya, Pramuja. Haris memastikan alamatnya dan menunggu Deniz di depan rumah orang yang akan disewa pekerbunan teh-nya. "Apa kita akan lama tinggal disini, Sayang?" Tanya Meliza, pada Deniz kekasihnya. "Aku belum tahu, Meliza. Kita lihat saja," jawab Deniz, sambil menatap mata kekasihnya. Dia tidak perduli pada Dona, Istrinya. Baginya, Dona hanyalah wanita gila. "Apa kau tidak apa-apa Dhana?" Tanya Deniz, pada Putranya. Pria berusia tiga puluh tahun itu heran melihat Putra tunggalnya jarang berbicara. "Aku dan Mama, baik-baik saja, Tuan Deniz Daniswara, Pikirkan saja kekasih Anda, Meliza." Jawab Dhana, tidak suka. Meski usianya baru empat tahun, dia bisa merasakan pengkhianatan dari Ayahnya. "Kau jangan berkata tidak sopan seperti itu, Dhana! Papa tidak suka!" Seru Deniz sambil menatap mata Putranya. Sementara Dona hanya diam saja melihat kesedihan anaknya. Dona tidak berdaya, wanita bernama Meliza itu berulang kali telah mengancamnya. "Ssssttt ..., sudahlah, Sayang. Aku tidak apa-apa. Dhana hanya sangat mencintai Mamanya saja. Aku mengerti dirinya, Sayang. Kau jangan memarahinya, Aku tidak suka karna Aku sangat mencintainya." Dusta Meliza, membuat Deniz percaya. Sementara Dhana hanya diam saja, dia tidak suka melihat kelakuan licik jalang Papanya. Setelah sekian lama berkendara, sampailah Deniz dirumah Pramuja. Salah satu pelayan Deniz mendorong kursi roda Dona, sementara Meliza dengan manja menggandeng tangan Suami Dona. Dhana berjalan lebih dulu sambil mengawasi Mama tercintanya. "Tuan Deniz, mari masuk, Tuan Pramuja sudah menunggu, Anda." Ajak Haris menyambut kedatangan atasannya. "Selamat malam, Tuan Deniz Daniswara, senang bisa berkenalan dengan Anda." Sapa Pramuja, sambil mengulurkan tangannya. "Selamat malam juga, Tuan Pramuja, senang bisa menjadi rekan bisnis, Anda. Oh ya! Ini adalah temanku, Meliza, sementara yang dikursi roda sana adalah Dona, istri saya. Kalau pria kecil ini adalah putra tunggal saya, Dhana," jawab Deniz sambil menjabat tangan Pramuja, dia sangat senang bisa berkenalan dengan orang ramah seperti dirinya. "Keluarga yang sangat luar biasa. Mari silahkan masuk, ini Istri saya, Zahra. Sementara gadis yang ada disebelahnya adalah Putri tunggal saya, Alice Pramuja," jelas Pramuja membuat Deniz Daniswara menatap sosok gadis yang matanya bersinar terang seperti permata, rambut hitamnya yang panjang sangat menawan, sikapnya juga terlihat sangat sopan. Tapi itu semua tak mampu membuat Deniz Daniswara suka dengannya. Hanya kagum saja. Bagaimanapun juga, sudah ada Meliza di hatinya. Gadis pemilik nama Alice itu adalah Putri dari rekan bisnis yang sangat dihormatinya, Pramuja. Dia harus menjaga jarak dengannya. *** JUDUL : ALICE THE SNAKE GIRL PENULIS : Dilla 909 ******* Voment ya ... Antusias kalian mempengaruhi cepat atau lambatnya, Up karya ini. Terima kasih .... ****** TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD