> KEKESALAN ALICE <

1049 Words
Alice menatap heran pada Pria yang kini tengah memandangi gerak-geriknya. Sangat risih ditatap olehnya! Karna tidak suka, Alice balas menatap tajam mata coklatnya. Ada perasaan aneh memenuhi dadanya, bukan karna suka ataupun kagum, tapi karna hal lain, hal yang dibenci oleh Alice, sebagai gadis ular, perasaan Alice sangatlah peka, dia tahu orang itu baik atau bahkan sangat jahat sekalipun. Meski bukan dirinya, sepertinya ada yang aneh dengan kehidupannya, itulah yang dirasakan Alice untuknya. Walau dia tampan dan jutawan, model Pria seperti Deniz Daniswara sama sekali tidak menarik bagi Alice, Alice juga seperti ogah berkenalan dengannya! Yang ada malah jijik dengan pria dihadapannya, mungkin karna keangkuhan sikapnya .... Mungkin saja! "Alice," panggil Pramuja, mengagetkan lamunannya. "Eh, iya, Pa? Ada Apa?" Tanya Alice, terkejut dengan panggilan Ayahnya. "Kenapa diam saja? Kemarilah, Nak. Keluarga Daniswara ingin berkenalan," ajak Pramuja, heran dengan sikap putrinya. Dengan malas Alice mendekat pada Ayahnya, dia menjabat tangan Deniz, Meliza, Dhana, dan juga Dona secara bergantian. Saat menjabat tangan Dona dan Dhana, hatinya menghangat, seperti ingin sekali akrab dengan mereka, tapi saat bersama Deniz dan Meliza, dia tidak suka. Seperti ada aura tidak suka dari mata yang berdiri disisi tamu Pria ayahnya, Meliza. "Em ..., sebelum masuk rumah, apakah Saya bisa bertanya, Tuan Deniz Daniswara?" Tanya Alice, sambil melirik sekilas pada Meliza. "Tentu saja. Silahkan," jawab Deniz, datar. "Hubungan, Anda bersama Nona Meliza ini apa, ya? Apakah Beliau ini istri, Anda? Maaf. Bukan bermaksud buat lancang, hanya saja ..., Dia sangat cantik, bukan?" Tanya Alice, membuat Zahra memelototi mata anaknya. Meliza yang berdiri disamping Deniz jadi gelisah gara-gara perkataan Putri dari rekan kerja kekasihnya. Meski begitu, Meliza tetap berpura-pura bahagia. "Bukan, Nona Meliza ini, adalah teman, Saya." Tegas Deniz tanpa ada keraguan dari sinar matanya. "Kalau ..., Nona Dona, apakah beliau ini adalah Istri, Anda?" Tanya Alice lagi, karna ingin mengerti. Dia sangat tidak suka jika Istri dibiarkan bersama pelayan pribadinya, sementara Deniz berdiri disisi Meliza, sebagai suami yang baik, Deniz seharusnya menjaga Istrinya. "Ya. Nyonya Dona, adalah istri saya, apakah ada masalah?" tajam Deniz, mulai tidak suka dengan Putri kerabat kerjanya. "Sama sekali tidak ada masalah, Tuan Deniz Daniswara. Hanya saja ..., Pria baik seperti Anda seharusnya berada disisi Nyonya Dona, bukan berdiri disisi Nona Meliza, apalagi sampai bergandengan tangan, kasihan Nona Dona, beliau pasti butuh perhatian, Anda, apalagi beliau juga dalam kondisi sakit," jujur Alice, membuat Zahra kesal dan mencubit keras pinggang putrinya. "Ah ..., sakit, Ma!" Seru Alice tidak suka. "Jaga bicaramu, Nak, tidak sepantasnya kau berkata seperti itu pada Tuan Deniz Daniswara, maafkan atas segala kelancangan Putriku, Tuan Deniz, Dia ..., masih remaja, jadi mulutnya ...," ucap Zahra, tidak enak hati pada tamunya. "Tidak apa-apa, Nyonya Zahra Pramuja, justru Saya sangat suka pada gadis terbuka macam dirinya." Bela Deniz, membuat Alice menyunggingkan senyum masamnya. "Ehem, ya sudah, mari semuanya masuk kedalam dan bicarakan soal pekerjaan," ajak Pramuja, berusaha memecahkan ketegangan diantara keluarga dan para tamunya. "Terima kasih, Tuan Pramuja, Saya sangat bahagia bisa menjadi rekan bisnis, Anda." Sahut Deniz sambil menarik tangan Putranya dan berjalan disamping Dona. Entah kenapa setelah dikatai oleh Alice, dia langsung memperhatikan keluarganya. Biasanya Deniz selalu mengabaikan keberadaan Dhana dan Istrinya. Kata-kata gadis bernama Alice itu sempat melukai harga dirinya. "Oh, sama-sama, Tuan Deniz. Mari," ajak Pramuja, Ramah. "Sekali lagi terima kasih Tuan Pramuja. Cukup panggil saya dengan sebutan, Deniz, saja. Anda lebih tua dari saya, oleh sebab itu Saya harus menghormati, Anda." Kata Deniz, sambil melirik tajam, mata orang yang sudah berani bersikap lancang dihadapannya, Alice Pramuja. Disaat Pramuja membicarakan pekerjaan bersama Deniz. Alice mengajak Dona, Dhana, dan Meliza jalan-jalan. Mereka duduk-duduk ditaman. "Nona Meliza, maaf kalau pertanyaan, Saya tadi sempat menyinggung, Anda." Sesal, Alice pada tamunya. Meski bagaimanapun juga, dia harus sopan. "Panggil Meliza aja, Alice. Aku tidak apa-apa, mungkin bagi orang di luaran sana, Aku adalah gadis murahan, tapi bagi Dhana dan Dona. Aku adalah pahlawan mereka. Aku yang merawat mereka. Bahkan Dona sendiri yang memaksaku dekat dengan Deniz agar suaminya cepat mendapatkan istri lagi. Dona ingin agar ada wanita yang bisa merawat putra dan suaminya. Karna dia memang sudah tidak bisa. Dona tidak mau Deniz mencari kepuasan dengan jalang-jalang rendahan di luaran sana. Lagipula ..., Dhana ingin, Aku menjadi Mama keduanya. Iya kan, Dhana?" Tanya Meliza sambil tangannya mencubit keras pinggang Dhana. Meliza selalu mengamcam akan membunuh dia dan ibunya jika berani buka suara pada ayahnya tentang kekejamannya. Oleh sebab itulah Dhana terlihat lebih dewasa dari usianya yang masih terbilang sangat muda. Dia lebih banyak diam demi melindungi Ibunya. Pernah satu kali dia mengadu pada ayahnya tapi tidak dipercaya. Ayahnya justru menampar serta memarahi putranya demi Meliza. "Ya," jawab Dhana, singkat. Dia menyimpan dendam pada Meliza, dia ingin cepat dewasa dan bisa menghabisi nyawa wanita yang sudah membuat Ibunya celaka dan gila. Terlebih lagi Deniz selalu membela Meliza. Semakin membuat Dhana muak dan ingin menghabisi keduanya. "Wah, ternyata itu alasan utamanya, maafkan, Saya, Nona Meliza, Saya sudah salah sangka," sesal Alice, meski dihatinya merasa ada kejanggalan. "Tidak apa-apa, oh ya! Saya tinggal sebentar ya, tolong jaga Dhana dan Dona." Pinta Meliza sambil menatap tajam mata Dhana. Meliza mendekati wajah Dhana dengan pura-pura mencium pipinya. "Awas saja kalau, Kau, sampai berani mengadukan kekejamanku pada Alice, Kau dan Mamamu bisa habis ...," bisik Meliza, tepat di lubang telinga, anak kekasihnya. Dhana hanya mengepalkan tangan mendengar penuturan wanita di hadapannya. Ingin rasanya dia langsung mencekik lehernya tapi tidak bisa. "Oh tentu saja, silahkan pergi Meliza. Aku akan menjaga mereka," ucap Alice dan tak lama kemudian, Meliza pergi meninggalkan mereka bertiga. "Apa makanan kesukaanmu, Dhana?" Tanya Alice, pada Pria kecil yang sedari tadi diam saja. "Tidak ada!" Tajam Dhana, membuat Alice kecewa. "Ehem, baiklah, kau terlihat sangat tidak suka denganku, ya? Aku akan berbicara dengan Ibumu, saja." Goda Alice dan langsung menatap mata Dona. "Selamat malam, Nyonya Deniz Daniswara, bagaimana kabar, Anda?" Tanya Alice, pada wanita dihadapannya. "Hiks ..., to-lo-ng, Sa ..., ya ...," ucap Dona terbata-bata. "Maaf, Kak. Mama tidak bisa bicara. Jangan memaksanya." Sahut Dhana, tidak suka melihat Ibunya berbicara. Dia takut Meliza datang dan akan kembali menyiksa Ibunya. Alice benar-benar merasa ada kejanggalan pada keluarga ini. Jiwa ularnya merasakan ada ketidak beresan. Tanpa diminta oleh Dona, Alice akan menyelidiki Meliza dalam wujud ularnya. *** JUDUL : ALICE THE SNAKE GIRL PENULIS : Dilla 909 ****** JANGAN LUPA TEKAN TOMBOL LOVE, SAYANG .... FOLLOW YAAAA, MAKASIH .... TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD