2. Wanita jelek

1119 Words
Selama dua jam Anne bekerja di pom bensin, akhirnya gadis itu kembali ke bilik loker untuk mengganti pakaiannya. Anne tidak melihat orang asing yang dia temui di apartemen Touda Akira lagi di loker ataupun di tempat kerjanya. Anne berjalan menuju kombini terdekat dengan pom bensin, ingin membeli makanan dan minuman hangat sebelum pulang ke apartemennya karena cuaca mulai dingin dan malam mulai turun. Saat Anne akan membayar pesanannya, dari arah belakangnya menjulur tangan yang juga meletakkan sepaket makanan di depan meja kasir. "Saya yang bayar semuanya" ujar suara bariton itu cepat ke kasir kombini. Meski terkejut, Anne berusaha secuek mungkin. "Anda mengikuti ku?" ketus Anne tanpa melirik ke belakangnya tapi Anne tahu dari suara langkah kaki pria itu terus mengikutinya. "Marcio. Namaku Marcio Lamparska. Kamu bisa memanggilku Marcio" ujar Marcio mensejajarkan langkahnya dengan gadis di depannya itu. "Tidak perlu mengikutiku, aku tidak akan melaporkan kalian" tutur Anne yang tetap menatap lurus ke depan. Beberapa orang yang berpapasan dengan mereka, terlihat mengernyit menatap ke arah Anne dan Marcio. Wajar saja, Anne yang memiliki penampilan sangat biasa dengan wajah kusam, tanpa kosmetik ataupun lipstik yang menghiasi wajah gadis muda pada umumnya berjalan berdampingan dengan pria tampan, wajah menawan, body atletis, kaki panjang dan pakaian yang di pakainya terlihat dari brand mahal. Anne tidak pernah peduli apapun dan bagaimanapun pendapat orang lain terhadapnya. Dia dengan santai menyesap minuman hangatnya sambil meredakan getaran ketakutan dalam hatinya. "Besok siang kamu di tunggu di alamat itu" ujar Marcio memberikan kembali kartu namanya yang sebelumnya Anne letakkan kembali di atas meja di apartemen Touda Akira. "Aku ada kuliah, tidak bisa datang!" jawab Anne tegas. "Dan jangan mengikutiku lagi!" lanjut Anne sambil memasukkan tangannya ke dalam jaketnya, berjalan cepat menuju halte perhentian bus yang tidak lama kemudian bus tujuan ke arah apartemen Anne datang. Anne bernafas lega karena di lihatnya pria asing bernama Marcio tersebut tidak mengikutinya naik ke dalam bus. Anne naik ke lantai apartemennya, apartemen yang lumayan mahal untuk di tempati oleh seorang gadis yang sekarang sepertinya sudah tidak memiliki penghasilan besar tersebut. Beasiswa Anne di salah satu universitas swasta di Tokyo hanya meng-cover biaya kuliahnya saja. Untuk tempat tinggal dan biaya hidup, Touda Akira yang rutin memberikan Anne uang sebagai bayaran atas upah Anne membantu pekerjaannya. Anne membantu pekerjaan Touda seperti membuat presentasi, analisis laporan perusahaan, membuat tabel perencanaan juga jadwal Touda di perusahaan. Kemampuan otak Anne yang sangat jenius ini di ketahui Touda Akira saat dia menjadi guru pembimbing Anne sewaktu gadis itu membutuhkan guru bimbingan dalam tugas sastra Jepang yang menjadi jurusan Anne. Saat itu ekonomi Anne masih sangat stabil, kiriman uang dari Jakarta lebih dari mencukupi tapi sejak Papanya meninggal, semua keuangan Anne terhenti. Touda memberikan bantuan, membayar sewa apartemen dan biaya hidup Anne tetap seperti biasanya. Anne hanya perlu membantu pekerjaannya yang hasilnya selalu memuaskan Touda terutama kehebatan Anne dalam menganalisis laporan, termasuk laporan keuangan. "Ann, kamu ada di hubungi Akira? Dia sudah di Tokyo dari kemarin tapi Hp nya masih mati" Sayuri orang yang memperkenalkan Anne pada Touda sudah menunggu di depan pintu apartemen Anne 15 menit yang lalu. "Tidak ada. Ayo masuklah" ujar Anne datar mempersilakan wanita Jepang yang lebih dewasa itu masuk ke dalam apartemennya. Anne menghidupkan lampu apartemennya, dan betapa terkejutnya kedua wanita itu ketika melihat pria yang sedang tertidur dengan posisi duduk di sofa apartemen Anne. Marcio Lamparska. "Och, kamu tidak bilang sedang ada tamu. Saya akan pergi sekarang. Maaf Ann" pekik Sayuri kaget saat melihat pria tampan yang tidur di sofa apartemen Anne tersebut. "Sejak kapan kamu punya pacar, Ann? Dia sangat tampan!" bisik Sayuri mencekal lengan Anne sambil berjalan keluar kembali. Anne hanya diam tidak menjawab apa-apa tapi mengerti jika maksud tersembunyi ucapan Sayuri adalah pria itu tidak cocok dengan Anne yang jelek. Setidaknya begitulah orang-orang memanggil Anne, gadis jelek. "Besok aku libur kerja, aku akan pergi ke kantor Akira. Lembaga bimbingan bertanya padaku karena hari ini dia tidak datang mengajar, Hp-nya tidak aktif. Apakah kamu ada pesan untuknya? Emm, maksudku biaya bulananmu apakah sudah di transfer olehnya?" tutur Sayuri yang telah memakai jaket panjang dan alas kakinya masih berdiri di depan pintu menatap Anne dengan tatapan misterius. "Uhm, sudah di transfer. Semua pekerjaan sudah ku kirimkan via email. Nanti kalau dia menghubungi ku akan ku beritahu kalau Sayuri san mencarinya. Selamat malam. Hati-hati di jalan." Anne menjawab tenang dan ekspresi wajah datar seperti biasanya. "Selamat malam. Terima kasih. Selamat bersenang-senang!" balas Sayuri mengedipkan sebelah matanya ke Anne. Itu adalah terakhir kalinya Anne bertemu dengan Sayuri karena sejak kepergiannya dari apartemen Anne, dia tidak pernah sampai ke apartemennya dan Hp-nya juga mati tidak di hubungi juga lokasi terakhirnya terlacak ada di gedung apartemen yang Anne tempati. "Bagaimana Anda bisa masuk ke sini?" tanya Anne yang tahu kalau pria yang duduk di sofanya itu hanya pura-pura tidur. Anne berjalan ke dapur, memindahkan makanan yang tadi dia beli di kombini ke piring dan membawanya kembali ke ruang tengah, duduk di sofa lalu mulai memakan makanannya. Meski kejadian tadi siang masih sangat membekas ngeri dalam hati, tapi Anne berusaha bersikap wajar seakan tidak pernah melihat kejadian pembunuhan itu. Marcio membuka matanya perlahan, mengeluarkan kartu akses dari kantong kemejanya dan meletakkannya di atas meja di hadapan Anne. "Kamu sudah tidak aman di sini, bekerjalah untukku" ujar Marcio sambil berjalan ke dapur. Pria dewasa itu mengambil minum dan juga menuangkan makanannya ke piring lalu ikut duduk di sofa di depan Anne. Dia seakan berada di apartemennya sendiri. "Siapa wanita yang bersamamu tadi dan apa hubungannya dengan Touda?" tanya Marcio sambil mengunyah chicken katsu karinya. "Jika kamu bisa masuk ke apartemenku dengan mudah, pastinya kamu juga tau apa hubungan wanita tadi dengam Touda Akira! Kenapa masih bertanya?" jawab Anne sinis. Sepertinya Anne tidak akan pernah bisa berbicara baik-baik dengan pria di depannya itu. Kepentingan pribadinya sudah sangat terganggu. "Kamu memang jenius sudah bisa menduganya" ujar Marcio menaikkan satu sudut bibirnya tersenyum menyeringai. "Selesai makan, silakan pergi dari sini atau kamu juga ingin membunuhku?" tutur Anne sambil berjalan ke wastafel, mencuci piring bekas makannya. "Aku tidak bilang akan membunuhmu tapi bekerjalah untukku" jawab Marcio sambil berdiri dan mencekal lengan Anne kencang. "Anda menyakitiku!" Anne mengerahkan kekuatan di kakinya dan menginjak kencang kaki Marcio. "Brengsek, gadis jelek! Aku sudah memperingatimu!" maki Marcio yang merasa kebas di kakinya. Sudut bibir Marcio tersenyum, "Tenaga gadis jelek ini lumayan juga" bathinnya. "Cuci piringmu! Kamu datang ke sini, menggunakan piring bersihku. Jadi cuci piring yang kamu kotori!" teriak Anne yang melihat Marcio meletakkan piring bekas makannya di wastafel tanpa dia cuci. Pertama dalam hidup Marcio ada orang yang berani berteriak padanya dan pertama kali juga baginya dia mencuci piring di umurnya yang sudah 30 tahun. Selesai Marcio mencuci piringnya, Anne menyeret pria itu agar keluar dari ruangan apartemennya lalu mengunci pintu apartemennya dengan kunci rangkap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD