Tubuh Mahesa masih gemetar, air matanya belum bisa berhenti menetes. Beberapa kali Mahesa mencoba membuat dirinya tegar, namun gagal. Oma adalah nyawa baginya, dan saat ini Mahesa harus menyaksikan belahan jiwanya pergi tanpa dampingannya, tanpa keluh kesah, Mahesa merasa bersalah. Tak berselang lama, Budi datang bersama beberapa anggota kepolisian. "Mahes, bagaimana ceritanya?" tanya Budi menghampiri Mahesa. Mahesa menggeleng, "gue juga ga tau, tiba-tiba gue dapatin Oma meninggal dalam keadaan kamar terkunci, O-oma duduk di atas kursi roda." Mahesa menjelaskan, tatapannya masih kosong. "Ini, siapa?" Budi terlihat heran ketika matanya menyadari bahwa yang ada di pelukan Mahesa adalah Iwa, sementara Syafa duduk di lantai tidak jauh dari jasad oma. "Iwa. Dia istri gue," jawab Mahes,