Part 3

1063 Words
Akupun duduk di sebelah kanan ibu, dan sialnya...aku harus berhadapan dengan Olan yang entah kenapa bisa bertransformasi menjadi pria super tampan dengan mata yang indah dan senyum sejuta watt. Dia terus menatapku, seperti sedang menjadi juri sebuah kontes kecantikan yang menilai penampilanku dari kepala sampai ke kuku kaki. Sumpah, aku rasa Tuhan tak adil. Kenapa Olan yang dulu gendut dan berpipi bakpao itu bisa berubah sebegitu dahsyatnya, sedangkan aku masih begini-begini saja. Tinggiku tak jauh berubah sejak SMA, mungkin hanya bertambah satu setengah sentimeter, menjadi 158 cm. Kulitku juga tak bisa seputih bintang iklan produk lotion yang kupakai. Tapi kata orang-orang, rambutku indah. Rambut hitam berkilau dengan sedikit gelombang di bagian ujungnya, dan itu membuatku manis. Yah...manis! Bukan cantik. "Aduh....udah tatap-tatapan aja! Kangen ya sama Olan?" suara tante Rieke memecah moment canggung ini. Olan hanya tersenyum, sedangkan aku rasanya mau mati saja, bingung harus berkata apa. "Apa kabar Sabrina? Udah kerja ya sekarang?" lanjut tante Rieke "Hem...alhamdulillah baik Tante, sekarang Bina kerja di El Mode, bagian marketing." jelasku "Ooo...yang perusahaan fashion itu ya?" "Iya tante." jawabku Obrolan siang itu, kami lanjutkan di meja makan. Ibu tak henti-hentinya bertanya tentang kegiatan tante Rieke selama tinggal di Newyork. Sedangkan Sakina...ah, aku lupa menceritakan ekspresinya ketika melihat Olan tadi. Ternyata setelah kembali ke Indonesia 2 tahun yang lalu, Olan mulai merintis karirnya di Indonesia, sebagai seorang aktor. Sungguh aku tak tahu itu. Bukannya aku nerdy atau kuper, tapi aku memang tak terlalu tertarik pada dunia hiburan. Karena yang aku tahu, artis itu kerjaannya kawin cerai. Atau pura-pura berantem sesama artis, sekedar mencari sensasi agar terkenal. Makanya aku malas bergabung sama ibu atau Sakina ketika mereka menonton acara gosip di tv. Kebanyakan orang mengira, profesiku yang bekerja di sebuah perusahaan fashion pasti familiar dengan dunia keartisan. Sebenarnya tidak juga, perusahaan kami bukan lah perusahaan besar yang menggunakan model atau artis papan atas sebagai brand ambassador, kami lebih sering menggunakan model yang belum terlalu terkenal, karena keterbatasan budget. Tapi selama enam tahun berdiri, perusahaan kami berkembang cukup pesat. Dan tahun 2015 ini adalah tahun emas kami, angka penjualan naik hampir 200% setiap bulan nya. Makanya di tahun depan, kami berencana memilih brand ambassador baru yang mampu mewakili produk kami untuk menjangkau konsumen lebih luas lagi. Kembali tentang Sakina, dia yang hampir hafal dengan semua artis di Indonesia, tak pernah berhenti memandang Olan. Dia masih tak menyangka bahwa aktor yang dia idolakan itu ada di rumah kami dan duduk makan bersama kami. Berbagai hal khas seorang fans sudah dia lakukan, mulai dari foto bareng, minta tanda tangan, sampai membuat video ucapan selamat ulang tahun untuk dirinya. Padahal ulang tahunnya masih dua bulan lagi. Selesai makan, ayah dan om Danu memulai pertempuran. Ayah dengan pasukan hitamnya melawan on Danu dengan pasukan putihnya. Sumpah... wajah ayah tampak serius sekali. Ibu dan tante Rieke lain lagi. Mereka larut dalam nostalgia 20 tahun yang lalu sambil membolak balik album foto yang kulihat semalam. Sedangkan adikku...sibuk dengan gadgetnya, yang kuduga pasti sedang membalas komentar teman-temannya karena foto yang dia upload ke media sosial. Aku sendiri berakhir di taman belakang rumah, dengan maksud menghindari Olan sambil memberi makan ikan-ikan koi kesayanganku. "Kasih umpannya jangan terlalu banyak!" Deg...suara itu, kutolehkan kepala ke belakang, sosok jangkung menjulang tinggi di belakangku. Kenapa dia ke sini sih... "Kayaknya ada yang udah pensiun ngintilin saya nih." katanya sambil duduk di sebelahku Mukaku memerah menahan malu, kenapa sih dari tadi yang dingat sikap pengintil terus. Olan...tahukah kamu kalau saya malu? "Apa kabar Bi?" tanya nya lagi "Hem....baik, kamu?" "Tadinya sih baik, tapi sekarang agak kurang baik." Maksudnya apa coba? "Kenapa?" tanyaku "Karena kamu.." "Lho...kok aku?" "kamu sepertinya menghidari saya, ga suka ya saya main ke sini?" Tuh kan...aku jadi serba salah gini. "Bukan gitu maksudku...ya kan udah lama ga ketemu, jadi canggung aja. Maaf yaa!" Aku tuh mau Olan...malu karena pernah ngintilin kamu dan bilang kamu pacar aku. Lagian sekarang kamu ganteng bingit sih, kan malu ditatap cowok ganteng, hehe... "Oh...saya kira kamu marah." balasnya diiringi senyum sejuta watt miliknya. Ah...aku meleleh! Selanjutnya kami mengobrol tentang masa kecil kami. Dia tak henti-hentinya tertawa, sedangkan aku dengan muka merah padam menahan malu. Ternyata dia ingat semua kelakuan burukku dulu. Dia juga bertanya tentang kuliahku, pekerjaan ku hingga tentang Sakina yang mengidolakannya. Obrolan kami sudah tak secanggung tadi. Dari ceritanya juga, aku baru tahu kalau dia sudah membintangi beberapa iklan dan film. Mengawali karirnya sebagai model di Newyork, dia dikontrak oleh salah satu brand ternama untuk menjadi brand ambassador produk mereka di Indonesia. Pantas saja dia setampan itu, kupastikan biaya perawatan tubuhnya jauh melebihi perawatan tubuhku yang hanya butuh beberapa alat make up wajah, lotion, scrub dan sun block kalau sedang berenang atau ke pantai. Dia sempat mengernyit ketika aku tak tahu judul film yang dibintanginya. Mungkin dalam benaknya, aku adalah perempuan kuper yang menghabiskan waktunya dengan buku atau kencan berhari-hari dengan komputer. Terserah dengan penilainnya, lagian memang aku tidak begitu suka membuang-buang uang hanya untuk menonton di bioskop. Pernah Beberapa kali aku ke bioskop, itupun karena ajakan teman-teman sekantorku. Aku lebih suka menyaksikan pertunjukkan musik. Seperti konser Katy Perry waktu itu, dua kali dia konser di Indonesia, dua kali pula aku menyaksikannya. Hari sudah mulai sore, om Danu dan keluarga berencana pamit. Tapi sebelumnya ibu memaksa untuk mengobrol sebentar sambil minum teh di ruang keluarga kami. Masih rindu katanya...ah ibu, ada-ada saja alasannya. "Kak Dennis...kapan-kapan main ke sini lagi yaa!" kata Sakina dengan nada bicara yang sedikit dibuat manja. "Iya...ntar kapan kalau lagi ga sibuk, kakak insyaallah main ke sini lagi." jawab Olan sambil tersenyum "Oya....Dennis eh Olan, sudah punya calon belum?" tanya ibu tanpa malu sedikitpun "Calon apa tante?" tanya Olan kembali "Calon istri maksudnya..." jelas ibu "Oya...siapa kak?" tanya Sakina antusias "Hem..kalo pacar sih ada tante, tapi ga tahu, mau apa ga dijadikan calon istri. Belum tanya soalnya, hehe..." jawab Olan malu-malu "Hah...kamu punya pacar? Kok mami ga tahu, kenapa ga dikenalin ke mami sih?" timpal tante Rieke sedikit terkejut "Mami sama papi kan udah kenal, kami kan pacaran udah lama banget!" "Lho...siapa Lan?" om Danu yang tadi asyik mengobrol dengan ayah, tiba-tiba tertarik dengan obrolan ini. Sedangkan aku hanya bisa diam, penasaran sekaligus sedikit ada perasaan yang entah aku tak tahu, yang jelas hatiku seperti tergores mendengar Olan yang sudah punya pacar. "Bagaimana Bi...kita kan udah pacaran 20 tahun, mau ga dijadikan calon istri sekalian?" Pertanyaan nya sukses membuatku melongo, jantungku kebat kebit tak menentu, melompat-melompat seperti ingin keluar. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD