“Noi, Noi, Noi, Noi!” teriaknya sambil meninju cermin yang ada di depan, hancur. Kepalan tangan itu masih bertahan di antara retakan kaca, berdarah. Ada yang menancap, tetapi tetap tertahan di antara pecahan cermin. Pantulan diri pun terlihat berantakan, sulit dikenali. “Bell, kita lihat saja siapa pemenang sejati dalam kisah ini. Seharusnya aku membunuh induk semang kalian, Daisy sialan!” kecamnya dengan sangat gusar, dia bahkan geram setiap kali menyebutkan nama-nama tersebut. Pria itu kembali menghantam cermin yang sudah tak berbentuk, membiarkan serpihan kaca menembus kulit tangan sekali lagi. Tak ada ekspresi sakit atau sekadar meringis, justru terlihat baik-baik saja. hanya amarah yang mendominasi keadaan saat ini. Huruf-huruf kecil di kelima punggung jari ternoda merah, DEMON i