Bab 4

1079 Words
Di tempat lain, Laura yang baru sampai di mansion dengan buru-buru masuk ke dalam kamarnya, beruntung orang tuanya tidak ada yang membuat dia bisa menyusup ke kamarnya. Sesampainya di kamar, dia melihat ponselnya yang banyak sekali panggilan dari orang tuanya dan bahkan Meka sahabatnya. "Bodoh." Gumam Laura lalu menghubungi Meka. "Kau dari mana saja sialan." Omel Meka yang langsung saja mengumpati Laura karena sudah membuatnya semalaman khawatir. "Kenapa kau membiarkanku bermalam dengan Gigolo." Ucap Laura yang membuat Meka benar-benar terkejut. "Astaga, jangan bercanda Laura." Pekik Meka yang bahkan berteriak sampai Laura harus menjauhkan ponselnya dari telinganya. "Aku tidak tuli, apa kau tidak bisa berbicara pelan." Omel Laura. "Kau di mana sekarang? Aku akan kesana." Kata Meka yang sepertinya tidak bisa membicarakan hal ini lewat telefon. "Aku baru saja sampai di mansion dan— haloo.. Meka." "Ck! Di matikan." Gerutu Laura karena Meka langsung mematikan sambungan telefonnya tanpa menunggunya selesai bicara. "Lebih baik aku mandi dulu, astaga tubuhku sangat lengket, milikku juga masih ngilu" gumam Laura lalu memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sedangkan di bawah mansion, Mela yang tau kalau Laura berada di mansion benar-benar langsung bergegas ke sana. "Meka, dari mana? Apa Laura sudah bisa di hubungi?" Tanya Lucy ibu dari Laura yang masih memegang ponselnya dan berusaha menghubungi anaknya. "Laura kan sudah di kamarnya, Tante." Kata Mela yang membuat Lucy terkejut. "Yang benar? Kenapa aku tidak tau." Kata Lucy. "Astaga dia bahkan tidak menjawab panggilan telefon dariku, dasar anak nakal." Meka sendiri diam saja dan mengikuti Lucy yang bergegas menuju kamar Laura. Sesampainya di kamar, Lucy bahkan langsung masuk ke dalam kamar Laura yang membuat Laura terkejut. "Astaga, kalian ini apa tidak bisa mengetuk pintu," kata Laura. "Arrrg, sakit Ma." Ringis Laura karena ibunya menarik telinganya. "Dari mana saja, Mama dan Papa menghubungiku seratus kali tapi kau tidak mengangkatnya." Omel Lucy. "Aku ketiduran di apartemen temanku, Ma." Ucap Laura yang tentu saja berbohong. Dia tidak mungkin mengatakan jika dirinya bermalam dengan seorang pria asing. "Ponselku mati, aku juga tidak tau kalau Mama dan Papa menghubungiku, aku tidur lebih awal tadi malam." Ucapnya. "Setidaknya kau mengatakan kepada Mama dan Papa kalau kau menginap, Mama menjadi khawatir apalagi Meka tidak bisa di hubungi. Lagi pula , kemaren bukannya Meka mengatakan jika dia denganmu?" Tanya Lucy. "Aah itu— memang awalnya Meka bergabung bersama kami, tapi dia pulang duluan. Iya kan Meka" icap Laura sambil melihat ke arah Meka yang berharap jika Mela membantunya. "Yaa- ya memang seperti itu Tante, aku pulang duluan dan langsung tertidur, unruk itu aku juga tidak membalas dan mengangkat telefon dari Tante." Kata Meka menyengir yang membuat Lucy menghela nafas panjangnya. "Jangan ulangi lagi, Laura. Kau tau kalau kami sangat cemas, kami menghawatirkanmu. Lagi pula Mama dan Papa heran kenapa bisa kalian bertiga tidak bisa di hubungi." Kata Lucy yang membuat Laura mengerutkan dahinya. "Bertiga? Maksut Mama siapa lagi?" Tanya Laura. "Victor, siapa lagi? Mama pikir mungkin kau bersamanya, tapi dia juga tidak mengangkat panggilan dari Mama dan Papa." Kata Lucy yang akhirnya membuat Laura mengingat kembali atas penghianatan kekasihnya padanya. Dia bahkan mengepalkan tangannya jika mengingat kejadian kemaren saat dia melihat dengan mata kepalanya sendiri jika kekasihnya bermain panas dengan kekasihnya. "Kalian akan menikah Laura, jangan terlalu sering menginap di rumah temanmu yang tidak Mama kenal. Akan lebih baik jika kau bersama Victor, Mama dan Papa akan lega dan tidak cemas. "Ada yang ingin aku bicarakan dengan Mama dan Papa tapi nanti saja saat di bawah." Kata Laura. "Baiklah, Mama ke kamar dulu memanggil Papamu dan memberitahunya jika kau sudah pulang. Dia juga cemas karena kau tidak bisa di hubungi." Kata Lucy yang membuat Laura tersenyum. "Maaf Ma." "Tidak apa, Sayang." "Katakan apa yang terjadi, bagaimana bisa kau bermalam dengan Gigolo." Kata Meka yang langsung mencecar pertanyaan kepada Laura setelah kepergian Lucy. "Aku juga tidak tau, aku tidak begitu mengingatnya, saat aku bangun aku sudah tidak memakai apapun," kata Laura yang membuat Meka benar-benar terkejut. "Bodoh." Kata Meka menonyor kepala Laura yang membuat Laura meringis. "Itu salahmu, kenapa kau malah mabuk-mabukan hanya karena seorang Victor, jadi begini kan, kau malah kehilangan kegadisanmu. Astaga." Ucap Meka, Bagaimanapun dia menyayangkan Laura yang kehilangan kegadisannya, apalagi Laura kehilangan kegadisannya bersama Gigolo, pria yang tidak dia kenal sebelumnya. "Semua sudah terjdi." Kata Laura yang sebenarnya juga menyesal karena terlalu mabuk sehingga dia benar-benar tidak tau kalau dia akan bermalam dengan pria asing. "Lalu bagaimana? Tanggal pernikahan Kau dan Vinctor sudah di tentukan." Kata Meka. "Aku tidak peduli, aku sudah sangat jijik padanya, aku tidak mau dengannya lagi." Kata Laura yang sudah benar-benar tidak ingin bersama Victor lagi. Rasa cintanya yang selama satu tahun ini seketika lenyap begitu saja dan bahkan tidak ada sisa cinta yang tertinggal di hatinya untuk mantan kekasihnya ini. "Dia investor di perusahaanmu bukan?" Tanya Meka yang mengingat jika Victor adalah investor terbesar di perusahaan milik ayah Laura. "Ya, tapi aku tidak peduli itu, aku yakin perusahaan ayahku akan berdiri dan mendapatkan investor lain yang jauh lebih besar dari pada perusahaan Victor." Kata Laura. "Katakan pdaku jika kau membutuhkan bantuanku, aku akan membantumu sebisaku." Kata Meka yang membuat Laura tersenyum lalu memeluk tubuh sahabatnya yang selalu menemaninya dan selalu ada untuknya. "Terima kasih Meka, aku berjanji kini aku akan percaya dengan perkataanmu, maafkan aku yang dulu tidak mendengarkan perkataanmu saat kau bilang Victor bersama seorang wanita di hotel." Kata Laura yang membuag Meka tersenyum. "Semua sudah terjadi, beruntung kau tau lebih dulu sebelum kau menikah, jika kau sudah menikah dengannya kau akan lebih sakit hati lagi jika melihatnya berselingkuh darimu." Kata Meka yang di angguki oleh Laura. "Ngomong-ngmong sebenarnya aku masih penasaran, bagaimana bisa kau sampai bermalam dengan Gigolo, dia yang menawarkan atau kau yang menggodanya?" Tanya Meka yang masih penasaran. "Entahlah, aku tidak begitu ingat, tapi memang aku masih mengingat jika memang aku dan dia sudah melakukannya, bahkan area bawahku masih ngilu sekarang," kata Laura. "Lihat saja ini." Kata laura lalu membuka bajunya yang membuat Meka melotot karena tubuh putih mulus Laura menjadi belang-belang. "Astaga. Dia liar sekali." Ucap Meka yang benar-benar terkejut. "Apa dia tampan? Ah tapi Gigolo rata-rata tampan sih biasanya." Kata Meka yang di angguki oleh Laura. "Aku mengakui kalau dia memang sangat tampan." Kata Laura yang masih sangat mengingat jika memang yang mengambil kegadisannya sangatlah tampan. "Sudah jangan membahasnya dulu, ayo ke bawah, orang tuaku pasti sudah menunggu." Kata Laura yang akhirnya di angguki oleh Meka. Mereka berdua akhirnya keluar dari kamar Laura dan menuju meja makan. "Kita sarapan dulu baru mengobrol," kata Deni sang ayah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD