Kesepakatan Manis

1262 Words
"Bukankah justru ini menguntungkanmu? Kau tidak perlu repot-repot mengotori tanganmu, Tuan Mafia. Kau juga tidak perlu repot-repot mempercayaiku karena Bee masih di sini untuk memberi arahan padaku." Jade tetap pada keputusannya mengorbankan diri turun ke misi sendiri untuk merebut Angel Diamond dari tangan Variga. "Kau—" "Wanita itu benar, Bos." Ungkapan Yasmina berhasil menjeda amarah Kai yang hendak diluapkan untuk sang assasin. "Apa maksudmu?" Yasmina mulai beringsut dari tempat duduknya, memangkas jarak dengan sang bos mafia seolah ingin mengklaim bahwa bahwa Kai adalah miliknya. "Dasar, jal*ng gatal!" rutuk Jade dalam hati yang entah mengapa tak suka melihat Yasmina mendekati Kai. "Lagipula, jika Variga tau kelompok kita terlibat, maka akan terjadi perang besar. Dan assasin itu datang di saat yang tepat untuk menebus kesalahan kekasihnya yang bodoh." Yasmina menilik ke arah Jade dengan semburat mencemooh diiringi senyuman licik. Sontak kedua tangan Jade terkepal kuat. Amarahnya meluap bagai gunung berapi yang siap erupsi. Rasanya ingin sekali belati digoreskan pada paras cantik nan licik milik Yasmina. Bukan saja untuk Yasmina, dad* Jade juga meluapkan amarah besar untuk sosok Kai. Emosinya semakin menjadi-jadi imbas dugaan bahwa Kai telah menceritakan perihal insiden dirinya dengan Fin kepada seluruh anak buah termasuk kondisi infertilitasnya. "Jade." Bee menggelengkan kepala seraya mencegah tangan Jade untuk meredam emosi sang sahabat. Tentu saja, Bee akan sejalan dengan pemikiran Jade sampai kapanpun. "Aku tidak akan berbagi informasi jika kau tidak mengikuti apa yang Jade minta," tegas Bee membela sang partner. Setelah membuktikan kemampuan meretas, Kai akui Bee adalah salah satu hacker tercerdas. Bahkan, kemapuannya melebihi Marco, hacker anak buah Kai. Suka tak suka, Kai harus mengikuti syarat dari keduanya. "Baiklah. Tapi salah satu anak buahku akan ikut misi untuk memantaumu. Dan itu sudah keputusan final." Kai kentara menghela napas sebelum menyetujui rencana Jade. "Toni, kau yang akan ikut misi dengan Jade," tambahnya lagi. Jade terlihat tak ingin lagi berdebat dengan Kai. Ia cukup merasa puas dan lega bahwasanya bukan Yasmina atau Leo yang menjadi partner misi. Dibandingkan mereka, Toni lebih bersikap netral pada Jade karena pria itu merasa Jade telah menjaga sang adik dengan baik. Penyusunan rencana pun segera di mulai. Jade dan Toni akan menyusup ke pesta ulang tahun Variga dengan memakai identitas salah satu tamu undangan. Sebelum menjalankan misi, anak buah Kai akan terlebih dahulu menyekap pasangan John Blake dan Viviane Blake, suami istri pengusaha barang antik dari dunia gelap yang diundang oleh Variga. Identitasnya akan dicuri oleh Bee untuk dipakai Jade dan Toni kelak. Setelah berhasil masuk, mereka akan menyebar. Jade mulai mencari Angel Diamond sedangkan Toni bertugas sebagai pemantau sekaligus pengalih perhatian. Memang terdengar mudah. Namun, Jade dan Toni tidak boleh gegabah sedikitpun. Ratusan penjaga serta keamanan yang sudah menggunakan alat pindai canggih siap menyingkirkan penyusup yang berani mendekati pesta Variga. *** "Kemarilah, Jade. Aku ingin menunjukkan sesuatu." Toni meminta Jade untuk mendekat padanya seusai meeting berakhir. Pria itu ingin menunjukkan berbagai macam senjata api koleksi milik Mafia Black Skull di ruang supply senjata dimana Toni sering menghabiskan waktu. Tak hanya memamerkan koleksi, Toni dan Jade juga mulai mendiskusikan pergerakan untuk terjun langsung ke lapangan nanti. "Jadi ... kau dan Bee berasal dari keluarga pengusaha senjata api Spectra, huh?" tanya Jade disela membahas Bee di tengah diskusi rencana tanpa memperhatikan lawan bicara. Netra sang puan tengah asik mengutak-atik sebuah senjata laras panjang bernomor seri M4A1. "Apa Bee tidak bilang padamu?" "Sejak awal pertemuan, kami tidak pernah menyinggung ranah pribadi masing-masing. Bee seorang yang cerdas dan periang, aku sangat menghormatinya sebagai partner dan juga sahabat," timpal Jade. Toni mengerenyitkan dahi sebelum akhirnya mulai menjelaskan perihal asal usul keluarga mereka tanpa membicarakan alasan detail kaburnya Bee dari rumah. Pada dasarnya, Bee dan Toni adalah kakak beradik yang saling men-support satu sama lain. Namun, perbedaan pandangan kedua orang tuanya berhasil memisahkan kebersamaan mereka. Namun, setelah kepergian sang adik, Toni berjanji jika menemukan Bee, kelak dirinya tak akan pernah melepaskan adiknya lagi. "Baguslah. Jika kau kakak yang bersikap buruk, aku tak segan menghabisimu sekalipun kau anggota keluarganya." Tawa Toni pecah mendengar ancaman dari Jade. Pria itu merasa besyukur dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Jade karena telah menjaga adik kesayangannya. Meskipun begitu, suasana akrab yang tengah terjalin antara Jade dan Toni rupanya tidak dirasakan oleh sosok yang kini sedang berdiri di ambang pintu-yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik keduanya. "Toni!" panggil suara bariton yang sudah tidak asing lagi. "Bos." "Tinggalkan ruangan ini!" titah Kai yang tentu saja diperuntukkan untuk sang anak buah. "Uhm ... maaf Bos, tapi kami sedang membahas—" "Sekarang, Toni!" tegas Kai terdengar mulai tak sabaran. Toni hanya bisa pasrah seraya melirik sekilas ke arah Jade sebelum akhirnya beranjak pergi. "Well, sepertinya aku juga harus pergi." Jade pun tak kalah ingin pergi mengikuti jejak Toni karena tak ingin berlama-lama dengan sang bos mafia. GREB! Kai berhasil menjegal Jade yang hendak melewatinya. Pria itu menggenggam lengan Jade. "Lepaskan jika kau tidak ingin terluka, Tuan Mafia," ancam Jade. Tak ada respon untuk sesaat sebelum akhirnya Kai mengatakan, "Aku salah dan aku ingin meminta maaf. Tidak sepantasnya aku berkata seperti tadi malam padamu." Jade mengerjap netra tak percaya, mencoba mencerna ucapan Kai barusan. Harus sang puan akui, hatinya kini mencelos. "Aku tidak salah dengar, kan?" Jade menautkan kedua alisnya. "Tidak. Aku memang telah bersalah, Jade. Tidak seharusnya aku berkata seperti itu, terutama padamu yang bermaksud baik." Kai menatap Jade dengan penuh ketulusan saat ini. Tidak ada lagi tatapan sangar seperti sebelumnya. Meskipun begitu, Jade tak ingin percaya seratus persen pada Kai. Cepat-cepat sang puan mengibas kasar lengan yang sedang di genggam oleh Kai untuk sekadar menetralkan perasaannya saat ini. "Mengapa meminta maaf? Kau terlihat seakan tidak butuh dimaafkan," cemooh Jade. "Setidaknya meminta maaf bisa membuat hidupku sedikit lebih tenang." Tidak terdengar pembenaran seperti di perdebatan sebelumnya, kali ini Kai terdengar menyesali ucapan yang telah ia layangkan kepada Jade. "Aku tetap tidak akan memaafkanmu karena kau telah melakukan pembunuhan karakter padaku." "What! Apa maksudmu?" "Yasmina tau alasan mengapa aku bisa sampai sini. Itu karena kau yang menceritakan detail masalahku dengan Fin, bukan? Termasuk kondisiku Infer—" Ucapan Jade terjeda karena kalimat berikutnya adalah hal yang memalukan bagi sang assasin. Kegamangan hebat sontak memenuhi relung. "Kau pikir aku serendah itu membagikan rahasia seseorang?" Kai nyatanya menyadari maksud Jade perihal kondisi infertilitasnya. "Aku bersumpah bahwa tidak mengatakan detail kondisi tentangmu kepada siapapun selain kronologi penyusupanmu saja." Kai menghela napas cukup panjang setelah menjabarkan kenyataan sebenarnya. "Aku bahkan meminta anak buahku yang mendengar langsung perkataan cecunguk itu mengunci rapat mulut mereka dengan konsekuensi berat jika dilanggar," tutup Kai. Jade terkesiap, amarah yang membludak seketika berubah mencair. "Be-narkah?" Kai mengangguk mantap seraya meminta maaf sekali lagi atas prilaku dan sikap yang tak baik sebelumnya. Bohong jika hati Jade tak tersentuh. Semenjak aksi Kai memukul Fin, sebagian besar atensi Jade teralih pada sang bos mafia. Jade merasa pria itu seolah membela kehormatannya dari Fin secara tak langsung. "Baiklah. Aku akan memaafkanmu." "Benarkah?" "Benar, tapi dengan satu syarat." "Syarat? Apa?" "Ceritakan masa lalumu dengan wanita Celine karena itu penting untuk keperluan untuk misi ini." Jade hanya berkilah. Alasan sebenarnya ialah hatinya sangat penasaran akan sosok Celine yang bisa menipu bos mafia terkuat seperti Kai. Tidak ada anak buah Kai yang berani menceritakan detail sosok Celine di sini. "Baik. Asal kau berjanji tidak menaruh dendam dan berhenti membenciku," timpal Kai yang juga mengajukan syarat. Entah mengapa, aku tidak suka jika kau mengucapkan kata benci padaku, Jade. "Kau mendapat kata sepakat, Tuan Mafia." Jade mengurai senyuman seraya mengulurkan tangan ke arah Kai sebagai tanda kesepakatan. Bak gayung bersambut, Kai membalas jabat tangan Jade diikuti lengkungan bibir manis yang jarang sang bos mafia tebarkan sebelumnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD