Misi Bekedok Rayuan Panas

1419 Words
Satu tahun yang lalu. Suasana bising musik Club malam mengiringi derap langkah beberapa sosok pria tegap berpakaian serba hitam. Mereka menyeruak di tengah keramaian manusia-manusia yang sedang terbuai hingar bingar- menari-nari di bawah kelap-kelip lampu disko serta alunan musik bervolume kencang dari seorang DJ (Disc Jokey). Bukan sembarang kelompok, para sosok tersebut rupanya sekumpulan anak buah dari mafia terkuat bernama Black Skull yang dipimpin oleh Malakai Santini. Nama yang mampu membuat siapa saja bergidik ngeri mendengarnya terutama dalam organisasi dunia gelap. Sesampainya di tengah kerumuman, sosok dengan perkiraan jumlah sebanyak sepuluh orang seketika membuat formasi barikade melingkar dengan posisi membelakangi pengunjung yang sedang asyik menari-nari dengan maksud mengurung seorang gadis muda di sana. Alhasil, hanya sang gadis saja yang berada dalam lingkaran. Tak berapa lama, dua sosok pria tegap lain menyeruak masuk ke dalam lingkaran barikade. Keduanya mengenakan outfit berbeda dengan para sosok serba hitam. "Cepat bawa Patricia pulang sekarang juga!" titah Kai kepada Toni di sebelahnya. Dua sosok tersebut nyatanya adalah Kai dan Toni. "Ayolah, Kak. Aku sudah 18 tahun. Aku pun ingin bersenang-senang. Kumohon sebentar lagi, ya!" bujuk gadis bernama Patricia yang nyatanya adalah adik kandung Kai. Sayangnya, Kai hanya bergeming mendengar permohonan sang adik. Atas desakan Kai, dengan terpaksa Toni mulai menggiring pelan tubuh Patricia menuju pintu keluar. "Lepaskan aku, Toni! Aku bisa berjalan sendiri." Patricia mengibas kesal tangan Toni yang hendak menyentuhnya. d**a gadis belia berparas jelita sungguh kesal. Padahal, umurnya sudah beranjak 18 tahun, tetapi hidup yang ia jalani masih terkekang dengan sistem penjagaan ketat dari keluarga besar terutama sang kakak. Sementara itu, bukan tanpa alasan Kai terlewat protektif. Sebagai seorang adik dari bos mafia, hidup anggota keluarga besar termasuk Patricia tak luput dari bahaya sasaran para pesaing dan juga musuh. Kai akam melakukam apapun agar musuh tak sampai menyentuh anggota keluarga. DOR! DOR! Tiba-tiba saja beberapa kali letusan senjata api terdengar menggema keras di udara. Bersamaan itu, alunan musik DJ pun terganti oleh riuh teriak kepanikan pengunjung yang berlarian kesana-kemari menyelamatkan diri. "MODE SIAGA!" teriak Toni memberi isyarat kepada anak buah yang masih membetuk barikade lingkaran. Sontak mereka yang diperintah siaga mengeluarkan senjata pistol bersamaan dengan posisi siap menembak. Toni dan Kai pun ikut melakukan gerakan siaga sedangkan Patricia berlindung ketakutan di belakang keduanya. DOR! Beberapa anak buah Kai tumbang imbas terkena peluru yang entah dari mana datangnya. Kerumuman masa mengakibatkan jarak pandang berkurang. "CEPAT MENUJU PINTU KELUAR!" lagi-lagi Toni meneriakkan perintah. Namun, belum sempat menggapai pintu, segerombolan pria membawa senjata tajam mengepung kelompok Kai. Patricia diminta bersembunyi di bawah salah satu meja bar sebelum Kai turut melancarkan aksi laga melawan musuh. Perkelahian antara kedua kubu pun tak dapat terhindarkan. Bahkan, Kai turun langsung membantu menghajar kelompok musuh dengan ciri khas memakai topeng tengkorak. "Siapa mereka?" Pekik Kai di tengah perkelahian. "Aku belum bisa mengindentifikasi, Bos. Belum ada tanda yang kutemukan," timpal Toni sembari mematahkan leher salah satu musuh yang menjadi lawan. "Jangan biarkan mereka lolos!" "A-ku takut, Kak!" Tubuh Patricia bergetar hebat sembari mengambil posisi berjongkok, menutup kedua telinganya. Bagaimana tidak, situasi saat itu sangat kacau bercampur pertumpahan darah di depan mata. Saat netra Kai memastikan keaamanan snaga adik, netranya mendadak terbelalak kala menyadari seorang musuh tengah membidik Patricia yang masih berlindung di bawah meja. "PATRICIAAAA!" DOR! Satu tembakan terlepas mengenai sosok musuh sebelum ia menarik pelatuk untuk ditembakkan ke arah sang gadis belia. Musuh tersebut pun tumbang dan terganti oleh penampakan sosok wanita cantik berambut ikal terurai yang sedang mengarahkan sebuah pistol. Tangannya sedikit gemetar diiringi iris cokelat yang membola. Untuk sesaat netra Kai dan wanita misterius itu saling bertemu. "Dibelakangmu!" Menyadari musuh yang hendak menyerang, wanita asing tersebut lantas memperingatkan Kai akan serangan yang ditujukan untuknya dari arah belakang. Dengan sigap Kai menendang kuat musuh yang hendak menyabetkan sebilah pisau. Pertempuran sengit antara kelompok Kai dan musuh kembali berlanjut. Di sisi lain, wanita yang belum di ketahui identitasnya bergegas memeluk Patricia yang masih berada dalam posisi berjongkok ketakutan. "Shuh! Aku akan menjagamu. Semua akan baik-baik saja," ujar si wanita asing mencoba menenangkan Patricia. Beberapa saat kemudian, situasi chaos berakhir dengan kemenangan untuk tim Kai meskipun beberapa anak buah harus gugur. Toni beserta anak buah Kai yang tersisa pun segera mengikat musuh yang masih bertahan hidup. "Kak!" Patricia berlari memeluk Kai dengan perasaan campur aduk, penuh sesal. "Maafkan aku. Ini semua tidak akan terjadi kalau aku menuruti kata-katamu, hiks." "Jadikan ini pelajaran untukmu. Kini kau tau mengapa aku tidak mengijinkanmu berkeliaran sendiri, bukan?" Patricia hanya mengangguk pasrah di d**a bidang sang kakak. Gadis muda itu begitu menyesali perbuatannya. Kai segera memerintahkan Toni membawa Patricia pulang berikut tawanan musuh yang tersisa untuk diinterogasi di penjara markas. "Hey," sapa Kai kepada wanita yang telah menyelamatkan nyawa sang adik. Sang wanita bermanik cokelat itu pun membalas sapaan Kai lalu bertanya tentang keadaan Patricia. "Patricia selamat karenamu. Terima Kasih," ucap Kai lagi seraya menatap sendu sosok di hadapannya. Harus Kai akui, keberanian sang wanita membuatnya kagum. "Ah. Syukurlah. Senang bisa membantu." "Siapa namamu?" "Celine." "Kau tau cara menggunakan pistol?" "Yup. Aku sempat mempelajarinya ketika kedua orang tuaku masih hidup." Seolah tersihir, Kai sekali lagi terpesona pada sosok wanita dihadapannya. Selain pemberani, Celine adalah seorang yang mahir dalam menggunakan senjata. Dari caranya berucap, Kai bahkan bisa merasakan bahwa Celine bukanlah seperti wanita kebanyakan. She is something else. Meskipun begitu, insting Kai tetap harus menginterogasi wanita bernama Celine demi keamanan walau sosoknya telah berjasa. Tanpa diminta, Celine mulai menceritakan bahwa kedua orang tuanya dibunuh oleh saingan bisnis dengan memalsukan kejadian asli menjadi kecelakaan. Sebagai anak tunggal, firasat Celine sangat kuat bahwa tragedi itu bukan kecelakaan biasa melainkan pembunuhan berencana. Sampai saat ini, sang puan masih menyelidiki kebenaran di tengah hidupnya yang terlunta-lunta tak tahu arah. "Bekerjalah untukku! Aku akan membantumu menemukan b*****h pembunuh kedua orang tuamu," tawar Kai tanpa pikir panjang. "Maaf, jangan tersinggung. Memangnya kau siapa? Polisi?" Sang wanita tentu saja merasa heran dan bertanya-tanya. "Aku bukanlah seorang polisi tapi katakanlah aku bisa turut mengatur hukum di negara ini," pamer Kai sembari menyeringai. Aura iblis seketika menyeruak kala Kai memperkenalkan mengucapkan nama lengkap. "Ka-u bos mafia yang terkenal itu?" Celine mendadak gagap ketika tahu siapa sosok Kai sebenarnya. Namun, bukan bukan takut. Sebaliknya Celine malah menunjukkan keantusiasan karena ia pernah mendengar rumor bahwa mafia yang Kai pimpin adalah terkuat di negara ini. "Woah, hari ini adalah keberuntunganku." Celine berdecak kagum seraya tak percaya. Ia lalu melanjutkan ucapannya, "Aku tau siapa kau. Aku siap bergabung dengan kelompok mafiamu demi menemukan jejak pembunuhan orang tuaku." Sejak saat itu, Celine resmi bergabung dengan mafia Blackskull. Perlahan dan pasti Kai memberi kepercayaan penuh kepada Celine sebagai anak buah. Kai bahkan mempercayakan posisi tim inti kepada Celine setelah beberapa bulan bekerja. Sang bos menilai Celine adalah wanita yang sangat berdedikasi tinggi serta loyal pada mafia yang dipimpinnya. Tak hanya menjalin hubungan profesional, keduanya diam-diam sering menghabiskan malam bersama tanpa diketahui oleh anggota lainnya. "Aku dan Toni telah selesai shift malam ini, Kai. Gudang senjata dan bahan peledak aman—" Belum selesai berucap, dengan cepat sambaran lumatan Kai menyerang belah ranum milik Celine. Menari-nari liar penuh urgensi. "Ka-i, kita akan meeting sebentar-" "Shuh! Meeting bisa menunggu," sela Kai di tengah pergulatan l*dah. "Kau nakal sekali, Tuan Mafia." Celine terkekeh manja seraya membalas lum*tan. "I don't care. You are mine." Atmosfer keduanya semakin memanas. Kai mulai melakukan serangan lebih brutal sembari menanggalkan helai per helai material pakaian yang dikenakan Celine. Begitupun sebaliknya. "Ahhhh ...." Kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu pun lantas melakukan olahraga panas di ruang kerja Kai. Tak hanya di sana, Celine dan Kai kerap mencuri-curi kesempatan bercinta dimanapun mereka berada. Kai merasa hatinya sudah tertawan oleh perangai Celine. Baginya Celine adalah wanita sempurna dari segi apapun. Sehingga pada suatu hari seusai melakukan olahraga panas untuk ke sekian kali, Kai mengutarakan perasaannya bahwa ia telah jatuh hati pada Celine. "Aku mencintaimu, Celine." "Sungguh?" Kai mengangguk takzim seraya mengusap lembut surai sang puan. "Aku bersungguh-sungguh. Be my mafia queen. I will give the world only for you." Bak gayung bersambut, Celine pun mengaku merasakan hal yang sama dan tanpa ragu ia lantas menerima cinta Kai. Namun, sayang. Hal indah itu tak bertahan lama. Setelah resmi dan mendapat kepercayaan penuh sebagai kekasih Kai, Celine mulai merealisasikan rencana sebenarnya yakni mencuri Angel Diamond. Aksinya terpergok oleh Kai. Bukan menyerah, wanita itu malah menembakkan peluru ke arah sang kekasih. Keberuntungan masih memihak pada Kai yang di saat itu sedang menggunakan rompi anti peluru di balik pakaian sehingga timah panas tidak sampai menembus kulit. Meskipun begitu, berlian temahal di dunia milik sang bos mafia tetap berhasil dibawa lari oleh Celine yang kabur setelahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD