Akan Kuberikan Dunia & Seisinya

1092 Words
"Ch! Semua yang di katakannya dari awal hanyalah karangan semata. Bahkan serangan di Club malam saat itu adalah rencana yang telah diatur olehnya dan juga Variga sedari awal." Kai terdengar menghela napas setelah panjang lebar menceritakan asal usul Celine seraya menatap hampa ke arah depan. "Betapa bodohnya aku. Pria dengan gelar pemimpin mafia terkuat dapat dengan mudah di kelabuhi seorang wanita." "Hey, kau tidak bodoh, Kai. Kau hanya seorang yang tulus di momen yang kurang tepat. Celine pasti menyelidiki adikmu dan tau cara memanfaatkanmu seperti—" Jade menjeda ucapannya seraya mengalihkan pandangan ke arah depan. "Fin melakukannya padaku." Suana berubah menghening seiras semilir angin sepoi berhembus menelisik wajah cantik Jade lagi. Untuk sesaat, tak ada respon dari Kai. Hanya tatapan kosong yang menetap ke arah suguhan pemandangan danau buatan area belakang Mansion. Entah mengapa, Jade merasakan ironi yang sangat menyesakkan saat mencoba menilik ke arah samping tepat dimana Kai berada. Sang puan seakan ingin menghibur Kai habis-habisan sekadar untuk membuatnya dapat tersenyum kembali. "Hey. Jika kau ingin memburu pencuri itu dengan jasaku, aku akan memberimu diskon setengah harga, Kai." Entah apa yang merasuki seorang Jade sehingga dirinya berani mengeluarkan gurauan dengan maksud menghibur pria di sampingnya. Kau pasti sudah gila, Jade! rutuk Jade dalam hati. "Pfft!" Senyuman spontan pun berhasil terulas dari wajah dingin Kai karen tak tahan dengan gurauan Jade barusan. "Wow, kau lebih tampan jika sedang tersenyum, Tuan Mafia," sanjung Jade dalam hati seraya menatap sekilas sang bos mafia. Pipinya mendadak menghangat. Tak ingin diketahui oleh Kai, Jade buru-buru mengarahkan kembali pandangan ke arah depan sebelum akhirnya Kai bergantian menoleh ke arah sang assasin. "Kau tau, jika kau mau aku bisa memberikan seisi dunia padamu, Jade." DEG! Debar jantung yang berusaha dikendalikan kini malah bertabuh semakin kencang tak karuan. Ribuan kupu-kupu di perut Jade seolah berlomba-lomba untuk terbang bebas. Baginya, ucapan Kai barusan terdengar seperti pria yang sedang tergila-gila pada sang puan dan rela melakukan apa pun untuknya. "Ekhem ... maksudku, aku tidak perlu setengah harga. Aku bisa membayarmu penuh." Kai cepat-cepat mengoreksi kalimatnya dengan gelagat canggung mengusap tengkuk yang tak gatal. Keduanya pun kembali terdiam, berusaha menetralkan momen canggung hebat yang sedang terjadi. Sementara itu di belahan dunia lain pemandangan malam kota dari sebuah gedung hotel berbintang lima tengah menjadi saksi kegalauan hati seorang puan berparas cantik. Tubuh seksi bak gitar spanyol yang hanya dilapisi lingerie menerawang kini melenggak-lenggok dengan elegan menuju ke dekat jendela raksasa hotel. "Haruskah aku mengembalikan ini padamu?" ujar sang wanita bermonolog. Di tangan kanannya kini sedang tergenggam benda serupa bentuk berlian yang memancarkan kilauan sempurna apabila bertumbuk dengan cahaya. "Maafkan aku." Puan itu kembali bermonolog dan kali ini bernada lirih. "Aku sadar bahwa aku telah jatuh cinta sungguhan padamu. Aku menyesal mengkhianatimu. Akankah kau memberiku kesempatan ... Kai?" lanjut Celine yang langsung meneguk wine dalam satu kali tegukan. *** Bee terlihat sibuk memberi sentuhan akhir kepada Jade untuk keperluan misi malam ini. Gadis berambut ungu tergerai lurus itu masih sibuk mondar-mandir untuk memastikan persiapan penyamaran. Sosok Jade telah disulap Bee menjadi wanita elegan dengan penampilan berkelas sesuai kepribadian seorang Viviane Blake, istri dari pengusaha barang antik yang sebelumnya telah disekap oleh anak buah Kai. "Belati?" "Done." "lipstik kejut?" "Done, Bee. Kau sudah menanyakannya berulang kali." Jade menaikkan sebelah kaki ke atas kursi untuk mengatur stoking khusus tempat senjata belati andalan disimpan nanti. Namun, tanpa wanita itu sadari seseorang tengah memperhatikan kegiatannya. Danm! Kau sangat cantik, Jade, sanjung Kai dalam hati. "Kai? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jade yang menyadari presensi Kai. Pria itu tak langsung merespon, netranya terpaku canggung ke area paha jenjang dan mulus milik Jade yang sedang terekspos imbas gaun tersingkap. Tak butuh waktu lama untuk menyadari, Jade spontan menurunkan kaki dan menutup belahan gaun di area tersebut. "Ekhem!" Kai berusaha menetralkan kecanggungan dengan dehaman. Sementara itu, Jade sibuk membenahi gaun. "Aku hanya ingin memastikan persiapanmu. Dan maaf ... pintu kamarmu menyisakan celah tadi." Tangan Kai bergestur menunjuk pintu kamar. "Uhm ... aku akan memeriksa Toni dulu, ok." Bee yang izin pamit secara tiba-tiba semakin menambah situasi canggung antara Jade dan Kai. Sebenarnya, Bee sengaja meninggalkan kedua insan itu. Sebagai sahabat, Bee dapat merasakan atmosfer dan tensi yang cukup romantis. Ia lantas memilih untuk beranjak dari sana, berharap sang sahabat dan bos Mafia Black Skull mungkin bisa saling mengenal satu sama lain. "Bee!" Terlambat. Nada protes Jade sama sekali tak diindahkan oleh Bee. Kini, hanya tinggal Kai dan Jade di kamar itu dengan posisi saling berhadapan. Beruntung, situasi ketegangan di antara mereka telah mencair semenjak Kai meminta maaf pada Jade kemarin. "Aku memiliki sesuatu untukmu." Tanpa aba-aba, Kai memangkas jarak antara dirinya dan Jade. Sebuah kotak kayu antik berwarna kecokelatan, berukuran tak terlalu besar di persembahkan ke hadapan Jade. Kai lantas membuka kotak tersebut secara perlahan dan voila .... Seutas kalung berhiaskan batu safir berwarna biru tua di sekelilingnya tertata manis di sana. "Apa ini?" "Untukmu." Jade terperangah tak percaya, Kai menghadiahinya seutas kalung batu safir murni yang sangat mempesona. "Heart of Ocean akan melengkapi penampilanmu malam ini, Jade." Netra Kai memberi isyarat menatap ke area leher polos Jade, sekan meminta izin meletakan untaian permata untuk bertengger di sana. "Tapi aku tidak perlu—" "Bolehkah aku memasangnya, My Lady?" ucap Kai meminta izin dengan gentle. Jade sontak tersipu. Tubuhnya lantas membeku sesaat. Ingin rasa lidah mengeluarkan penolakan. Namun, hati berkata kebalikan. Entah mengapa, aksi Kai saat ini sukses meluluhkan hati Jade yang terus berusaha menolak sisi manis sang bos mafia. Gelagat anggukan lantas Jade layangkan sebagai pertanda memberi Kai akses mengisi kekosongan area leher dengan untaian safir. Di tengah proses, situasi di ruang kesehatan beberapa hari lalu kembali terulang. Lagi-lagi, bulu kuduk Jade dibuat berdiri tegak oleh embusan napas Kai yang terasa melewati area lehernya. Jantung Jade semakin berdegup kencang karena jarak Kai yang hanya beberapa inci saja. Hentikan perlakuan manismu, Kai. Aku bisa mati sebelum misi di mulai. "Sempurna," cetus Kai sesaat setelah selesai menyemai kalung di leher Jade. "Baiklah." Jade memutuskan untuk mundur, menjaga jarak dengan Kai. Ia merasa jantungnya sudah tak aman lagi jika terlalu lama didekat sang bos mafia. "Kau tenang saja. Akan kupastikan aksesoris ini beserta Angel Diamond kembali pada tuannya," janji Jade. "Sudah ku bilang itu untukmu, Jade. Kau tidak bisa mengembalikan sebuah hadiah," timpal Kai yang kukuh pada pendiriannya. "Tapi aku—" "Boleh aku bertanya?" Kai segera menyela kalimat Jade dengan maksud mengalihkan topik. "Uhm ... tentu." "Apakah kau akan kembali pada b*****h itu setelah misi ini?" Jade mengernyit keheranan, ia tak menduga bahwa Kai akan membahas Fin alias kekasih toxic-nya ketimbang Angel Diamond.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD