Cinta Lama Datang Lagi

1153 Words
Amarah Jade meluap kala mendengar nama Celine disebut hadir dalam pesta Variga. Masih sangat jelas di kepala Jade tentang apa yang diceritakan oleh Kai bahwa Celine telah mempermainkan dan mengkhianati sang bos mafia, tak ubahnya seperti yang Fin lakukan pada Jade. Entah karena persamaan nasib atau ada hal yang lebih dari itu, hasrat Jade menggebu untuk membela Kai. Ia bertekad tak akan membiarkan wanita penghianat itu lolos begitu saja, tidak dalam jangkauannya. Aksi dadakan pun seketika tercipta. Di luar rencana, Jade tiba-tiba saja berjalan menghampiri sosok Celine tanpa berdiskusi dengan Toni yang berada di sebelahnya. Dalam otaknya sudah tersusun beberapa skenario kebringasan untuk memberi pelajaran kepada sosok Celine. Jade memulai aksinya dengan sengaja menabrakkan diri untuk mengotori dress yang dikenakan Celine dengan wine. Sebelum melanjutkan aksi, Jade sengaja mengukur kemampuan lawan yang akan di hadapi. Tanpa terduga, Celine mengambil senapan laras panjang milik salah satu pengawal Variga yang kebetulan berada dibakangnya. Ia lalu mengarahkan moncong senjata itu ke kepala Jade. "Aku tidak tau apa masalahmu, tapi kau berurusan dengan orang yang salah." Ancaman Celine terdengar mengintimidasi. "Lalu, kau pikir aku takut?" Jade menyeringai dan masih terlihat tenang meskipun sedang dalam keadaan tersudut dengan ujung senjata menodong kepala. "Celine, hentikan!" Suara Variga menyeruak di antara kedua wanita yang sedang bersitegang itu. Ia bergegas mendekati Celine yang tengah menodongkan senjata ke arah sosok Viviane alias Jade. Merasa sangat kesal akan perbuatan Celine, pria itu berbisik geram, "Ini pestaku. Kau tidak seharusnya ribut dengan tamu lain!" Bukannya mereda, Celine malah semakin kesal karena Variga tak membelanya, perdebatan kecil dengan sang penadah pun tak terhindarkan. Di tengah menyaksikan perdebatan Celine dan Variga, ekor mata Jade menangkap kilauan dari benda mengintip di balik tas clutch milik Celine yang terjatuh akibat ulah Jade tadi. "Benda itu ... mirip sekali dengan Angel Diamond. Mungkinkah ... wanita itu belum memberikannya kepada Variga?" Jade membatin gusar seraya menerka-nerka. Pasalnya, menurut informasi terpercaya Variga telah mendapatkan berlian termahal di dunia dan akan di pamerkan di pesta ulang tahunnya. "Tahan dua wanita ini!" Tiba-tiba saja Variga memerintahkan para penjaga untuk menahan Celine dan Jade yang masih dalam penyamaran sebagai Viviane Blake. "Apa! Kau sudah lupa aku aliansimu, Variga!" protes Celine. "Benar. Tapi aku tak mentoleransi siapa pun yang mengacau di pestaku!" "C!h! Lalu apa kesalahanku? Aku tidak mengacau. Aku sudah bilang tak sengaja. Mengapa kau juga menahanku?" Jade melayangkan protesnya juga. Dengan sigap penjaga bertubuh kekar mengapit kedua tangan Jade dan Celine. "Gawat, Bos. Sepertinya rencana kita gagal total. Jade dan Celine ditangkap Variga," lapor Toni. "Sial!" rutuk Kai dengan spontan. "Toni, lindungi Jade sampai aku datang!" "Got it, Bos." "Leo, ikut denganku. Sisanya tetap memantau keadaan di sini, mengerti?" "Mengerti, Bos." Semua yang berada di ruang monitor menaati arahan Kai kecuali Yasmina. "Bawa aku juga, Bos!" pinta Yasmina. Wanita yang diam-diam menyukai sang bos dapat merasakan bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi antara Kai dan Jade. Maka dari itu, ia tak rela jika Kai pergi karena ingin menyelamatkan Jade semata. "Tidak. Kau tetap disini, Yasmina." Tanpa pertimbangan Kai langsung menolak mentah-mentah pengajuan diri Yasmina. Ia merasa bahwa Leo sudah cukup sebagai back up. Ergh, menyebalkan. Awas kau, Jade! *** BUGH! BUGH! Celine melesatkan pukulan dengan lihai kepada penjaga yang hendak membawanya. Dengan sigap, ia menyempatkan diri mengambil tas clutch miliknya yang berada tepat di bawah kaki. Keadaan berubah lebih chaos ketika Viviane Blake alias Jade melakukan hal yang sama seperti Celine yaitu menghajar dua penjaga yang mengapit lengannya. "Cepat hentikan mereka!" titah Variga kepada seluruh penjaga. Sementara itu, para tamu terpaksa mengevakuasi diri karena takut terkena imbas kerusuhan. Mereka berhambur pergi menuju pintu keluar. "Ternyata kau ... boleh juga!" puji Jade pada Celine. "Kau juga hebat. Tapi ingat, urusan kita belum selesai," balas Celine. Untuk sesaat, Celine dan Jade membentuk aliansi dadakan karena sama-sama sedang terkepung oleh anak buah Variga. "Baiklah, kita harus mencari jalan keluar dari sini, lalu kita selesaikan urusan kita. Bagaimana?" usul Celine kepada Jade. "Cool!" Keduanya kembali melakukan aksi laga bertarung dengan anak buah Variga baik dengan tangan kosong maupun menggunakan senjata. Jade dan Celine unggul dalam pertarungan meskipun satu batalion anak buah Variga menyerangnya. Namun, mereka sadar bahwa anak buah Variga terlalu banyak. Kedua wanita itu memilih untuk pergi mencari jalan keluar. Ketika mendapat kesempatan, keduanya berlari menuju sebuah lorong, masuk lebih dalam ke area Istana V. "Berlarilah Ke atap, Jade! Kai akan segera datang." Suara Toni memekik seraya menembaki para penjaga yang mengejar Jade dan juga Celine. "Suara itu ... Toni, kah?" Celine membatin terkejut seraya masih berlari. Tak hanya hapal dengan Kai, Celine pun mengenal semua anak buah sang bos mafia termasuk Toni. Tak lama kemudian, ketiganya berhasil lolos dari kejaran untuk sementara. Mereka telah sampai di level teratas bangunan yang mirip seperti istana itu. Tak lupa, Toni pun memalang pintu untuk mengulur waktu kedatangan anak buah Variga yang masih mengejarnya. WUSH! Angin kencang berembus menelisik ke dalam kulit setiap sosok yang berada di atap Istana V. Atap yang mereka pijak bukanlah atap biasa melainkan sebuah dataran cukup luas. Huruf H kapital yang tergambar jelas di lantai menandakan bahwa tempat ini biasa difungsikan sebagai helipad atau tempat berhenti helikopter. Toni membuka topeng tipis berwujud John Blake. Kini, wajah aslinya terpampang jelas. "Kau sudah gila, Jade! Rencana kita gagal total!" geram Toni karena Jade sudah mengacaukan misi pengambilan kembali Angel Diamond. "Ternyata benar ... kau Toni." Celine terperangah tak percaya, melihat sosok yang sempat berteman baik dengannya saat sama-sama menjadi anak buah Kai. "Halo, penghianat!" sapa Toni sinis kepada Celine "Toni aku—" "Rencanaku tidak sepenuhnya gagal, Toni," Jade menyela kalimat Celine. Dengan sigap sang assasin mengambil senjata yang masih dipegang Toni lalu menodongkannya ke kepala Celine. Mengikuti jejak sang partner, Jade turut membuka penyamaran dengan membuka topeng tipis yang dikenakan. "Pencuri ini masih memegang Angel Diamond. Benda itu ada di dalam tasnya," terang Jade seraya memberi isyarat dengan netra yang menatap ke arah clutch dalam genggaman Celine. Oh, jadi mereka ingin mengambil Angel Diamond. Ini kesempatanku mengembalikannya langsung dan memohon kesempatan kedua pada Kai. "Ini yang kalian inginkan?" Celine mengeluarkan benda yang tengah menjadi rebutan. Jade dan Toni saling tatap sekilas sebelum netra keduanya kembali fokus kepada Celine. "Cepet serahkan benda itu padaku sebelum anak buah Variga datang kemari!" desak Toni. "Tidak. Aku tidak akan menyerahkan ini padamu," tolak Celine. "Ch! Kau masih punya nyali meskipun nyawa sudah diujung tanduk, ya?" "Aku yang akan menyerahkan Angel Diamond kepada Kai langsung," tegas Celine. "Wah! Skenario apalagi yang kau buat, hah? Kau pikir kami akan percaya dengan perkataan penghianat sepertimu," timpal Toni mencemooh. "Aku mencintai Kai, Toni. Aku bersumpah apa yang kurasakan nyata." DEG! Jade mendadak terdiam. Hatinya seolah tersengat aliran listrik sehingga gamang melandanya. Bohong jika wanita itu tak terganggu oleh pengakuan Celine barusan. Jade bahkan dapat merasakan ketulusan dari ucapan mantan kekasih Kai itu. Sang assasin kini pasrah, sudah dapat dipastikan Kai akan menerima Celine kembali karena puan itu merupakan wanita pertama yang bisa meruntuhkan hati dingin sang bos mafia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD