Naila duduk di samping Rasya yang tampak serius membaca pesan di ponselnya. Sesekali lelaki itu menghela napas panjang, membuat Naila semakin gelisah. Tak tahan, Naila akhirnya memberanikan diri bertanya. Suaranya pelan, tapi nadanya jelas penuh rasa penasaran. “Abi, kenapa akhir-akhir ini Nai tidak boleh keluar? Bahkan kursus make up dan senam juga Abi suruh liburkan. Kenapa?” Rasya menutup ponselnya, menatap wajah istrinya yang tampak cemas. Dia menarik napas, seolah menyusun kalimat agar tidak membuat Naila semakin resah. “Sayang, ini cuma sementara. Abi hanya ingin kamu istirahat dulu. Kan, kemarin-kemarin kamu sudah sibuk sekali mengurus Ilham, kursus, dan senam.” Naila mengerucutkan bibirnya. “Tapi Nai tidak capek, Abi. Nai justru senang kalau bisa berguna buat orang sekitar. Se