Prolog

913 Words
"Tuan, Nona Natasha tidak menyentuh makanannya lagi." Terhitung sudah tiga kali Logan mondar-mandir ke ruangannya hanya untuk mengatakan bahwa wanita keras kepala itu kembali berulah. Padahal saat ini Michael harus fokus dengan pekerjaan yang terlihat melambai-lambai menyebalkan di atas mejanya. Michael hanya butuh ketenangan. Dan kenapa wanita itu harus memakai otak bodohnya sekarang. Dengan sedikit menghela napas Michael berdiri dari duduknya. Menatap Logan dengan sorotan mata tajam. Michael terlihat sangat marah kali ini. Dan ketika lelaki itu marah, maka semua orang akan ketakutan. Terkecuali Logan, pria paruh baya itu masih setia berdiri dengan tenang di depannya. "Haruskah aku mengajarinya cara memakan makanan itu dengan benar?" Michael bersuara dengan  kesabaran yang sudah menemui kata habis. Wanita itu harus diberi pelajaran. Dan Logan tidak terlalu setuju dengan keputusan Michael.  Jika Michael mengunjungi Natasha dengan butir emosi yang masih melekat di wajahnya. Logan tidak bisa menjamin bahwa tubuh Natasha malam ini akan baik-baik saja. "Lebih baik Tuan memintanya secara baik-baik. Nona Natasha wanita lemah. Mungkin jika diperlakukan dengan kelembutan akan membuat hatinya luluh, Tuan." Michael sepertinya tidak menyukai ucapan Logan. Lelaki itu langsung menatap Logan dengan tatapan sinis. "Bagaimana aku bisa memperlakukan dia dengan lembut. Sedangkan ketika dia melihat wajahku. Dia akan selalu ketakutan. Seolah dia tidak menyukainya dan aku benci kenyataan itu!" Logan hanya bisa diam. Tidak berani mengutarakan pendapatnya lagi. Jika pembicaraan Michael sudah menyinggung ke area wajah. Maka semuanya tidak akan berakhir baik-baik saja. Michael sangat tidak menyukai bentuk wajahnya sendiri. Dan jika seseorang menyinggung tentang itu. Michael tidak akan segan-segan berbuat kejam untuk melampiaskan kekesalannya. Michael terlihat tidak terlalu memedulikan Logan yang masih diam di tempat. Merasa dia harus bergegas dan menemui Natasha di kamarnya. Tanpa pikir panjang Michael langsung melangkah keluar ruangan. Untuk memberikan pelajaran berharga pada wanita itu, sekarang. Brak Suara pintu yang terbentur kasar terdengar ketika Michael membuka pintu itu dengan paksa. Mengagetkan wanita cantik yang sedang meringkuk di ujung ranjang. Wajah wanita itu terlihat mengenaskan dengan lelehan becek di kedua pipinya. Mata Natasha mengamati Michael dengan was-was. Tubuhnya semakin beringsut ketakutan saat tubuh Michael berjalan semakin dekat menuju ke arahnya. Kemudian Michael berdiri menjulang di sisi tempat tidur. Menatap Natasha dengan tatapan intimidasi. "Aku benci bertengkar denganmu. Tetapi sialnya otakmu lebih keras dari pada batu. Aku menyuruhmu untuk makan dan kenapa harus sesusah itu? Kau belum makan dari kemarin." Michael meraih makanan itu dari nakas dan memegang ujung sendok, mengisinya dengan makanan yang sudah tersedia di atas piring mahal tersebut. Dan langsung melayangkan sendok itu ke arah mulut Natasha yang sampai saat ini masih mengatup rapat. "Cepat makan!" bentak Michael sedikit kesal. Namun terlihat Natasha masih bertahan di atas keras kepalanya. "Aku tidak mau!" "Kau menantangku?" desis Michael, tersinggung dengan sikap Natasha yang begitu berani melawannya. "Aku lebih senang kau bunuh dari pada menuruti kemauanmu!" "Itu tidak akan pernah terjadi!" Air mata Natasha kembali terjatuh. Ia ketakutan dengan sikap Michael seperti ini. Pria ini benar-benar tidak waras, biadab dan pemaksa. Natasha ingin sekali keluar dari tempat ini. Namun seluruh jalan di dalam kamar ini terkunci rapat. Natasha tidak bisa kabur ataupun lari. Pria keparat itu yang melakukannya. Membuat kamar ini seperti penjara tanpa jendela. Hanya menyediakan pintu yang terkunci dari luar sebagai akses jalan lelaki itu bebas berbuat keji pada tubuhnya. "Kau telah merusak kehormatanku. Kenapa harus aku wanita yang sudah bersuami?" Kata-kata yang keluar dari mulut Natasha membuat Michael tersulut. Ia meletakan piring itu dengan kasar ke atas nakas. Dan mulai beringsut mengukung tubuh mungil Natasha sampai kepala wanita itu terjatuh di atas bantal. "Kehormatanmu adalah milikku. Dan semua yang kulakukan adalah untuk mengambil bagian hakku." Michael menyentuh bahu mulus  hingga ke pergelangan tangan Natasha. "Semua yang ada ditubuhmu adalah milikku. Jadi lupakan suamimu yang kini entah ada di mana!" "Dia pasti sedang menungguku!" tegas Natasha. "Kau percaya diri sekali. Apa kau sudah mengenal jauh karakter dan tabiat suamimu?" cibir Michael membuat Natasha bungkam karena sedikit benar ucapan laki-laki asing ini. Dia belum mengenali perasaan suaminya yang sesungguhnya. "Kau tidak bisa menjawabnya?" "A-aku ... aku ..." "Cukup Natasha! Apa pun rengekanmu kau akan tetap tinggal bersamaku!" "Aku sama sekali tidak mengenalmu." "Apa kau tidak menyukaiku?" "Tolong lepaskan aku." "Apa karena wajah jelekku kau tidak sudi menerima cintaku!" Natasha seketika diam mendengar bentakan Michael di telinganya. Ketakutannya semakin menjadi. Terlebih ketika melihat wajah Michael yang hancur tak beraturan. Bahkan hidungnya pun tak berbentuk, hanya menyisakan bentuk bibir yang masih terlihat utuh. Namun bukan karena itu ia ingin pergi dari sini. Tetapi karena sikap lelaki itu yang tega menculiknya dan memenjarakannya. "Ini bukan cinta. Tetapi obsesi gila yang membuatmu memenjarakanku di sini." "Kau istriku. Dan kau memang seharusnya tinggal di sini." "Aku bukan istrimu! Sudah berapa kali kubilang bahwa aku bukan istrimu!" Brak Satu lemparan piring jatuh di atas lantai menjadi pelampiasan. Tidak peduli dengan harganya yang mahal, benda itu sekarang berakhir menjadi pecahan beling yang tak berarti. Sementara dada Michael turun naik. Ia tidak menyukai situasi ini. "Aku tidak ingin bertengkar," ucap Michael akhirnya, mencoba mengalah. Ia bangkit, duduk di tepi ranjang dan mulai menyelipkan rambut Natasha yang berantakan ke telinga. Mengecup kening wanita itu dengan lembut dan berniat memanggil seorang maid untuk membereskan kekacauan di kamar istrinya. Setelah memaksa Natasha untuk menerima kecupannya. Lelaki itu kemudian berdiri dan melangkah pergi. Natasha sendiri masih terdiam. Menatap kepergian Michael. Dan mulai mempertanyakan mengapa hal menyeramkan seperti ini bisa terjadi ke dalam hidupnya. Tiba-tiba seseorang menculik dan menyekapnya di dalam kamar. Dan lebih menyeramkan lagi sosok pelaku utama penculikan itu adalah pria tadi. Michael Dawson. Pria yang mengaku-ngaku sebagai suaminya. Dan tentu saja Natasha meyakini itu hanyalah sebuah kebohongan. Jelas lelaki itu bukan suaminya. Lelaki itu bukan Drew.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD