Part 3 : Five Yeras Later

1334 Words
Renata nampak sudah siap dengan balutan setelan kerja khas dirinya, hari ini pilihannya jatuh pada gamis simple berwarna peach senada dengan jilbab, sepatu dan tas branded dan dibalut dengan jas berwarna hitam "Mom.. Abang nggak mau sekolah.." adu seorang anak laki-laki berparas tampan yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Renata. Renata menoleh, mengamati anak satu-satunya yang masih memakai setelan piyama bergambar doraemon, rambut ikal anaknya begitu berantakan, mata hijaunya juga nampak masih mengantuk, tampak sangat menggemaskan. Renata memasang wajah sedihnya, ia pun mensejajarkan tingginya dengan pangeran kecilnya, Cakra. "Abang kenapa nggak mau sekolah?" Tanya Renata lembut. Anak itu tak menjawab ia lebih memilih memeluk Mommy-nya, tidak peduli kalau tampilan Mommy-nya akan berantakan lagi, kedua tangan mungil itu saling berkaitan dibalik tengkuk sang mommy, seolah tak rela untuk terpisah. "Abang mau sama mommy, setiap hali mommy kelja telus, abang kangen." adu Cakra dengan nada sedih, hati Renata mencelos seketika, ia ingat, bahkan hampir sebulan ini ia tidak pernah libur, ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Mau bagaimana lagi, ia adalah seorang pimpinan, belum lagi belakangan ini bisnis kedai mie miliknya akan membuka dua belas cabang yang tersebar di kota-kota besar di Pulau Jawa, tentu ia sangat sibuk, karena ia tak dapat percaya sepenuhnya kepada siapapun. Dengan sekuat tenaga Renata mengangkat tubuh Cakra, dengan  penuh cinta dan kasih sayang Renata mengelus panggung Cakra yang kini nampak nyaman berada di pelukannya. "Maafin mommy ya sayang, mommy kan harus bekerja, kalau mommy nggak kerja nanti kalo abang mau beli ice cream gimana?" ucap Renata yang kini telah duduk disofa, dengan Cakra yang masih nampak nyaman dipelukan Mommy-nya. "Memangnya Daddy kapan pulang mom? Kata mom Daddy kelja buat beli ice cleam nya abang? telus kenapa mom kelja?" Cakra memberondong Renata, mata hijau cakra seolah menelisik setiap detail wajah ayu Mommy-nya. Renata kehabisan kata-kata, ia hanya tersenyum menanggapi pertanyaan sang anak yang begitu cerdas  dan kadang membuatnya sangat kewalahan. "Ingat kemarin Cakra dapat kiriman apa?" tanya Renata mengalihkan fokus pembicaraannya dan sang anak. Cakra berpikir keras, dan dengan semangat bocah itu segera turun dari pangkuan Mommy-nya, dan berlari masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian ia datang kembali membawa kotak besar yang dibungkus kertas kado bergambar kartun favoritnya,       Doraemon. Dengan tidak sabaran, wajahnya nampak begitu sumringah mendapati mobil remot kontrol  keluaran terbaru.   "Momm!! Lihat.. Daddy kilim ini buat abang!!" teriak Cakra histeris, membuat Rena tersum lega, setidaknya ini adalah cara ampuh mengatasi Cakra yang belakangan ini sering menanyakan perihal daddy-nya, sudah terhitung hampir setaun belakangan ini, Renata mulai sering mengirim kado ke rumahnya sendiri untuk sang putra, berdalih itu adalah kado dari daddy-nya Cakra. "Abang mandi dulu yuk.. Mommy antar ke sekolah. Mau?" Tanya Renata saat melihat mood anaknya sudah membaik. Cakra menggeleng tegas, "I don't want to go to school." ucap nya santai membuat Rena melotot seketika. "Abang mau ikut mommy ke kantol, boleh ya?? Pliss.." Pinta Cakra sambil mengedipkan matanya dengan begitu imut. Kini ia berdiri tepat ditengah-tengah kaki Mommy-nya yang sedang duduk di sofa. Tangan kecil bocah tampan itu memengan pipi Rena, ia memfokuskan wajah sang ibu ke hadapannya. "Pliss mom, abang janji abang nggak nakal." pinta anak itu dengan iba. Bocah berusia lima tahun itu memang sudah hafal betul bahwa kelemahan Renata adalah puppy eyes miliknya, dan cara ini selalu  tak pernah gagal. Renata menghembuskan nafasnya pelan, luluh! Ia luluh dengan wajah dan tatapan menggemaskan itu toh kalau dipikir-pikir tak ada salahnya lagi pula belakangan ini memang ia jarang ada waktu untuk jagoan kecilnya. "Yasudah, Abang mandi dulu, minta tolong suster ya. Mommy tunggu di meja makan." Perintah Rena membuat Cakra kegirangan. Tanpa disuruh 2 kali Cakra segera keluar dari kamar Renata.  Sesampainya dikantor, Renata dan Cakra nampak jadi pusat perhatian. Semua karyawan begitu terpana akan keserasian bos mereka dan putra tampannya, setelan baju keduanya yang selalu nampak seragam membuat keduanya semakin menjadi sorotan. Semua pegawai kantor menyapa Renata dengan ramah, sesekali ada yang menjawil pipi Cakra, saking gemasnya. “Pagi Bos Kecil.” Fatimah saat melihat kedatangan Renata bersama Cakra. “Molning Aunti Fat, hali ini abang mau jadi asistennya mommy juga kaya aunti Fat.” Ujar Cakra ceria, membuat kedua wanita itu terkekeh. “Wah! Aunti Fat punya saingan dong ini” kekeh Fatimah menular pada Renata. “Ya Sudah Fat, saya masuk dulu. Jangan lupa kamu susun naskah pidato buat acara amal besok ya.” Titah Renata. “Siap!” Perusahaan property warisan Pandu, kakak Renata kini semakin sukses, wannita itu agaknya berhasil melambungkan nama AXA corp menjadi salah satu perusahaan property besar di ASEAN. Belum lagi dengan bisnis perhotelan, dan juga kedai mienya dulu yang kini telah membuka banyak cabang dan masih akan menambah lagi. Kendati telah mendulang sukses, Renata tak pernah kelihatan mencolok, ia selalu tampil sama seperti dirinya dulu, sebagian penghasilannya ia sisihkan untuk didonasikan ke panti asuhan, ia juga merupakan donatur tetap untuk sumbangan yang dikirim ke daerah konflik. "Mbak Re, setelah makan siang mbak ada meeting pihak investor dari Turki." lapor Fatimah, saat mereka sedang makan siang diluar bersama dengan Cakra. Renata hanya mengangguk simpul, ia melanjutkan acara suap menyuap ice cream dengan Cakra. “Kamu atur aja. Berkas-berkasnya udah siap kan?” tanya Renata. “Sudah mbak, naskah pidato mbak buat besok juga udah siap.” Renata mengangguk, ia memang tak salah memilih Fatimah sebagai sekertarisnya, gadis itu amat cekatan, cerdas dan juga ramah. Sesampainya di kantor Rena menitipkan cakra pada salah seorang pegawainya, karena dirinya dan Fatimah harus segera bersiap untuk meeting siang ini. "Abang disini sebentar ya sama Aunty Reva, mommy kerja dulu." pamit Rena pada Cakra yang nampak asik bermain mobil-mobilan di bilik kerja milik Reva yang kini sudah digelar karpet kecil untuk Cakra bermain. “Va titip Cakra ya, kamu siang ini free. Yang penting Cakra dijaga, jangan sampai cranky anaknya.” Pesan Renata. “Siap itu mah Buk, jangankan sampai ibu selesai meeting, tiap hari juga saya sanggup buk.” Kekeh Reva, memang semua karyawan dikantor ini amat dekat dengan Renata dan tak segan-segann untuk saling melempar guyonan satu sama lain. “Enak di kamu itu mah.” Balas Renata sebelum melenggang meninggalkan kubikel Reva. "Onty Repa punya bola?" tanya Cakra pada Reva yang sedari tadi ikut bermain dengannya. "Nggak punya,.gimama dong?" Jawab Reva lesu. “Yah.” “Besok deh kapan-kapan Aunti beli bola buat Cakra main disini, sekarang kita susun lego aja ya?” bujuk Reva. “Iya deh, tapi janji ya?” “Janji bos kecil.” Keduanya pun asyik bermain lagi, sesekali Reva menggoda bocah itu hingga membuat bocah itu sebal, namun akhirnya tertawa kembali.  "Ehmm.. Cakra tunggu disini sebentar ya aunti mau pipis dulu.." Reva segera ngacir ke kamar mandi yang terletak agak jauh dari bilik kerjanya. Sementara Cakra yang mulai nampak bosan kini tengah asyik berjalan menyusuri kantor megah milik Mommy-nya. Mata hijau milik Cakra menangkap seseorang yang nampak sedang marah-marah pada office girl yang Cakra ingat betul, office girl itu lah yang tadi memberi coklat untuk dirinya. "Uncle " Cakra menarik-narik celana kain yang dikenakan orang yang sedang marah-marah itu. "Upss.. Maaf, maksud Abang, Opa.. Hihiihi." Cakra tertwa sendiri, orang yang tadi dipanggilnya Uncle ternyata sudah memiliki banyak rambut putih seperti Nenek nya, belum lagi wjahnya kelihatan sangat garang. Itu mengngatkan Cakra pada Kakek Yusuf, tetangga sebelah rumahnya yang sangat garang. "Kenapa tertawa?" Tanya pria tua berwajah asing  itu dengan nada tak suk, meski tak dapat ia punngkiri bahwa ia tersihir oleh tawa renyah bocah tampan itu.. "Opa kenapa malah-malah? Mommy abang bilang, kalu malah-malah nanti cepat tua.." ucap Cakra dengan lugu, membuat pria tua itu tertarik untuk mengobrol lebih jauh dengan bocah tampan di depannya ini. "Aku memang sudah tua boy. Lalu bagaimana? Apa aku boleh marah-marah sekarang?" Tanya pria tua itu dengan nada jahil, baru kali ini ia meladeni anak kecil yang bahkan memanggilnya opa. "benel juga ya.." Cakra nampak berpikir keras, dan hal itu sontak membuaat pria tua yang sejatinya tak suka pada anak-anak itu kini tertawa lepas. "Cakra!." Teriak Renata yang sejak tadi mencari Cakra yang lolos dari pengawasan Reva. Hal itu seketika membuat Cakra dan tentu saja pria itu menoleh. "Mommy!!" "Renata?!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD