Episode 2

1534 Words
"Apakah kau gila, Ramagendhis? Ketika seseorang masuk ke dalam situasi seperti itu, siapapun mereka pasti akan panik atau minimal ketakutan. Bayangkan tiba-tiba kau masuk ke ruangan, dan ruangan itu tanpa sengaja terkunci. Apalagi ada yang mendadak memukul bagian belakang kepalamu hingga kau pingsan, pasti kau akan semakin panik. Ah, siapa orang yang memukul kepalaku?! Apakah salah satu di antara mereka ada di ruangan ini?! Jika benar, keluarlah kau! Aku akan menghajarmu di sini!" Wah wah wah, Juan terlihat marah rupanya karena dipukul dengan balok kayu. Eh, aku mengucapkan balok kayu? Wah kenapa aku justru membocorkan rahasia skenario sebenarnya? Aduh aku merasa seperti menjadi narator yang buruk untuk buku ini. Lebih baik aku melarikan diri dari sini, dan kalian nikmati kisah Juan lebih lanjut. Dan satu hal lagi, mungkin Kepala Juan masih terasa sakit hingga saat ini. Ketika sadar dari pingsan setelah dipukul oleh orang yang tidak ia kenal di dalam kegelapan, Juan tengah berada di sebuah ruangan serba putih yang tidak memiliki pintu dan jendela sama sekali. Ruangan itu telihat seperti sebuah kubah atau penjara. Juan yang tengah berada dalam kondisi setengah sadar, masih berusaha mengamati sekitarnya. Ia memerhatikan sekeliling, dan masih belum paham tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi saat ini. Juan sadar, jika dia saat ini tidak sendirian. Ada belasan hingga puluhan anak remaja lain yang seusia dengan dia juga terjebak di dalam ruangan kosong tanpa pintu ini. Semua orang di sana juga terlihat bingung sama seperti Juan. Beberapa saat kemudian barulah Juan sadar jika ia masih belum melihat sosok Eva, kekasih hatinya. Juan segera berteriak memanggil nama Eva dan berjalan ke sekeliling mencari pujaan hatinya. Para remaja yang lain, baik laki-laki maupun perempuan juga tengah sibuk memanggil nama orang yang mereka kenal. DI sela-sela para remaja, Terlihat siluet bayangan seseorang yang sangat dikenal oleh Juan. Bayangan wajah Eva yang kacau, terlihat dari balik kericuhan orang-orang yang saling mencari satu sama lain. Eva terlihat sedih, panik, khawatir, dan ada air mata yang telah membekas pada pipinya. Juan segera menghampiri Eva dan menggenggam erat tangannya. Juan tersenyum, Eva juga tersenyum. Dua sejoli ini merasa sangat bahagia bisa dipertemukan lagi setelah sempat terpisah. Para remaja lain juga terlihat telah menemukan pasangan mereka masing-masing dan mulai tampak raut wajah bahagia dari mereka meski belum tahu bagaimana nasib para remaja ini setelahnya. Di tengah kebahagiaan dan rasa haru yang dirasakan oleh para remaja, tiba-tiba muncul sebuah lubang dari atap kubah putih tersebut. Dari lubang itu, turun sebuah televisi yang memiliki layar di keempat sisinya. Para remaja itu terkejut dan memerhatikan dengan seksama turunnya monitor tersebut. Sesaat kemudian, dari balik layar tersebut muncul sesosok mahluk aneh. Sebenarnya bukan benar-benar mahluk aneh yang muncul dari dalam layar, melainkan manusia yang menggunakan kostum badut. Bukan, bukan badut menyeramkan seperti badut restoran cepat saji atau badut yang ada di film horor, melainkan badut karakter yang mengambil tokoh dari kartun animasi. Tokoh yang ia pilih juga tidak kalah aneh, yaitu sebuah kentang dengan topi kecil di atasnya. Tidak lupa sebuah wajah senyum yang sedikit mengerikan juga tercetak pada wajah kostum kentang tersebut. Badut kentang tersebut kemudian menyapa seluruh remaja yang berada di dalam kubah putih. "Selamat datang, para remaja terpilih! Aku sangat senang dapat menyambut kalian di sini!" seru badut kentang dari dalam layar. "Perkenalkan, namaku adalah Pota. Aku adalah teman kalian di sini! Yeayy!" seru badut itu lagi sambil mengangkat kedua tangannya. Juan dan Eva yang merasa bingung, saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang penuh tanda tanya dan tidak tahu apa yang terjadi. Kemudian si badut kentang bernama Pota itu melanjutkan kalimatnya, "kalian semua adalah para remaja terpilih yang akan mengikuti sebuah permainan penuh cinta yang paling menarik di abad ini. Sebuah permainan fenomenal, permainan yang akan menguji cinta kalian kepada pasangan kalian. Bukankah itu menyenangkan? Yeay!" Dia kembali mengangkat kedua tangannya dan bertingkah imut di depan kamera. Semua peserta mendadak ricuh, mereka yang sama sekali tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi, menjadi sangat berisik karena saling berbicara satu sama lain. Ada beberapa orang yang saling berkenalan dan mencari tahu sebenarnya permainan apa yang akan mereka mainkan ini, sebagian lain terlihat masih panik dan mencoba menenangkan pasangan mereka sendiri, sebagian lain terlihat tenang dan tidak mengacuhkan apa yang terjadi saat ini. Tapi ada satu pemandangan yang sama di segala sudut, yaitu semua orang saling berpegangan tangan dengan pasangannya masing-masing. Juan yang masih bertanya-tanya, tiba-tiba berpikir untuk berteriak kepada monitor di atas mereka. Juan tidak mengetahui apakah ia akan didengar atau tidak, tetapi Juan merasa tidak salah jika mencobanya. "Hei! Pota? Poti? Kentang? Ah siapapun kau. Jelaskan kepadaku tentang apa yang terjadi! Kenapa kita semua ada di tempat ini? Kenapa kau culik kami?" seru Juan dengan nada tinggi. Tanpa disangka, ternyata Pota mendengar apa yang Juan katakan dan menanggapi perkataan Juan. "Heumm? Siapakah kau yang berani bertanya kepada administrator sepertiku? Lancang sekali! Tapi tidak masalah. Karena aku baik hati, tidak sombong, rajin menabung, namun sayang aku masih sendiri sehingga aku sangat iri dengan kalian para peserta yang memiliki pasangan." ucap Pota sambil menundukkan topeng badutnya yang terlewat besar dan mengayunkan kedua tangannya lesu. "Baiklah, aku akan menjawab pertanyaanmu, wahai Anak Muda! Tujuan kalian ada di sini adalah, kalian harus mengikuti sebuah permainan yang telah kami atur sedemikian rupa, agar kalian dapat keluar dari tempat ini. Kenapa kalian diculik? Karena kalian adalah remaja terpilih dengan usia yang setara, memiliki stamina dan fisik yang bagus serta kecerdasan di atas rata-rata. Kalian boleh tidak mengikuti permainan, namun dengan konsekuensi yaitu kalian tidak memiliki kesempatan untuk keluar dari tempat ini. Ehe" Pota memegang kedua pipinya sambil menggoyangkan badannya ke kanan dan kiri. "Jika kita mengikuti permainan ini dan menang, apa yang akan kita dapatkan? Dan jika kita kalah dalam permainan, apa yang akan terjadi kepada kita?" seru seorang peserta lain. "Wah wah wah, kalian berisik sekali, Ehe. Kenapa kalian selalu bertanya kepadaku? Kenapa kalian tidak menurut saja dengan apa yang aku katakan dan segera memulai permainan? Padahal aku sudah tidak sabar untuk bermain! Ehe." seru Pota. "Hei, cepatlah katakan, Badut Jelek!" jawab peserta itu. Lalu tiba-tiba, *Dorr! Suara tembakan yang entah dari mana datangnya mendadak terdengar. Sebuah peluru mendadak menembus kepala dari seorang peserta yang baru saja protes. Dia adalah seorang pria yang terlihat cukup tampan. Tapi sayang, dia telah tergeletak tak bernyawa dengan kepala yang berlubang. Darah segar mengalir dari luka yang ditimbulkan dari tembakan tesebut menciptakan sebuah warna kontras yang indah di dalam kubah putih yang bersih itu. Para peserta lain yang semula tenang mendadak histeris, ricuh, saling berteriak dan berlarian ke sana kemari. Juan dan Eva juga termasuk peserta yang panik karena tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat. Lalu, *Dorr! Suara tembakan kembali terdengar. Semua peserta mematung, bingung dengan apa yang terjadi dan kenapa ada suara tembakan yang kembali terdengar. Tiba-tiba, seorang perempuan jatuh tersungkur dengan lubang di kepala dan darah yang juga mengalir membasahi lantai kubah putih. "Ayo dengarkan aku, Anak-anak! Ehe." seru Pota membuyarkan lamunan para peserta yang tengah mematung. "Itulah konsekuensi jika kalian terlalu banyak bicara di sini. Dan, hukuman yang diterima bukan hanya untuk diri kalian sendiri, melainkan juga untuk pasangan kalian. Bukankah ini romantis? Kalian akan disatukan kembali di alam baka dengan cinta sejati kalian karena mati bersama di dalam permainan ini, ehe." Pota terdengar seperti tidak memiliki rasa bersalah karena membunuh dua orang peserta sekaligus. Sosok badut karakter yang imut itu seakan berbanding terbalik dengan kepribadian yang ia tunjukkan. "Tapi, karena aku baik hati, maka aku akan memberitahukan kepada kalian, hukuman apa yang akan kalian terima jika kalah dalam permainan dan hadiah apa yang akan kalian terima jika kalian memenangkan permainan yang aku buat. Hadiah yang akan diterima oleh pemenang adalah, Cinta Sejati, Yeay! Ya, pemenang akan mendapatkan kebahagiaan tiada tara dan akan dianugerahi sebuah cinta yang tidak akan luntur dimakan jaman. Selain itu, pemenang permainan akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pernikahan impian mereka. Bukankah itu menyenangkan? Ehe. Tetapi! Tetapi tetapi tetapi tetapi! Untuk para pecundang yang kalah dalam permainan, aku memiliki hukuman yang tidak kalah menyenangkan untuk kalian. Bagi para pecundang, kalian akan dihadiahi dengan kebahagiaan tiada tara juga, Yeay! Tapi hal yang berbeda dari para pemenang adalah, kebahagiaan yang kalian dapatkan akan abadi karena kalian akan disatukan di alam baka. Apakah kalian sudah dapat menebak apa hukuman bagi pecundang? Ehe. Benar! Kalian benar! Meskipun kalian tidak mengatakan apapun, tapi aku tahu apa yang kalian pikirkan. Dan kalian benar, Yeay! Hukuman yang akan didapatkan oleh pecundang adalah, MATI! Ehe. Jadi, jangan sampai kalah di dalam permainan ini! Ehe." Pota menjelaskan hadiah dan hukuman dari permainan itu dengan nada yang menyenangkan, seperti tengah menghibur murid-murid di sebuah acara ulang tahun. Nada bicara yang bertolak belakang dari apa yang diucapkan oleh Pota membuat semua peserta terbelalak, terkejut karena tidak menyangka akan masuk ke dalam permainan yang mengerikan seperti ini, dan mereka tidak memiliki kesempatan untuk keluar dari sini kecuali mereka dapat menyelesaikan permainan. Semua peserta tersimpuh, bingung, panik, dan depresi mengetahui nasib mereka telah ditentukan oleh permainan mengerikan ini. "Aku persembahkan sebuah permainan untuk membuktikan rasa cinta kalian! Just let Couple Games Begin! Ehe." Pota mendekatkan wajahnya ke kamera, menunjukkan gigi putih yang tercetak jelas di topengnya dengan sesekali berjingkrak. Dasar Pota! Sepertinya dia sangat senang mendapat banyak mainan baru. Ah, apa aku berkata mainan baru? Aduh, lagi-lagi aku membocorkan skenario.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD