Kekaguman

1159 Words
“Ini laporan apa?” tanya Sean sambil membanting sebuah berkas di atas kerjanya. “Itu laporan dari bagian administrasi, Pak.” “Udah kamu cek?” “Sudah.” “APANYA YANG SUDAH!” Sean berteriak sampai membuat Kevia kaget dan memundurkan badannya secara reflek. Dia kaget dengan reaksi Sean yang dia nilai terlalu berlebihan itu. Sean melihat tajam ke arah wajah takut Kevia. Dia ingin wanita itu melayangkan kata-kata pengunduran diri saat ini juga. Tapi sepertinya Kevia tidak terlalu banyak menunjukkan banyak reaksi. “Kamu bilang berkas ini sudah kamu periksa? Kasih tau saya, apa yang sudah kamu periksa?” “Saya sudah memeriksa kelengkapan dan semua yang Bapak minta tadi. Karena sudah lengkap, maka saya bawa ke sini.” “Lalu bagaimana dengan laporannya. Kamu sudah periksa belum?” “Belum, Pak. Apa saya juga yang harus periksa? Bu Anita tidak pernah mengatakan itu pada saya.” “Anita terus aja. Kamu asisten sekarang.” “Tapi Pak, kan yang tugasnya memeriksa itu, Bapak.” “Haah?? Emm ... anu ... maksudku kasih tanda, mana yang harus aku periksa. Kamu harus membuat pekerjaanku cepat selesai. Apa kamu ga liat tumpukan berkas ini?” Mata Kevia melihat ke arah tumpukan berkas di meja, “Oh iya, Pak. Nanti akan saya buat mana yang harus Bapak periksa.” “Kerjakan sekarang! Ga nanti.” “Baik, Pak.” Kevia segera mengambil tumpukan berkas yang ada di atas meja Sean. Dia akan melakukan apa yang diminta oleh atasannya tampannya itu. Memang terdengar sedikit aneh tapi demi gaji yang besar dia akan melakukan hal itu. Kevia mendengar kabar dari Mila kalau gaji seorang asisten pribadi untuk Sean itu hampir berkisar 60 juta rupiah. Itu sama saja dengan gaji dia tiga kali lipat dari tempatnya yang lama. Kevia tentu akan melakukan apa pun demi gaji sebesar itu. “Apa itu, Kev?” tanya Alvin. “Berkas yang harus di periksa sama Pak Sean.” Alvin melihat ke arah jam tangan di pergelangan tangannya, “Cepet amat. Ini masih jam 11 tapi semua udah beres?” “Belum beres, Pak. Ini di suruh benerin.” “Benerin apanya?” “Di suruh tandain dulu mana yang harus beliau periksa. Katanya kerjanya emang gitu ya?” ‘Nandain berkas? Apa ini bagian dari pengusiran ya?’ tanya Alvin dalam hati. “Eh iya ... kamu emang harus nandain itu. Kan emang tugas asisten itu buat ringanin kerjaan bos. Jadi kamu harus siap.” “Oh ... ya udah kalo gitu. Saya kerjakan sekarang.” “Jess ... kalo kamu ada yang kurang paham, kamu bisa tanya sama Kevia ya,” ucap Alvin pada sekretaris baru Sean. “Baik, Pak.” Kevia mulai mengerjakan satu per satu berkas yang ada di atas mejanya. Dia memberikan tanda pada setiap bagian berkas yang harus dikoreksi oleh Sean. Kevia tidak ingin salah lagi hanya karena kesalahan seperti ini dia mendapatkan bentakan dari atasannya itu. Berkas yang sudah Kevia periksa segera dia berikan kepada Jessica yang merupakan sekretaris baru untuk Sean mulai pagi ini. Jessica justru sibuk memperhatikan Kevia yang tampak sangat biasa saja dibandingkan dia. “Kev, kamu sejak kapan kerja bareng ama Pak Sean?” “Baru kemaren. Emang kenapa?” “Ga papa. Kok dandanan kamu biasa aja sih?” Kevia menoleh ke arah Jessica, “Emang harus gimana?” “Ya dandan dikit donk. Kan kamu bakalan sama Pak Sean terus. Masa kamu ngebanting gini tampilannya.” “Ini udah dandan aku. Emang masih kurang cantik ya?” “He em. Jauh kalo di bandingkan sama Pak Sean. Kan Pak Sean itu udah kaya makhluk sempurna tanpa cacat ya. Trus Pak Alvin juga kan ganteng parah. Masa kamu gini aja sih, dandan donk.” “Aku terlalu sibuk buat itu. Ah ntar lah ngobrolnya. Kamu beresin kerjaan juga tuh. Ntar di marahin ama Pak Sean lho.” “Iya deh.” Alvin masuk ke dalam ruangan Sean. Dia segera duduk di kursi yang ada di depan meja atasan sekaligus sahabatnya itu. Alvin menyandarkan tubuhnya dan melihat ke arah Sean yang tampak tersenyum sendiri di singgasananya. Tangan Sean menyatu di depan perutnya sambil sedikit menggoyang-goyangkan kursi empuknya tersebut. “Ngapain lu?” “Ga papa ... cuma lagi menikmati kemenangan yang bentar lagi gw dapet.” “Kemenangan apa?” “Kevia. Kevia bentar lagi bakal kabur dari sisi gw selamanya. Dia bakalan menghilang sambil membawa semua kenangan kami.” “Seyakin itu lu?” “Iya lah. Tadi di rumah juga udah buat dia kesel banget. Belum lagi waktu dia di ruangan gw barusan. Gw bemtak ampe kaget donk dia.” “Trus lu kasih pekerjaan yang ga seharusnya dia kerjain.” “Iya ... seru kan?” “Seru sih. Tapi gw ga yakin kalo dia bakal cabut dari sini. Pas gw mau masuk ke sini tadi, gw liat dia lagi kerjain bahan lu. Dia udah numpuk beberapa laporan itu di atas meja dia juga. Kayanya dia bisa selesaikan tantangan lu lagi.” “Haah??? Seriusan lu?” “Liat aja. Paling bentar lagi masuk laporannya.” Baru saja Alvin menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba ruangan kerja Sean diketuk dari luar Jessica masuk dengan membawa beberapa berkas di tangannya. “Pak ini berkas yang dari Bu Kevia,” ucap Jessica sambil menyerahkan berkas yang ada di tangannya. “Kevia mana? Kenapa kamu yang bawa ke sini.” “Masih mengerjakan sisanya. Saya di suruh bawa yang sudah dia periksa.” “Ya sudah sana balik ke meja kamu.” Jessica meninggalkan ruangan Sean, tapi tatapan mata Alvin dari tadi terus saja mengeksekusi tubuh sintal dan molek milik Jessica. Gadis sekretaris Sean itu memang berpenampilan beda daripada Kevia. Jessica lebih memilih untuk memakai pakaian seksi yang sedikit terbuka dengan rok mini dan blazer yang membentuk lekuk tubuhnya lebih menggoda. Dandanannya juga tidak terlalu menor tapi sangat terlihat kalau dia pandai berdandan. Hal ini sangat berbeda jauh dengan Kevia yang tampil lebih sederhana. Walaupun dia sudah memakai rok, tetap saja Kevia masih terlihat sangat cuek. “Terus aja liat. Keluar itu bentar lagi mata lu!” ucap Sean menegur temennya. “Bisa di pake ga ya tu anak. Waah berani banget dia pake baju gitu.” “Ga usah macem-macem! Bakal gw pecat lu ntar.” “Jahat amat sih, lu. Eh periksa tuh, udah bener belum kerjaan Kevia.” Sean segera memeriksa pekerjaan Kevia. Dia membuka satu berkas lalu melihat ada catatan kecil di dalam berkas tersebut. Di sana Kevia menuliskan secara teliti apa saja yang harus diperiksa oleh Sean, termasuk lembar ke berapa yang harus dilihat. Sean mengangguk-ngangguk tanda dia puas dengan pekerjaan Kevia. “Bener apa yang lu bilang. Dia emang sangat cekatan dan juga rapi. Sayang juga kalo dia di lepasin gitu aja,” ucap Sean sambil tersenyum. “Seriusan?? Dia bener-bener kerjain itu?” Alvin mengambil satu berkas yang ada di sana. Dia membuka berkas dan kaget saat melihat pekerjaan Kevia yang bahkan lebih baik dari dia. Sepertinya Kevia memang seorang pekerja keras.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD