Mencari Pekerjaan Baru

1197 Words
Plaaak!! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Dito. Pemuda itu sampai membulatkan matanya karena kaget dengan apa yang dilakukan oleh Kevia kepadanya. Mila yang ada di dekat mereka sampai ternganga dan menutup mulutnya tidak percaya kalau sahabatnya yang biasanya memuja Dito itu kini berani menamparnya. Kevia menatap tajam pada sosok pemuda yang dulu sangat dicintainya itu. Tapi sejak kejadian mengenaskan itu, kini tatapan penuh cinta itu berubah menjadi amarah yang ingin meledak. Kevia sangat membenci Dito saat ini. “Kev, kamu kenapa tampar aku. Aku tau kamu marah. Tapi dengerin aku dulu.” “Apa lagi yang mau aku denger? Udah ga ada lagi. Semua udah jelas. Mata aku saksinya. Jangan pernah ganggu aku lagi!!” “Kev ... tunggu!!” Dito memegang tangab Kevua yang mulai pergi meninggalkan dia. “Lepas!! Ati kamu akan dapat pukulan selanjutnya.” “Pukul aja semau kamu. Asal kamu maafin aku.” “Ok!! Kalo itu mau kamu. Tapi kalo maaf, aku ga akan janji.” Kevia sudah siap akan melayangkan tamparan kedua untuk wajah tampan di depannya. Dia sudah mengangkat tangannya, tapi tangan itu segera di pegang oleh Mila yang ada di dekatnya. Mila tidak ingin sahabatnya itu membuang tenaga untuk laki-laki seperti Dito. “Sebaiknya kita pergi. Jangan buang tenaga kamu buat hal ga guna kaya gini. Lepasin Kevia, Pak,” ucap Mila. “Ngapain kamu ikut campur. Ini urusan saya!” “Kevia sahabat saya dan ini juga urusan saya kalo Bapak nyakitin dia!!” Mila segera memukul tangan Dito dengan kuat. Dia ingin membantu Kevia lepas dari cengkraman tangan Dito. Begitu terlepas, Mila segera menarik Kevia untuk pergi meninggalkan Rooftop. Dia tidak ingin amarah temannya itu akan tersulut kembali saat melihat pemuda kurang ajar itu. Dua gadis itu kembali ke dalam ruangan. Mila mengambilkan segelas air putih untuk sedikit membantu menenangkan emosi Kevia yang sedang memuncak saat ini. Mila bahkan menutup laptop yang ada di depan Kevia, agar laptop itu selamat dari ancaman tangan sahabatnya. “Lu liat sendiri kan tadi gimana gampangnya dia mau minta maaf." Emangnya di pikir ga sakit apa ya di khianati kaya gitu?” “Iya ... ga nyangka gw kalo Pak Dito kaya gitu. Gw jadi ikut kesel.” “Lu aja kesel, apa lagi gw.” “Trus apa rencana lu?” “Entahlah. Kayanya gw mau cari kerjaan lain aja lah. Ga tahan gw kalo kaya gini. Keadaan kantor udah ga kondusif. Gw ga mau kena mental Cuma karena hal kaya gini doank.” “Gw dukung lu! Ntar gw bantu lu cari kerjaan dari referensi temen gw.” “Makasih ya, Mil. Lu emang sahabat baik gw.” “Lu baik ama gw, Kev. Tapi kita tetep temenan ya meskipun lu ga di sini lagi nanti.” “Pasti lah. Rumah gw selalu terbuka buat lu.” Kevia menjadi sedikit lega karena dia masih memiliki orang yang peduli dan mencintainya walaupun saat ini dia sedang terluka. Mila memang sahabat terbaik yang dia punya, dia orang yang selalu mengerti dan membantu Kevia di kantor. Sudah hampir satu minggu Kevia masih belum mendapatkan lowongan pekerjaan yang cocok untuk dia masuki. Selain bekerja, dia juga masih terus mencari lowongan pekerjaan dengan gaji sesuai untuk menunjang kehidupannya dengan sang adik. Selain Dito yang masih terus saja mengejar Kevia untuk meminta maaf dan meminta Kevia kembali ke dalam pelukannya, ada banyak pasang mata yang kini mulai tahu kalau Dito meninggalkan Kevia demi Miranda. Sungguh kenyataan yang membuat harga diri Kevia jatuh. “Kev! Ada kabar bagus banget.” “Kabar apaan?” tanya Kevia sedikit malas. “Kakak gw butuh pengganti.” “Pengganti gimana?” “Iya ... dia mau pergi ke Amerika buat tinggal sama suaminya di sana. Nah dia butuh orang cekatan yang bisa gantiin posisi dia.” “Emang dia kerjaannya apa kok sampe butuh orang cekatan?” “Sekretaris. Dan katanya bos baru dia ini rada cerewet orangnya. Bos baru, tapi katanya rada cerewet. Lu mau ga?” “Aduh dapet Bos cerewet lagi dah. Ga ada apa ya Bos yang baik dan ga cerewet gitu?” “Ada ... Dito,” jawab Mila sambil tertawa. “Ah basi!” “Coba aja dulu kenapa sih. Bu Silvia kan cerewet tapi bisa lu atasin kan, bahkan jadi anak kesayangan dia. Coba ga?” “Tapi gw ga bisa jadi sekretaris. Katanua itu tugasnya berat.” “Tenang aja, ntar lu bakal di ajarin kalo lu lolos tes.” “Oh gitu ... boleh deh. Kapan tesnya?” “Sore ini jam 4. Bisa ga?” “Gila! Mendadak banget!” “Kata kakak gw emang sengaja gitu, biar tau lu siap apa ga. Ada kakak gw juga ntar yang ngetes lu.” “Ya udah deh, pasrah aja lah gw.” Kevia ingin mencoba peluang yang ada di depannya saat ini. Menjadi seorang sekretaris memang sedikit membutuhkan banyak keahlian khusus, terutama kalau bosnya sangat cerewet. Tapi gajinya juga sangat besar kalau dia bisa mengimbangi apa yang dibutuhkan oleh atasan. Setelah berbohong kepada atasan agar bisa keluar dari kantor sore ini, Kevia dan Mila segera menuju ke salah satu restoran yang menjadi tempat pertemuan antara Kevia dan kakak Mila. Kevia sempat kaget kenapa tesnya harus di sebuah restoran, ada sedikit kecurigaan di dalam pikirannya. “Resumenya bagus. Saya suka. Kamu lama juga ya kerja di sana. Kalo tugas sekretaris udah pernah tau?” “Belum tahu detail sih. Cuma ya mungkin ga akan jauh beda dengan tugas pekerja yang lain.” “Iya kamu benar. Gimana Pak, cocok ga?” “Saya sih cocok. Anaknya terlihat sederhana dan lincah. Oh ya, ada sedikit peraturan kalau kamu jadi pengganti Anita nanti.” Apa itu, Pak?” “Kamu tidak boleh berdandan berlebihan dan juga menggoda atasan. Presdir yang baru ini sangat ga suka sama cwe gatel.” “Waah itu saya banget, Pak. Saya juga ga suka goda atasan.” “Ya udah kalo gitu, Nit ... kamu training dia satu minggu sebelum kamu resign ya.” “Baik, Pak. Kev, kamu besok mulai training ya. Bisa langsung ngantor kan?” “Besok?? Waah bisa banget. Makasih ya.” Kevia senang dia akhirnya diterima dan mendapatkan pekerjaan baru saat ini. Sore ini juga dia harus memberikan surat pengunduran diri kepada Bu Silvia agar dia segera terbebas dari perusahaan yang membuatnya sesak bernafas selama ini. Anita dan rekan kerjanya segera meninggalkan Kevia dan Mila di restoran. Dua sahabat itu masih ingin merayakan sedikit kebahagiaan mereka karena akhirnya Kevia mendapatkan pekerjaan baru. Mumpung sedang ada di restoran, dua sahabat itu ingin makan enak. Setelah menikmati makanan dan hari pun sudah semakin sore, Kevia dan Mila segera memutuskan untuk kembali ke kantor. Kevia harus membereskan semua barang-barangnya, karena besok dia sudah tidak bekerja lagi di tempat itu. Bruuk!! “Aduuh,” keluh Kevia saat dia menubruk seseorang. Kevia yang memang berjalan sambil bercanda bersama Mila, akhirnya melihat ke depan. Ada seseorang yang berdiri di depannya dengan muka sangat garang sedang melihatnya. Mata Kevia turun ke d**a sang pemuda yang kini tampak ada noda kuning orange juice yang sepertinya tumpah karena dirinya. “Eeh maaf ga sengaja,” ucap Kevia pelan. Mata Kevia kini bertabrakan dengan mata marah di depannya, “Kamu??”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD