Gangguan Dua Iblis

1188 Words
Kevia kembali ke ruangannya dia tidak peduli kalau nanti dito akan marah padanya. Tapi kalau Dito marah itu barti sangat keterlaluan. Dia yang dikhianati dan dia yang berhak marah saat ini. Kevia kembali ke ruangannya, dia segera menghempaskan ke kursi yang ada di sana. Kevia seperti kehilangan mood-nya untuk bekerja saat ini. “Husst ... husst. Kevia. Kev,” panggil Mila yang ada di depan meja Kevia. Kevia melihat ke depan yang dibatasi oleh pembatas kaca tebal. Dia hanya menggerakkan kepalanya sedikit tanda dia menanyakan ada apa pada Mila sahabatnya itu. “Lu kenapa? Marahan lagi ya?” tanya Mila kepo. “ga usah nanya lah. Males jawab gw.” “Ih lu gitu banget sih.” “Ntar aja lah. Kerjaan gw nunggu neeh. Ntar malah di marahin ama bu Silvia.” “Awas ya kalo ga mau cerita.” Kevia menggelengkan kepalanya. Dia sudah sangat hafal dengan apa yang di inginkan oleh sahabatnya itu. Mila memang ratu gosip, tapi dia tidak pernah membicarakan tentang Kevia dan Dito selama ini pada seluruh penduduk kantor. Kevia mencoba untuk berkonsentrasi kembali. Tugasnya itu harus selesai hari ini. Dia harus mengerjakan di tengah hatinya yang sedang sangat hancur. “Kevia.” Terdengar suara panggilan di belakang Kevia. Gadis itu segera menoleh karena mendengar suara yang sedikit asing di telinganya. “Kamu ... ngapain kamu ke sini?” tanya Kevia penuh tanda tanya. “Aku mau ngomong sama kamu.” “Ga ada yang perlu diomongin. Aku mau kerja. Lagian kamu ngapain di sini. Emang tim lain bisa santai ya kalo jam kerja?” “Kev, ikut aku ato aku bakalan bicara di sini?” Ucapan Amanda membuat Kevia kaget. Gadis yang dia pergoki sedang tidur dengan kekasihnya itu ternyata sangat nekat. Dia tidak menyangka Amanda akan senekat ini menemui Kevia. “Ok, 10 menit aja. Waktu lu 10 menit!” “Deal! Ikut gw ke ruang tamu.” Amanda segera berbalik arah dan berjalan meinggalkan Kevia yang masih duduk di kursinya. Kevia melihat Amanda yang berjalan berlenggak lenggok di depan matanya. Dress mini lengkap dengan blazer dan juga rambut panjang tergerai itu pasti mampu memikat semua orang yang ada di kantor ini. Begitu juga dengan Dito. Pasti Dito tidak bisa menolak rayuan Amanda yang menggodanya saat dia keluar kota. Apalah Kevia gadis tomboi yang lebih nyaman dengan memakai celana panjang dan baju kemeja. Kevia tidak terbiasa berdandan. Dia selalu tampil sederhana dan juga dia memang cantik secara alamiah. “Mau ngomong apa lu. Inget, waktu lu di mulai saat lu ngomong kata pertama. Jadi manfaatkan dengan baik!” ucap kevia memberikan peringatan. “Tinggalin Dito. Gw mau Dito jadi milik gw!” Kevia terpana dengan apa yang dikatakan oleh Amanda. Bagaimana mungkin gadis yang sudah menyakiti hatinya itu justru dengan banga mengatakan agar Kevia meninggalkan Dito. Buka permintaan maaf, tapi permintaan tidak sopan yang keluar dari mulut wanita jalang itu. “Ga perlu di suruh. Gw udah putus ama dia tadi pagi.” “Bagus kalo gitu. Jangan harap bakalan balik lagi ama Dito!” Amanda segera meninggalkan Kevia begitu saja tanpa permisi. Dia bahkan sengaja menubruk bahu Kevia yang berdiri di depannya tadi. Dia meninggalkan ruang tamu seperti tidak ada masalah apa pun dengan Kevia. Kevia kembali dibuat takjub dengan apa yang di lakukan Amanda. Bagaimana bisa gadis pencuri kekasihn ya itu dengan santai dan tanpa rasa bersalah meninggalkan dia begitu saja. “Waaah ... error dia. Otaknya pindah ke dengkul kali ya. Waaah gila ada orang kaya dia. Satu aja meresahkan, apa lagi kalo banyak. Sial!” Kevia kembali ke ruangannya dia menjadi makin kesal dengan apa yang baru saja di lakukan oleh Amanda padanya. Dia rasanya ingin segera keluar dari ruangan ini atau bahkan ingin mengajukan cuti saja. Saat jam makan siang, Mila menagih janji sahabatnya itu untuk bercerita. Dia sudah sangat penasaran dengahn apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Apa lagi tadi sampai ada Amanda yang datang pada Kevia. Buka rahasia umum lagi kalau Kevia adalah saingan Amanda. Mereka berdua adalah andalan dari tim yang berbeda. Semua mengatakan kalau Kevia selalu unggul karena bantuan Dito. Padahal semua adalah kerja keras Kevia sendiri, Dito hanya selalu mensupport dirinya saja. “Buruan cerita.” “Lagi ga mood.” “Eh ga ada ya pake acara ga mood segala. Buruan!” Kevia menoleh kesal ke sahabatnya itu. Dan anehnya Kevia tidak pernah menolak apa saja yang diminta oleh Mila. Akhirnya Kevia menceritakan semua yang terjadi di apartemen Dito malam itu. “WHAAAT!!! Lu ga becanda kan, Kev?” “Emang muka gw ada tampang lagi becanda sekarang ini?” “Iya sih ... ga ada muka becanda. Tapi trus Pak Dito ga kaih penjelasan ke lu?” “mau jelasin apa lagi sih. Mau bilang kalo itu ga sengaja ato mau bilang kalo itu khilaf. Dia Cuma di rayu aja ama Miranda, gitu? Ah basi banget itu.” “Iya juga sih. Toh mereka kan kepergok udah tidur bareng ya. Mana di tempat Pak Dito pas ulang tahun dia juga. Waah Kevia ... pengen peluk.” “Ah ga usah peluk-peluk!” Kevia menepis tangan Mila. “Gw udah males ama mereka sekarang. Lu tau ga tadi kenapa Amanda nemuin gw?” “Kenapa tuh? Minta maaf?” “Dih boro-boro minta maaf, dia malah nyuruh gw putus ama Dito.” “Haah!! Udh sinting kali ya itu anak. Kok dia bisa kaya gitu sih. Ah sama gilanya mereka. Jangan mau lagi kalo di ajak balikan sama Pak Dito, Kev.” “Dih ... siapa juga yang mau. Kalo ga sampe ketauan tidur bareng aja, mungkin masih bisa gw maafin. Tapi kalo yang kaya gini udah pelanggaran tingkat tinggi.” “Gw dukung lu, Kev. Masih banyak cwo cakep di luaran sana. Ngapain ama Dito.” Kevia senang mendapatkan dukungan dari temannya itu. Dia merasa semua keputusan yang dia ambil itu sudah tepat. Dia semakin yakin untuk meninggalkan Dito apa pun alasannya. Kesalahan Dito sudah tidak bisa di maafkan lagi. Kevia melemparkan pandangannya jauh ke depan. Dia menikmati kopi dingin yang ada di tangannya saat ini. Roof top memang selalu menjadi tempat pilihan Kevia saat dia sedang sangat suntuk. Dia bisa melakukan apa saja di sana. Bug. “Aduh lepasin!” “Ga akan! Aku ga akan lepasin kamu, Kev. Balik sama aku sekarang juga. Aku minta maaf dan aku janji akan segera nikahin kamu,” ucap Dito dari belakang sambil memeluk Kevia. “Lepasin Dito! Kamu ga layak di maafin!” “Dengerin aku dulu, Kev. Ini ga seperti apa yang kamu bayangkan. Ini sama sekali ga seperti apa yang kamu duga, kev. Plis kasih aku kesempatan jelasin ke kamu.” “Ok, tapi kau lepasin aku dulu.” “Ga mau. Nanti kamu lari.” “Ga akan aku janji.” Dito percaya pada apa yang dikatakan Kevia. Kevia memang selalu baik dan jujur padanya. Secara perlahan tangan Dito melonggar sehingga kevia bisa terlepas dari pelukannya. Mila yang melihat kejadian itu menjadi sangat kesal pada Kevia. Bagaimana mungkin Kevia dengan mudahnya luluh pada Dito lewat sebuah pelukan. Kevia berbalik dan tersenyum melihat ke arah Dito. Pemuda itu pun menyambut senyuman kekasihnya sengan senyuman paling indah. PLAAK!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD