“Minggu depan, temani aku.” Sebelah alis Leon tampak meninggi. “Untuk?” tanyanya. “Menghadiri undangan Arsen. Dia menikah,” jawab Nania. Ia sengaja mengatakannya sekarang, berpikir Leon bisa meluangkan waktu jikalau ia sibuk. “Kukira kau tak peduli lagi padanya.” Nania menoleh membuang muka. “Aku memang tidak peduli. Aku hanya ingin menunjukkan kalau aku baik-baik saja tanpanya.” “Kau juga ingin menunjukkan, bahwa suamimu ini lebih segalanya darinya?” Nania menatap Leon dengan wajah jijik, merasa jijik dengan kenarsisan Leon. Melihat bagaimana cara Nania menatapnya membuat tawa kecil Leon tercipta. Ia lalu mengatakan, “Sebenarnya Minggu depan aku mulai sibuk kembali dengan pekerjaan, tapi karena kau yang memintanya, akan aku pikirkan. Tapi ….’ Ucapan Leon menggantung membuat Nan