Chapter 5

1976 Words
Malam hari menampakkan dirinya, sinar bulan tampak memasuki kamar Sakura yang tidak tertutup. Angin malam berhembus menggelitik kulit. Cahaya-cahaya kecil kini terlihat di kebun dari jendela besar kamar Sakura. Kunang-kunang berterbangan, seakan menari di tengah gelapnya malam. Suara desahan terdengar samar dari kamar Sakura. Terdengar? Ohh tentu tidak. Kamar Sakura kedap suara sehingga orang yang berada di depan pintunya pun tidak akan mendengar suara apa pun.   ~★~   "Hey, ini sudah malam! Aku ingin istirahat ... ahhh ... apa yang kau lakukan, Zen?!" aku sudah kelelahan meladeni kemesuman para calon suamiku ini. "Apa?" tanya Zen dengan polosnya. "Kau mengigit pahaku! Lihat jadi merah seperti ini," protesku sambil mengusap paha kananku yang telah digigit olehnya. 'Ya Tuhan, penyiksaan apa lagi yang menanti jika aku sudah menikah nanti?!' "Ohh, itu hanya menandakan kau adalah milikku," jawab Zen sambil mengecup kembali pahaku. "Milik kami," ralat Viper. Aku hanya bisa mendengus pelan, aku tidak nyaman seperti ini. Kalian bisa bayangkan, di sini di kamarku, mereka seperti ingin memperkosaku dengan tatapan mereka yang m***m itu. Dan mereka sudah berani menyentuhku. Menyentuhku?! Jika bukan ancaman mereka yang memiliki bukti bahwa aku adalah sang Grim Reaper dan memberitahukan Ayah, aku tidak akan melakukan ini semua. "Ahhh ... Mysth, apa yang kau lakukan?!" Protesku saat tangannya masuk ke dalam bajuku. Mysth tidak mendengarkanku, dia meraba lembut daerah perutku lalu mengecup bibirku sekilas. "Aku suka," hanya itu jawaban Mysth. Sangat pelan, singkat, padat, dan tidak jelas. Apa yang dia suka? Mereka sangat aneh. "Bisakah kalian melepaskanku? Kita baru saja bertemu dan kalian langsung menyentuhku? Ini sebuah pelecehan!" seruku dingin. Aktifitas mereka berhenti lalu melepaskanku. Wajah mereka terlihat sangat ketakutan dan memucat. Ada apa dengan mereka? "Maafkan kami, Hime. Kami tidak bermaksud melecehkanmu, maafkan kami," ucap Viper sambil berlutut dan yang lain pun mengikuti Viper, berlutut dan meminta maaf. Ada apa dengan mereka? "Lupakan itu, ini sudah malam. Kalian beristirahatlah. Sean akan mengantarkan kalian ke kamar kalian masing-masing," jawabku lalu memencet bel di samping nakas. "Baiklah, Hime. Kami akan tinggal di sini sampai hari pernikahan kita dilaksanakan," jawab Viper. Aku hanya mengangguk setuju, jika tidak setuju mereka pasti akan meminta pada Ayah untuk tinggal di sini. Merepotkan. Beberapa menit kemudian Sean datang dan mengetuk pintu. "Nona, saya Sean," ucapnya lalu masuk ke dalam kamar, Sean menghampiriku lalu membungkuk hormat. "Apakah ada yang bisa saya bantu, Nona?" "Antarkan mereka ke kamar mereka masing-masing," jawabku lalu bangkit dari atas ranjang menjauhi mereka. "Baiklah, Nona," jawab Sean, kulepaskan semua pakaianku. Tentu saja aku tidak mempedulikan tatapan terkejut mereka. Saat ini aku ingin bersantai membersihkan isi kepalaku yang penuh dengan perlakuan mereka saat ini. Aku tahu mereka terlihat kebingungan dengan apa yang aku lakukan, tetapi aku tidak peduli dengan pendapat mereka. "Ada apa? Cepat pergi, aku ingin berendam mendinginkan kepalaku," ucapku tanpa ingin tahu jawaban mereka lalu berjalan ke arah kamar mandi. ~★~     Mereka masih terdiam membeku dengan apa yang terjadi di hadapan mereka, melihat lekukan tubuh Sakura membuat mereka menjadi b*******h. Dan beruntung mereka bisa mengendalikan gairah mereka saat ini. "Tuan, mari saya antar," ucap Sean lalu berjalan keluar, mereka berenam mengikuti langkah Sean keluar kamar. "Sean, apa Hime selalu seperti itu?" tanya Viper, dengan tatapan tajam ke arah Sean. "Ya, Nona Sakura tidak suka jika saya menasehatinya. Bahkan ia tidak peduli jika saya melihatnya. Tentunya saya tidak selancang itu melihatnya," jawab Sean. "Baguslah jika kau tidak melihatnya," jawab Lazark yang merasa sedikit kesal jika sampai ada orang lain yang melihat tubuh Sakura. Sean hanya tersenyum samar menanggapi gerutu yang para calon suami nonanya. ~★~ Malam berganti pagi, sinar matahari tak malu-malu lagi masuk dan menyinari tempat yang terlihat gelap. "Nona, saatnya Anda bangun dan sarapan pagi," ucap Sean pada Sakura, yang seperti biasa membukakan tirai kamar milik Sakura. Akan tetapi, tidak ada pergerakan dari tubuh Sakura. Bahkan suara serak yang terdengar merdu seperti biasanya pun kini tidak terdengar. Sean menoleh dan mendapati selimut yang menutupi kepala sang Nona. "Nona?" panggil Sean. Tetapi, tetap tidak ada jawaban. "Nona Sakura, apa Anda baik-baik saja?" tanya Sean lagi sambil membuka sedikit selimut hingga terlihat bahu mulus Sakura, Sean memegang bahu Sakura dan mengguncangkannya sedikit. Lagi, Sean tidak mendapatkan respon sama sekali. Sean mulai terlihat cemas. "Nona Sakura?" panggil Sean untuk kesekian kalinya. "Tubuhnya dingin, ada apa ini?" Sean langsung membalikkan tubuh Sakura dan betapa terkejutnya Sean melihat tubuh Sakura. Kondisi Sakura terlihat sangat mengerikan. Sean jatuh terduduk sambil menitikkan air mata. Beberapa menit Sean masih terdiam memandangi tubuh Sakura di atas ranjang. "PELAYAN!!!" teriak Sean dan beruntung pintu tidak tertutup rapat, sehingga suara Sean terdengar sampai keluar kamar. "Ada apa, Tuan Sean," tanya seorang maid. "Cepat panggil pelayan lainnya dan para bodyguard yang ada," teriak Sean kalang kabut. "Ba-baiklah, Tuan." maid itu keluar kamar sambil berlari tergesa-gesa. Sean bangkit dari duduknya dan berlari secepat mungkin ke ruang makan, seperti biasa Leonardo berada duluan di ruang makan, tetapi saat ini bertambah dengan keenam lelaki tampan. "Tuan Leonardo," panggil Sean sesampainya di ruang makan. "Ada apa? Apa Sakura sulit dibangunkan lagi? Mengapa dia sulit sekali meninggalkan kebiasaan buruknya," jawab Leonardo sambil menyesap tehnya. "Tidak Tuan, ini lebih buruk. Sebaiknya Anda melihatnya sendiri. Saya sudah memanggilkan ambulance," jawab Sean sambil mengatur napasnya. "Apa maksudmu?" tanya Viper menatap Sean tajam. "Sebaiknya kalian melihatnya sendiri," jawab Sean dengan wajah pucat pasi. Leonardo langsung berlari memasuki lift diikuti keenam lelaki tampan itu, sesampainya di lantai 4, Leonardo langsung berlari masuk ke kamar Sakura. Leonardo mendekati ranjang Sakura lalu melihat tubuh Sakura, saat itu juga Leonardo jatuh terduduk. "Tidak ... tidak ... tidak ... itu bukan Sakura, pasti itu bukan Sakura. Aku tahu itu," ucap Leonardo mencoba menenangkan dirinya. Keenam lelaki tampan itu pun masuk ke dalam kamar dan mendapati tubuh Sakura sudah kaku membiru. "Apa-apaan ini?!" ujar Viper lalu mendekati tubuh Sakura. Luka sayat di leher tanpa mengeluarkan darah. Teknik membunuh yang paling cerdas dan berbahaya. Selama ini tidak ada yang bisa memecahkan kasus seperti ini. "Sean, katakan apa yang terjadi," perintah Viper. Sean menjelaskan awal mula ia masuk ke kamar sang nona. Sedangkan Shin mendekat menatap tidak percaya. Shin lalu mengendus-ngendus tubuh Sakura. Lelaki yang memakai jas hitam tersebut mengernyitkan dahinya. "Bagaimana Shin?" tanya Lazark. "Hime dibunuh, dan aroma orang itu sama sekali tidak tercium. Hime tidak bunuh diri karena ada luka memar di tangannya," jelas Shin. Seketika mata mereka berkilat merah penuh amarah. "Jack!!!" panggil Viper dengan suara lantang. Sebuah portal terlihat di sudut ruangan dan detik berikutnya muncullah seorang lelaki memakai pakaian kerajaan. "Yes, Your Highness," jawab orang yang dipanggil Jack tadi. "Selidiki dalam 1 jam siapa pembunuh Hime. Lalu bawa orang itu pada kami," titah Viper pada Jack. "Daulat, Your Highness," jawab lelaki itu dan menghilang dalam sekejap. Jack adalah tangan kanan Viper sekaligus orang kepercayaan Viper. Usia Jack lebih tua 400 tahun dari Viper. Viper dirawat sejak kecil olehnya dan dilatih untuk menjadi raja suatu saat nanti. Jack sangat hebat dalam melakukan apa pun. Dan terbilang cepat karena itu, Viper memerintahkannya untuk mencari tersangka di balik pembunuhan Sakura. "Aku tidak akan memaafkan orang yang membunuh Hime. Siapapun orang itu, aku akan membunuhnya," ujar Lazark frustrasi. Sedangkan Leonardo masih terduduk dan kesadarannya belum kembali. Sean memapah Leonardo ke sebuah sofa. Matanya menatap lurus ke depan dengan kosong. "Sakura ... mengapa?...," ucap Leonardo lirih. "Tuan, tenangkan diri Anda." Sean mencoba menenangkan Leonardo yang sudah tampak kacau. "Ketrin!!! Di mana kau?" teriak Lazark. "Hamba di sini, My Lord," jawab seorang wanita cantik yang tiba-tiba saja muncul sambil berlutut di depan Lazark. "Cari dan seret orang itu ke hadapanku! Bawa prajurit sebanyak apa pun yang kau butuhkan. Mengerti?!" titah Lazark. "Yes, My Lord. Hamba permisi," jawab wanita itu lalu menghilang. "Shizuki," kini Zen yang memangil bawahannya dengan lembut. "Hamba di sini, Rozenth-sama," jawab seorang wanita yang berpakaian yukata itu. "Panggilkan Yoroshi, aku membutuhkannya saat ini," ujar Zen lembut. "Baiklah, Rozenth-sama," jawab wanita yng bernama Shizuki. "Siapa Yoroshi?" tanya Shine bingung. "Yoroshi adalah peramal di Kerajaan Cimeries. Ramalannya 99% tepat dan tidak pernah meleset," jawab Zen bangga. Yang lain hanya mengangguk mengerti. Beberapa saat kemudian muncullah seorang pria yang terlihat sedikit tua datang bersama Shizuki. "Hamba kembali bersama Yoroshi, Rozenth-sama," ucap Shizuki sesampainya di kamar Sakura. "Yoroshi, bisakah kau melihat apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Zen pada pria bernama Yoroshi itu. "Hamba akan melihatnya dulu, Rozenth-sama," jawab Yoroshi. Tiba-tiba saja di bawah kaki pria itu terbentuk lingkaran sihir, Yoroshi mulai merapalkan mantranya dan beberapa saat lingkaran sihir itu bersinar kemudian berpendar. "Saya sudah melihat semuanya, Rozenth-sama," ujar Yoroshi saat matanya terbuka dan lingkaran sihir itu menghilang. "Apa yang terjadi?" tanya Lazark tidak sabaran. "Pelakunya seorang wanita, dia datang ke sini dan melakukan sesuatu. Hamba tidak bisa melihat karena ada kabut yang melingkupi daerah sekitar ranjang. Hanya itu yang hamba lihat," jawab Yoroshi menunduk. "Apa kau tahu nama wanita itu?" tanya Rozenth. "Memangnya dia bisa mengetahuinya?" tanya Shine tidak percaya. "Nama wanita itu ... Roze Vlatica," jawab Yoroshi sedikit memelan. Semua orang terkejut mendengar jawaban Yoroshi. Mysth langsung menghantam tubuh Viper ke dinding dengan keras dan menyebabkan retakan yang besar. "Aku tidak segan-segan menghabisimu dan tunangan sialanmu itu saat ini juga, Viper. Aku tidak peduli jika kau yang terkuat di clan Iblis. Aku akan menghabisi semuanya," Mysth berkata sambil meremukkan bahu Viper. "Mysth tenanglah," kata Zen dan Shin sambil sambil menarik tubuh Mysth. "Wow, baru kali ini aku mendengar Mysth berbicara panjang lebar seperti ini, dan sialnya suaranya membuatku pusing," Shine terkekeh. "Tenanglah Mysth-sama. Sakura-hime masih hidup akan tetapi, ia dalam kondisi sekarat. Kalian harus menyelamatkannya sebelum terlambat," ucap Yoroshi menenangkan Mysth. Mysth mulai tenang sambil berjalan menjauh ke sudut ruangan untuk menenangkan dirinya. "Tunanganmu menyusahkan, habisi dia sebelum Mysth menemukannya, Viper," Lazark berkata sambil merebahkan dirinya di sofa. "Lalu siapa mayat ini? Kenapa mirip dengan Sakura?" tanya Leonardo. "Untuk mengalihkan perhatian kita. Sebaiknya Jack sudah mendapatkan informasi di mana Hime berada," jawab Viper sambil merenggangkan tubuhnya. Luka di bahunya langsung pulih seketika. "Baru kali ini Mysth yang menghajarku. Aku tidak menyangka sebesar itu cintanya pada Hime sampai ingin melenyapkanku," lanjut Viper. "Seharusnya kau bunuh saja dari dulu tunanganmu itu, Viper." kali ini Shin yang berbicara, Viper hanya tersenyum kecut. Viper memang memiliki tunangan, tidak hanya Viper, Lazark, Shin, Shine, Rozenth dan Mysth pun memiliki tunangan. Akan tetapi, mereka sudah membunuh tunangan mereka masing-masing. Kecuali Viper, Viper tidak bisa begitu saja membunuh tunangannya. Dan kali ini adalah kesempatannya untuk membunuh tunangannya itu. "Akan kulakukan. Tenang saja, sebelum Mysth menemukannya. Akan kuhabisi wanita sialan itu," ujar Viper dengan tenang. Mayat gadis di ranjang Sakura sudah disingkirkan, Yoroshi pun sudah kembali ke dunia iblis. Leonardo kembali ke kamarnya bersama Sean, menyerahkan urusan Sakura pada keenam iblis itu. Satu jam berlalu dan Jack baru saja kembali bersama Ketrin. "Kami sudah menemukannya, Your Highness," jawab Jack sesampainya ia dan Ketrin. "Di mana Hime?" tanya Viper. "Di alun-alun kota dunia iblis. Tubuhnya di gantung, tetapi masih hidup dan tidak sadarkan diri. Hime hampir diperkosa oleh para prajurit milik Nona Roze. Kami berdua hampir menyelamatkan Hime, tetapi Nona Roze bersama Raja dan Ratu melingkarinya dengan barrier dan kami tidak bisa menghancurkan barrier itu," jawab Jack dengan wajah sedikit pucat. Detik itu juga Mysth, Zen, Shine dan Shin pergi menuju dunia bawah. "Jadi, Ayah dan Ibu mengikuti perintah Roze?" tanya Viper menaikkan nadanya 1 oktaf, "Sepertinya Raja dan Ratu dihasut oleh Nona Roze, Your Highness," jawab Jack. "Baiklah, kita pergi," jawab Viper lalu menghilang bersama Jack. Di ruangan itu hanya tinggal Lazark dan Ketrin. "Maafkan hamba, My Lord," ucap Ketrin ketakutan. Lazark hanya diam lalu mendekati Ketrin dan mencengkram dagu Ketrin. "Jika Hime mati, aku pastikan kau pergi ke neraka terlebih dahulu," ancam Lazark lalu menghilang. Ketrin jatuh terduduk, wanita itu ketakutan setengah mati. Bagaimanapun juga ia takut jika tuannya yang membunuhnya. Lazark tidak segan-segan menyiksa seseorang sebelum bertemu ajalnya. Di dunia iblis Mysth bergerak dengan seluruh prajurit pribadinya walaupun hanya 100 iblis, tetapi prajurit pribadinya bisa membantai tanpa ada yang mati. "Hime-sama, kupastikan wanita jalang itu mati di tanganmu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD