D E L A P A N

1326 Words
"Andai Raya masih disini, pasti semuanya terasa lengkap ya, Daf." Lanjut bu Tika. "Harapan saya juga begitu, bu. Istri saya tetap disini sama saya dan Kejora." "Kamu yang sabar ya, sampai sekarang Raya masih belum di ketahui kabarnya ya?" ***** Mumpung Kejora masih libur hari ini Safir berencana mengajak Kejora menuju rumahnya yang ada di kampung sekalian memantau bisnis kue-nya yang masih jalan dan terus berkembang sampai saat ini. Daffa sangat senang karena Kejora selalu antusias saat ia mengajak ke rumah masa kecilnya dulu. Gadis kecilnya juga tak pernah rewel dan juga merengek meminta ini itu. Hanya saja, saat sudah di sana Kejora akan sulit untuk di ajak pulang karena banyak sekali teman-teman sebayanya. "Dad, kita nanti belapa hali disana?" "Nanti malam kita pulang, besok kan Jora harus sekolah." "Nggak mau dad, kita halus lama-lama disana." "Emang kamu mau bolos sekolah? kalau di marahin ibu guru gimana?" Kejora menatap ayahnya dengan bibir manyun. "Bu gulu cantik baik, dia pasti nggak malah kalau Jola bolos sekolah sehali." "Yaudah daddy bilang ke bu guru biar Jora di marahin karena bolos sekolah." "Daddy ihhh!! Jola kan udah lama nggak kesana dad, teman-teman Jola pasti udah kangen banget sama Jola!" Daffa mengacak rambut putrinya sambil fokus menyetir. "Janji, dulu sama daddy kalau kita nginep sehari setelah itu Jora nggak boleh ngambek kalau daddy ajak pulang." Kejora langsung bersorak dan langsung mengacungkan jari kelingkingnya untuk membuat janji dengan ayahnya. "Dad, Jola pinjam hape dong." "Buat apa sayang?" "Jola mau video call bu Aline, Jola mau izin kalau Jola mau nginep di kampung." Entah sudah berapa banyak riwayat panggilan masuk dari bu Raline karena Kejora terus-terusan ingin mengobrol dengan gurunya. Daffa sebenarnya sudah merasa sangat sungkan karena takut mengganggu kegiatan guru itu tapi putri kecilnya tidak bisa di larang sama sekali. "Jora, bu Raline lagi sibuk kamu jangan telfon dia terus." "Enggak kok dad. Bu Aline sendili yang bilang kalau Jola boleh telfon kapan pun." Daffa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Otaknya sedang bekerja sangat keras untuk merangkai kata-kata yang pas untuk menasehati Kejora, dan kata-kata yang mudah di terima oleh Kejora tanpa ada ambekan sama sekali. "Sini dad hapenya, aku udah pengen ngoblol banyak sama bu Aline." "Jora, sayang, ini masih pagi bu Raline pasti lagi masak atau bersih-bersih rumahnya. Jadi, daripada ngobrolnya nggak maksimal mending telfonnya nanti aja ya." Kejora memandang Daffa bibir manyun. "Bu Aline pasti jawab telfon Jola." "Yaudah, kalau Jora susah dibilangin kita nggak jadi nginep dan nanti malam pulang." "Nggak mau Daddy! pokoknya Jola mau nginep, nggak mau pulang!" "Makanya nurut sama Daddy." Kejora semakin manyun dan menyilangkan kedua tangannya didepan d**a. Daffa hanya memandang sekilas putrinya dan kembali fokus dengan jalanan di hadapannya. Dan perjalanan mereka sudah hampir selesai karena mobil Daffa sudah mulai memasuki gang menuju rumahnya dahulu. "Yeayyy!! kita sudah sampai." Pekik Kejora sangat gembira saat Safir sudah membuka kan pintu mobil untuknya. "Daddy, mainannya jangan lupa bawain masuk ya Jola mau bagi-bagiin ke teman-teman." Daffa mengangguk dan mengambil semua mainan bekas dan baru yang telah Kejora siapkan untuk teman-temannya di desa ini. Dari kecil, Daffa sudah menanamkan kebiasaan tidak pelit dan suka berbagi pada orang yang membutuhkan atau orang yang memiliki nasib kurang beruntung. Di umurnya yang ke-lima tahun ini jiwa sosial Kejora sudah terbentuk, meski masih ada beberapa sifat buruk yang belum berhasil Daffa perbaiki. "Halo, bagaimana kabarnya bu Ambar dan semuanya, bagaimana kabarnya?" Daffa menghampiri para karyawannya dan menyalami mereka satu persatu. Sampai saat ini karyawan khusus Kejora Bakery sudah mencapai 25 orang dengan tiga cabang dan beberapa outlet kecil di sekitaran tempat-tempat umum. "Baik Pak Daffa." Daffa tersenyum dan mengamati rumahnya yang saat ini hampir full dengan peralatan pembuat kue dan juga etalase besar-besar. "Kejora tadi kemana?" "Tadi dia lari masuk gitu aja, Pak.", Jawab Bu Ambar yang masih bertahan di tempatnya karena jabatannya saat ini sudah naik menjadi kaki tangan Daffa dalam urusan Kejora Bakery. "Nggak ada masalah kan, bu?" "Alhamdulillah tidak, Pak. Penjualan juga terus meningkat makanya kemarin saya rekrut pegawai baru." Daffa mengangguk dan berpamitan untuk masuk ke dalam rumahnya menghampiri Kejora yang sedang sibuk di dalam kamar mencari mainan-mainannya dahulu. "Jora kamu lagi ngapain nak?" "Jola mau ambil mainan Jola yang udah nggak di pakai." "Itu, nanti aja sekarang ikut daddy ke rumah nenek Sari yuk kasih oleh-oleh." Ya, hubungannya dengan Sari, Tika, dan Neni masih terjalin cukup baik dan selalu menjaga komunikasi meski jarak di antara mereka sudah sangat jauh. "Ayo, dad Jola nanti mau minta pelmen di walung nenek Sari." Daffa mengambil bingkisan yang khusus ia bawa untuk semua karyawan dan juga tetangga-tetangga baiknya. "Yuk, mainannya nanti lagi." Daffa dan Kejora berjalan bersama keluar dari rumah dan menuju warung bu Sari yang kebetulan ada bu Tika dan bu Neni yang tengah bersantai sambil berbincang ringan." "Nenek Sari!!" Teriak Kejora saat ia sudah keluar dari dalam rumahnya. "Jalannya pelan-pelan sayang nanti jatuh." Kejora melambatkan langkahnya dan berjalan dengan hati-hati menyebrangi jalan. "Yaampun anak cantik sudah sampai disini." Sari langsung menghampiri Kejora dan mengangkat tubuh mungilnya ke dalam gendongannya. "Sudah lama nggak kesini, nenek kangen banget sama Jora." "Daddy susah banget di ajak kesini nek." Daffa hanya tersenyum dan membagikan bingkisannya pada ketiga perempuan yang dulunya bersahabat baik dengan Raya. "Masih belum dapat waktu yang longgat bu mau main kesini, Jora juga udah mulai aktif sekolah." Daffa mengambil duduk di kursi yang ada di depan bu Tika dan bu Neni. "Gimana kabarnya, Daf?" Tanya bu Tika. "Alhamdulillah baik bu, Kejora juga baik." "Usaha kamu makin lancar ya, Daf. Kamu emang pinter cari peluang bisnis." Puji Bu Neni. "Semua juga berkat bu Neni. Bu Neni yang udah kenalin Raya di pasaran sini sampai kita bisa kembangin usaha disini." "Andai Raya masih disini, pasti semuanya terasa lengkap ya, Daf." Lanjut bu Tika. Tak ada yang tidak bersedih saat Raya pergi dari hidup Daffa dan Kejora. Bu Sari, bu Tika, dan bu Neni. Meski ketiganya hanya seorang tetangga namun kepedulian mereka sudah melebihi keluarga sendiri. "Harapan saya juga begitu, bu. Istri saya tetap disini sama saya dan Kejora." "Kamu yang sabar ya, sampai sekarang Raya masih belum di ketahui kabarnya ya?" Daffa mengangguk dengan wajah ya yang berubah sendu karena sangat banyak kenangan antara dirinya dan Raya di kampung ini. Perjuangan mereka, kegigihan mereka, dan semangat mereka memperjuangkan rumah tangganya semua terjadi di kampung ini, di dalam rumah yang tak terlalu besar di kanan jalan. "Melihat wajah Kejora, saya jadi makin ingat dengan Raya. Semakin besar wajahnya semakin mirip sama dia." Mendengar nama mommy-nya di sebut Kejora langsung mendongak. "Nenek Sali pernah ketemu sama Mommy?" "Dulu Mommy sering main disini, ngobrol sama nenek." "Enak ya, nenek udah pelnah ketemu sama Mommy." Sari mengusap kepala Kejora dengan penuh sayang. Tatapannya juga berubah sendu. "Kejora pernah kok ketemu Mommy. Dulu setiap sore Kejora di ajak jalan-jalan mommy kesini." Kejora menatap Sari dengan antusias dan ingin kembali mendengar lanjutan ceritanya. "Tapi Jola udah lupa nek, Jola udah nggak ingat wajah mommy cuma lihat di foto aja." "Suatu saat kamu pasti lihat wajah mommy lagi," jawab bu Sari sambil menahan air matanya agar tidak jatuh. "Mommy nggak pulang-pulang, nek padahal Jola udah kangen banget," ucap Kejora sambil memainkan jari-jari kecilnya. Semua saling bertatapan. Karena tak kuasa menahan kesedihannya, Daffa lebih memilih membiarkan Kejora bermain di rumah teman-temannya yang berada di sekitar sini. "Kejora, kamu main ke rumah Rani aja dulu," ucap Daffa. "Tapi kan mainannya belum aku bagi-bagi dad." "Iya, nanti daddy yang bagi-bagi kamu tinggal ambil aja. Sekarang kamu main gih." Kejora mengangguk dan turun dari atas pangkuan Sari. "Nenek Sari, budhe Neni, budhe Tika, Kejola main dulu ya. Nanti Jola kesini lagi." Setelah berpamitan langkah kecilnya mulai berjalan ke arah rumah yang bersisihan dengan warung bu Sari. "Raya pasti senang kalau lihat Kejora tumbuh dengan sangat baik." Daffa hanya tersenyum tipis dan mencoba menguatkan hatinya. "Yasudah, saya pulang dulu ya bu. Itu sedikit oleh-oleh dari saya dan Kejora." Pamitnya pada mereka bertiga. "Iya Daffa, sering-sering ajak Kejora kesini." "Iya bu, mari." Daffa berjalan menuju rumahnya yang berada di sebrang jalan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD